
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, mengatakan bangsa Indonesia tengah mengalami learning loss yang cukup serius. Seperti diketahui, learning loss yang dimaksud adalah kondisi di mana motivasi, kemampuan belajar, dan pencapaian akademis siswa menurun. Menurut MEnteri, penyebab terjadinya penurunan motivasi belajar ini akibat kekosongan pembelajaran atau pembelajaran daring yang dilakukan selama masa pandemi. “Selama pandemi, pembelajaran dilakukan secara daring, atau malah tidak ada pembelajaran sama sekali, dan dampaknya masih bisa dirasakan sampai sekarang,” kata Abdul Mukti dalam mengisi kajian Ramadhan Public Lecture (RPL) bertajuk “Pendidikan sebagai Soko Guru Pembangunan Indonesia Emas 2045” di Masjid Kampus UGM, Rabu (19/3).
Dikatakan Menteri, kondisi learning loss ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia sekarang ini. Ia menyebutkan bahwa Kemdikbud RI tengah berupaya meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi di kalangan siswa. “Kami juga sedang berupaya agar anak-anak yang tidak bisa sekolah dapat terlayani. Salah satu yang akan dikembangkan adalah mendirikan sekolah-sekolah Satu Atap. Mudah-mudahan ini bisa menjadi salah satu solusi untuk memberikan layanan pendidikan bagi mereka yang secara geografis sulit dijangkau,” katanya.
Ia juga menyebutkan bahwa Kementerian telah meluncurkan program penanaman karakter bernama “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.” Program ini dirancang untuk diterapkan di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari tingkat PAUD hingga SMA untuk mencetak Generasi Emas 2045. Melalui pendekatan berbasis kelas, budaya sekolah, dan kegiatan masyarakat, program ini diintegrasikan dalam kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. “Program ini dimulai dengan kebiasaan bangun pagi. Selain itu, ada kebiasaan berolahraga, kebiasaan makan sehat dan bergizi, kebiasaan gemar belajar, kebiasaan bermasyarakat, serta kebiasaan tidur cepat,” urainya.
Dalam ceramahnya, Abdul Mu’ti menyoroti bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa akan maju apabila warga negaranya adalah orang-orang yang cerdas, berilmu, dan kompeten. Berdasarkan konstitusi, setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran yang berkualitas, sehingga pendidikan berkualitas akan melahirkan generasi yang berkualitas pula. Meski begitu, pendidikan bukan hanya tentang menyalurkan ilmu, tetapi juga tentang bagaimana membentuk generasi yang kuat secara mental, spiritual, dan moral, untuk menghadapi tantangan global di masa depan.
Lebih lanjut, Abdul menyebutkan, selain pendidikan, pentingnya bagi generasi muda membangun jejaring atau network antar masyarakat. Sebuah perbedaan ini juga menjadi modal dan kekuatan untuk saling memperkuat satu dengan yang lain. Dalam konteks Islam, jejaring ini diletakkan dalam fondasi yang disebut jamaah, yang merupakan simbol kekuatan dalam organisasi yang tertib dan kerja sama yang kuat. “Untuk itu, diperlukan pendidikan yang berkesinambungan, dimulai dengan menanamkan kebiasaan yang baik sejak dini, sehingga generasi kita memiliki kepribadian yang luhur dan utama sebagai suatu bangsa,” jelasnya.
Penulis : Lintang
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Kemendikdasmen RI