Jika kamu tertarik untuk mempelajari induk dari seluruh ilmu pengetahuan dan mengembangkan kemampuan berpikirmu yang logis dan runtut, maka sebaiknya kamu mendaftar kuliah di prodi filsafat. Kamu bisa mendaftar kuliah di Fakultas Filsafat UGM. Sedikit informasi, Fakultas ini sudah berdiri lebih dari 56 tahun lalu dan sudah mencetak banyak alumni yang bekerja di berbagai bidang. Sebut saja Eka Kurniawan, salah satu penulis novel yang namanya sudah dikenal di kalangan sastrawan internasional. Masih banyak alumni yang lain.
Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr. Rr. Siti Murtiningsih, S.S., M.Hum., mengatakan Fakultas Filsafat sejak berdirinya telah menyelenggarakan pendidikan filsafat untuk mencetak lulusan yang berkualitas sebagai respons terhadap kebutuhan masyarakat akan pendidikan filsafat yang bermutu. “Fakultas Filsafat dengan keunikannya merupakan landasan yang kuat dan penting dalam menghadapi perubahan zaman. Di dunia yang serba cepat dimana teknologi mengubah cara kita hidup dan berinteraksi, kehadiran Fakultas Filsafat dan Ilmu Filsafat menjadi semakin relevan dan penting,” ujar Siti Murtiningsih, Selasa (14/5).
Menurut Dekan, di era modern sekarang ini telah membuat individu terlalu fokus akan satu hal tertentu, hingga melupakan sebab dan asal muasal dari banyaknya fenomena yang terjadi. Adapun studi filsafat mampu membawa seseorang ke dalam perenungan untuk mencari dan mempertanyakan segala sesuatu agar memahami dunia modern.
Saat ini membuka tiga program studi, yakni sarjana (S1), magister ilmu filsafat (S2), dan doktoral (S3). Ketiga program studi tersebut diusung oleh tiga departemen, yakni Filsafat Agama, Filsafat Barat, dan Filsafat Timur. Berbagai kajian dan pilihan peminatan pun tersedia untuk membantu mahasiswa memfokuskan minatnya.
Selain terbagi ke dalam tiga program dan departemen, mahasiswa juga dapat memilih beberapa peminatan, antara lain Etika, Filsafat Ilmu dan Teknologi, Filsafat Agama dan Budaya, serta Filsafat Sosial dan Politik. Seluruh program studi telah mendapatkan akreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sejak tahun 2020. “Sebelumnya pada tahun 2016, ASEAN University Network (AUN) juga memberikan akreditasi yang membuat Fakultas Filsafat UGM dianggap telah berstandar internasional,” ujarnya.
Di ranah penelitian dan pengembangan, Fakultas Filsafat UGM memiliki forum jurnal yang dibentuk sejak tahun 1990. Forum tersebut berfungsi untuk mengembangkan riset dan pemikiran tentang filsafat. Kemudian pada tahun 2022, Fakultas Filsafat UGM berkontribusi merintis tiga jurnal baru, yakni Jurnal Lafinus untuk pengembangan Filsafat Nusantara, Jurnal ASEAN Journal of CI-EL Applied Philosophy untuk filsafat terapan dan etika bisnis, serta Jurnal Tsaya Dharma untuk publikasi di bidang pengabdian masyarakat.
Sedangkan untuk program kemahasiswaan, mahasiswa Filsafat berkesempatan dapat belajar di luar perkuliahan melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terbuka bagi seluruh mahasiswa dalam sembilan jenis pembelajaran MBKM meliputi pertukaran pelajar, magang atau praktik kerja, kegiatan wirausaha, hingga proyek kemanusiaan. “Jika ingin mengasah kemampuan soft-skills dan leadership, Fakultas Filsafat UGM memiliki 10 Biro Kegiatan Mahasiswa (BKM) untuk memperluas wilayah pembelajaran,” paparnya.
Salah satu mahasiswa S1 Ilmu Filsafat UGM, Tiyo Ardianto menuturkan, ketertarikannya terhadap dunia filsafat sudah ada sejak ia masih remaja. Setelah lulus SMA, ia pun memilih daftar kuliah di prodi Filsafat. Apalagi saat di bangku menengah, ia menempuh pendidikan homeschooling berbasis komunitas di Omah Dongeng Marwah dengan ijazah paket C. “Sebagai angkatan pertama, saya ingin menorehkan warisan kepada adik-adik bahwa dengan ijazah paket C, kita bisa masuk kampus sekelas UGM. Saya bersyukur, keinginan saya terwujud,” kata Tiyo seraya menyebutkan ia berhasil masuk UGM dengan skor UTBK 753 di Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Ketika ditanya soal mata kuliah favorit, Filsafat Nusantara adalah salah satu pilihan Tiyo. Mata kuliah ini tersedia di semester pertama, di mana setiap mahasiswa akan saling berbagi pengetahuan dan tukar pengalaman soal kebudayaan dari daerah asal masing-masing. “Tak hanya itu, Filsafat Nusantara juga mempelajari sejarah kearifan lokal pra-Indonesia hingga pasca-Indonesia, serta asal muasal nilai-nilai Pancasila. Model pembelajaran yang sering digunakan adalah diskusi antar mahasiswa, dengan saling melempar tanya jawab satu sama lain,” katanya.
Menjawab soal jenis pekerjaan yang akan ingin digelutinya setelah lulus, Tiyo mengatakan seorang sarjana filsafat harus mampu berpikir lurus untuk dapat menyelami berbagai bidang profesi, seperti jurnalistik, IT, akademik, perbankan, bahkan di pemerintahan. Tiyo sendiri mengaku ingin menjadi seorang pengajar, dosen, atau peneliti. “Saya suka belajar hal baru dan mengembangkan pengetahuan yang saya miliki. Semua hal itu selaras dengan kerja-kerja di bidang pengajaran,” jelasnya.
Penulis: Tasya
Editor: Gusti Grehenson