Dewasa ini, kesehatan mental di kalangan dunia pendidikan tidak boleh dianggap remeh. Beberapa kasus bunuh diri menimpa mahasiswa di beberapa perguruan tinggi, seperti di Surabaya, Jakarta, bahkan Yogyakarta. Publikasi Badan Litbangkes tahun 2016 mencatat setiap harinya ada 5 orang melakukan bunuh diri. Sebanyak 47,7% korban bunuh diri berada di usia remaja dan produktif, usia 10 hingga 39 tahun.
Untuk mengantisipasi kejadian kasus bunuh diri, UGM melakukan mitigasi dan skrining kesehatan mental di kalangan mahasiswa. Tidak cukup hanya sampai di situ, UGM juga menginisiasi gerakan berkesenian di ruang terbuka lewat kegiatan bertajuk ‘Senja Gurau’. “Program ini dirancang untuk menjawab permasalahan kesehatan mental di kalangan mahasiswa, dosen, juga tenaga kependidikan dengan menyediakan platform yang ekspresif, kolaboratif, dan interaktif berupa hiburan musik dan obrolan,” terang Wakil Rektor Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA, Rabu (23/10).
Seniman penggagas Senja Gurau, Anang Batas, mengungkapkan Senja Gurau menghadirkan beberapa penampil seperti band musik dan obrolan interaktif. Melalui pentas musik ini, kata Anang, pihaknya ingin memfasilitasi para sivitas akademika yang memiliki bakat dan kemampuan seni untuk berekspresi dan tampil melalui media panggung Senja Gurau tag rutin dilaksanakan setiap akhir pekan. “Setiap sesi dirancang untuk memfasilitasi kolaborasi dan silaturahmi lintas generasi, serta memberikan ruang bagi peserta untuk berbagi keresahan hidup dan menemukan keseimbangan emosional” terangnya.
Senja Gurau dilaksanakan di empat klaster di UGM, yaitu klaster saintek, klaster soshum, klaster agro, dan klaster kesehatan. Penampilan perdana Senja Gurau ditujukan untuk civitas akademika di klaster Sosial Humaniora bertempat di Fakultas Ilmu Budaya. Selanjutnya, penampilan kedua ditujukan untuk klaster Agro, tepatnya di Fakultas Kehutanan.“Kegiatan ini sudah berlangsung sejak September 2024 lalu,” ungkap Anang.
Sebagai gerakan kesenian di ruang terbuka, Senja Gurau bertujuan untuk menjadi jembatan pemersatu lintas generasi antara mahasiswa, alumni, dan civitas akademika UGM. Senja Gurau juga meningkatkan kreativitas melalui rangkaian penampilan dan kegiatan interaktif, peserta diajak untuk memantik kreativitas mereka. “Yang terpenting dan sesuai tujuan utama, Senja Gurau bermanfaat sebagai stress release melalui obrolan interaktif dan penampilan kesenian menjadi tempat untuk melepaskan stres dan beban pikiran, membantu peserta menemukan keseimbangan emosional,” paparnya.
Dikatakan Anang, Senja Gurau bukan hanya sebuah kegiatan kesenian, tetapi juga langkah menuju penguatan komunitas akademik. Dengan semangat kebersamaan dan kolaborasi, diharapkan setiap peserta dapat merasakan manfaat dari momen ini, melepaskan penat, dan membangun jaringan yang lebih solid. “Harapannya, kegiatan ini dapat memberikan dampak positif dalam kehidupan akademik maupun kehidupan personal para mahasiswa, dosen maupun tenaga kependidikan, sehingga kesehatan mental segenap civitas bisa tetap terjaga,” pungkasnya.
Reportase : B. Diah Listianingsih/DPP
Penulis : Tiefany
Editor : Gusti Grehenson