
Sebanyak 540 bibit terumbu karang ditanam oleh Mahasiswa KKN PPM UGM di Nagari Mandeh dan Nagari Sungai Nyalo, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Jumat (1/8). Pemasangan terumbu karang buatan ini diharapkan bisa menjaga kelestarian ekosistem bawah laut di kawasan wisata Mandeh.
Koordinator Program Kerja Penanaman Terumbu Karang KKN Menoreh Mandeh, Fatih Husaen, mengatakan terumbu karang memiliki manfaat yang besar untuk kehidupan ekosistem laut dalam menjaga keanekaragaman hayati. Tim KKN Menoreh Mandeh melihat terumbu karang sebagai organisme yang harus ada di setiap kawasan perairan Indonesia. Fatih menjelaskan terumbu karang itu nantinya akan ditanam di area konservasi di pesisir Sumatera Barat. “Hari ini kami menanam 15 meja, untuk per mejanya ada 36 terumbu karang,” ungkap Fatih.
Koordinator Mahasiswa Tingkat Unit KKN Menoreh Mandeh, Raditya Affandi menambahkan KKN Menoreh Mandeh menjadi tahun pertama di Nagari Mandeh dan Nagari Sungai Nyalo di Kabupaten Pesisir Selatan. Rencananya KKN di wilayah ini akan dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya. “Jadi untuk tahun pertama ini kami mengumpulkan data, observasi data primer dan menyiapkan kerja lanjutan untuk tahun-tahun berikutnya,” ujarnya. Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni, Dr. Arie Sujito mengatakan aksi penanaman terumbu karang ini sebagai upaya kampus dalam menjaga alam melalui aksi nyata dari ancaman kerusakan. “Penyelamatan alam yang kita lakukan dengan penanaman terumbu Karang itu adalah bagian nyata komitmen yang secara konkret melalui arena secara praksis,” katanya.
Menurut Arie, kontribusi anak muda dalam menyelamat alam sangat berdampak bagi masa depan lingkungan, ditengah masifnya kegiatan eksplorasi alam dan tambang. “Masa depan alam ini tergantung perlakuan kita pada alam. Semakin kita mencintai alam itu akan saya punya keyakinan akan menciptakan kesejahteraan,” ujarnya.
Program penyelamatan alam yang dilakukan oleh UGM ini diharapkan bisa menginspirasi kampus lain untuk melakukan hal yang sama. “Saya yakin ini akan menjadi gerakan sosial penyelamatan alam. Di antara sekian kita menghadapi krisis ekonomi, krisis alam, climate change, global warming, menyemai terumbu Karang ini adalah bagian dari tindakan konkret yang kecil yang punya manfaat besar buat kita semua di dalam penyelamatan alam dan penyelamatan kemanusiaan,” tegasnya.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Kehutanan RI, Satyawan Pudyatmoko, mengatakan bangsa Indonesia memiliki tantangan untuk menjaga pelestarian karang dan sumber daya laut, di tengah ancaman perubahan iklim. Sebab, perubahan iklim ini meningkatkan suhu air laut seringkali menyebabkan gejala yang namanya pemutihan, bleaching untuk terumbu karang ini menyebabkan kematian. “Penyebab yang lain tentu saja polusi,” ujarnya.
Di sisi lain, keberadaan terumbu karang menghadapi eksploitasi yang tidak bertanggung jawab, dari dampak pengeboman, lalu materialnya diambil untuk pondasi jalan dan pondasi bangunan. Dampak kerusakan terumbu karang ini menyebabkan produktivitas perikanan laut di pantai-pantai mengalami penurunan. “Ikanya makin kecil, makin kedalam untuk mencari ikan yang besar-besar. Nah ini pertanda ekosistem lautnya harus diperbaiki, disehatkan kembali dengan cara penanaman terumbu karang,” terangnya.
Keberadaan terumbu karang di ekosistem laut menurut Dirjen sangat penting untuk mendukung perikanan, produktivitas ikan, keanekaragaman ikan dan juga survival rate dari ikannya juga akan meningkat kalau terumbu karangnya baik. “Kami di pemerintah ini juga sangat berterima kasih kepada UGM yang mengerjakan mahasiswanya untuk menanam terumbu karang. Kita punya komitmen dalam konvensi internasional mencegah terjadinya kepunahan spesies dan sekaligus punya komitmen untuk meningkatkan produktivitas ekosistem,” terangnya.
Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang, Rahmat Irfansyah mengakui pihaknya tengah menghadapi tantangan yang cukup serius dalam upaya untuk terus menyelamatkan Terumbu Karang. Menurutnya, upaya penyelamatan terumbu karang yang dilakukan mahasiswa KKN UGM sejalan dengan visi besar pemerintah kita untuk terus menjadikan laut melalui ekonomi biru sebagai salah satu dasar dan fondasi besar untuk mewujudkan termasuk juga pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan kita di masa depan.“Kami menyaksikan sendiri bersama dengan teman-teman KKN UGM ada di Alor, ada di Maratua, ada di banyak sekali pulau-pulau kecil terluar yang bagian dari upaya penyelamatan kedaulatan lingkungan, termasuk juga memberdayakan masyarakat menjadi satu kesatuan,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Donnie