Perubahan penggunaan lahan umumnya memengaruhi integritas suatu ekosistem di suatu wilayah. Dalam pembangunan infrastruktur khususnya jalan tol, akan secara langsung mengkonversi penggunaan lahan eksisting, seperti persawahan, permukiman, hutan. Efek dari perubahan ini bisa sangat parah jika konversi penggunanaan lahan tersebut mengganggu habitat penting seperti tanaman dan hewan utama yang ada di wilayah tersebut.
Hilangnya dan kerusakan habitat merupakan ancaman utama bagi spesies satwa liar, dan terkait erat dengan adanya perluasan atau pembangunan jalan. Dalam pembangunan infrastruktur khususnya jalan tol, pemerintah hanya fokus lingkungan abiotik dan sosial, tetapi kurang peka terhadap lingkungan biotik khusunya satwa, dan efek skala besar dari pembangunan infrastruktur tersebut pada umumnya masih terabaikan.
Melihat permasalahan tersebut, Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM bekerja sama dengan HK ExperTalk menginisiasi webinar nasional dengan topik Pembangunan Infrastruktur vs Konservasi Satwa Liar di Indonesia: Menggapai Keseimbangan. Webinar ini diharapkan menjadi media diskusi para stakeholder mengenai bagaimana kebijakan dalam pembangunan infrastrukur selalu berimbang dalam konservasi satwa liar yang ada di Indonesia.
Drh. Indra Exploitasia Semiawan, M.Si dari Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) menyatakan untuk menuju keseimbangan antara infrastruktur dan keanaekaragaman hayati diperlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Diantaranya perlu ada keseimbangan ekonomi dan ekologi, memahami perilaku satwa liar sebagai pendekatan ilmu yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembangunan infrastruktur dan perlunya membangun mindset untuk hidup berdampingan dengan satwa liar.
“Karena dalam hidup kita berdampingan dengan satwa-satwa liar,” katanya.
Dia menambahkan pembangunan jalan/ lintasan yang ramah lingkungan (ecopassage) merupakan implementasi konsep green infrastructure sebagai pengejawantahan dalam mewujudkan tujuan CBD 2050 yaitu Living in Harmony with Nature.
Ni Putu Oki Wirastuti dari PT Hutama Karya (Persero) dalam topik Tantangan dan Inovasi dalam Membangun Infrastruktur Jalan Tol ia menandaskan bahwa PT Hutama Karya (Persero) secara berkelanjutan akan menerapkan rencana pelestarian satwa di sepanjang Jalan Tol Trans Sumatera untuk mendukung konsep Jalan Tol Hijau.
Sementara Genman Suhefti Hasibuan., S. Hut., M.M dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau menyampaikan tema terkait dengan adaptasi pembangunan jalan tol pada habitat gajah di Provinsi Riau. Dalam paparannya dia memberikan contoh langsung bagaimana pembelajaran dari penetapan terowongan gajah pada Jalan Tol Dumai-Pekanbaru di kantong gajah Balai Raja.
Sedangkan Dr. rer. Silv. Muhammad Ali Imron., S. Hut., M. Sc selaku Tim Ahli Pustral UGM memaparkan bagaimana respons satwa liar terhadap pembangunan infrastruktur jalan. Menurutnya, jalan memberikan risiko dampak bagi kelestarian satwa liar melalui pengaruhnya terhadap vegetasi, lingkungan dan satwa liar secara langsung.
Di sisi yang lain pembangunan infrastruktur jalan memiliki peran penting bagi pembangunan di Indonesia sehingga perlu dilakukan upaya mitigasi pada setiap tahap pembangunan dan pemeliharaan jalan. Mitigasi dilakukan tidak generic, namun sangat tergantung pada karakter satwa liar dan perilakunya.
Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D. selaku Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM berharap agar webinar dapat menjadi media diskusi berbagai stakeholder untuk menghasilkan masukan terkait bagaimana pembangunan infrastruktur tetap terlaksana tanpa harus menganggu ekosistem terutama satwa liar yang sudah ada sebelumnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Otosia.com