Mobilisasi mahasiswa negara-negara di kawasan regional ASEAN ke negara Asia Timur terus mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa kini Asia Timur tidak hanya menjadi preferensi wisata tetapi juga menjadi pilihan untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, kolaborasi antar perguruan tinggi di negara-negara ASEAN Plus Three (APT) yang melibatkan tiga negara seperti Jepang, Korea dan Tiongkok perlu diperkuat.
Hal tersebut mengemuka dalam Seminar Internasional dan juga student camp bagi mahasiswa di negara-negara ASEAN dan tiga negara di Asia Timur, yakni Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan (ASEAN+3/APT) yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM berkolaborasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Senin (9/9) di Ruang Balai Senat UGM.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., mengatakan penting bagi para mahasiswa di negara-negara ASEAN menumbuhkan pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu yang berkembang di Asia Timur, baik di kalangan pendidik maupun mahasiswa di negara-negara anggota APT. “Banyaknya diskusi yang terjadi diharapkan akan memfasilitasi pertukaran perspektif dan pengetahuan tentang pembentukan pusat studi Asia Timur, meningkatkan konektivitas antar peserta melalui interaksi langsung, serta mempromosikan budaya dari masing-masing negara,” kata Wening.
Bagi Wening, seminar dan student camp yang berlangsung hingga 11 September ini merupakan platform untuk bertukar ide, menumbuhkan benih-benih kepemimpinan, serta membentuk masa depan tentang Studi Asia Timur. Sebab, masing-masing dari peserta membawa wawasan dan pengalaman yang tak ternilai sehingga ia berpesan agar semua peserta dapat memanfaatkan peluang ini sebaik mungkin untuk berkolaborasi, belajar dari satu sama lain. “Kita bangun hubungan yang langgeng yang tentunya akan memberikan keuntungan bagi diri kita di masa mendatang,” pesan Wening.
Dalam kesempatan itu, Wening menyampaikan kolaborasi antara negara-negara anggota APT merupakan upaya luar biasa untuk memperluas jangkauan regional dan menumbuhkan pemahaman budaya di seluruh kawasan. Masa depan ASEAN dan mitra negara lainnya berada di tangan mereka yang bersedia untuk selalu terhubung dan berkolaborasi untuk membina perdamaian dan kerja sama di berbagai bidang. “Kegiatan semacam ini menjadi awalan yang baik dalam perjalanan bersama kita menuju komunitas ASEAN yang lebih kuat dan lebih terintegrasi,” tutupnya penuh harap.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek RI, Prof Sri Suning Kusumawardani, menegaskan peran pendidikan tinggi pada studi Asia Timur dan kolaborasi antar anggota APT perlu diperkuat. Menurutnya, pendidikan tinggi sebagai cultural hub memiliki tiga misi utama untuk dijalankan, yaitu menjalankan program pertukaran pelajar internasional, serta melakukan riset bersama, dan pembelajaran kolaboratif terkait sejarah, politik, ekonomi, dan juga budaya suatu negara. “Saat ini pendidikan tidak hanya untuk menempatkan mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan saja, tapi lebih dari itu,” jelasnya.
Bagi Sri, mahasiswa yang terbiasa mendapatkan paparan internasional tentunya akan mudah beradaptasi dengan perubahan serta memiliki pemikiran kritis yang bermanfaat bagi pengembangan dirinya. “Kolaborasi dalam pendidikan tinggi dapat mengatasi tantangan dan membantu untuk menumbuhkan identitas regional. Semoga dengan seminar internasional dan student camp ini dapat terbentuk roadmap pembentukan Pusat Studi Asia Timur di universitas-universitas di negara APT,” jelasnya.
Sementara Direktur Kerja Sama Sosial Budaya ASEAN, Kemlu RI, Yuliana Bahar, mengatakan pihaknya akan memperhatikan setiap rekomendasi yang dihasilkan oleh tiap peserta. Dirinya antusias bahwa semua peserta akan memberikan kemampuan terbaiknya untuk mengulas setiap isu yang diberikan dalam kelas-kelas seminar, public lecture, group work, dan juga workshop. “Saya percaya dari forum ini akan terbentuk pusat unggulan kerja sama internasional dalam pendidikan tinggi di tiap negara anggota APT,” ucapnya.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Donnie