Kasus Monkey Pox atau yang dikenal dengan cacar monyet pertama kali dikonfirmasi ada di Indonesia pada Agustus 2022 lalu. Meskipun tingkat fatalitasnya jauh di bawah virus Covid-19, yakni kurang dari 0.001% dari total kasus, penyakit ini masih perlu diwaspadai. Untuk itu, Fakultas Farmasi UGM turut berkontribusi meningkatkan kewaspadaan akan penyakit cacar monyet dalam webinar bertema “Mengenal Monkey Pox: Penyakit yang Mirip Cacar Tapi Lebih Berbahaya” pada Kamis (9/11).
“Penyakit ini sudah ditemukan sejak tahun ‘58. Pertama kali ditemukan pada monyet yang sedang diteliti. Tapi sekarang bermutasi hingga menyerang manusia, zoonosis ya. Muncul pertama kali pada manusia itu di tahun 1970 di Republik Demokrasi Kongo. Kongo ini salah satu daerah endemik, ya. Jadi virus-virus mematikan banyak yang ditemukan di Afrika, dan virus monkey pox ini juga termasuk,” ungkap Prof. Dr. Apt. Ika Puspita Sari, M.Si. Penyebaran monkey pox ini terbilang sangat cepat berdasarkan laporan WHO per tanggal 21 Mei 2022, di mana cacar monyet sudah menyerang kawasan Eropa, Amerika, dan Australia.
Cacar monyet sempat diramalkan sebagai salah satu penyakit yang endemic desease, atau penyakit yang menyerang banyak negara. Ketika itu dikatakan bahwa penyakit ini akan menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya di negara ekonomi menengah bawah. Namun ternyata, kasus monkey pox saat ini banyak ditemukan di negara-negara maju, seperti Amerika, Jerman, Spanyol, dan lain-lain. Penyebaran tersebut umumnya disebabkan oleh tingginya mobilisasi manusia antar negara dan minimnya perhatian pada penyakit ini. Padahal, monkey pox dapat berisiko tinggi, khususnya bagi kelompok muda, mengingat vaksinasi cacar sudah dihentikan sejak tahun 1980 karena dianggap musnah.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan RI, gejala monkey pox hampir sama dengan cacar air, bahkan lebih ringan. Penderita akan mengalami demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Bedanya, cacar monyet menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening, sedangkan cacar air tidak. “Ini yang perlu diwaspadai ketika terkena cacar, jadi ciri-ciri monkey pox ini adalah di dalamnya (benjolannya) tidak hanya cairan, tapi juga nanah. Tidak harus menyebar ke seluruh tubuh, ada juga yang terkumpul di tangan. Dan bentuknya tidak harus seperti cacar, bisa juga menyerupai varicela,” ucap Prof. Ika.
Tertanggal Senin, 11 November 2023, total kasus cacar monyet di Indonesia mencapai 35 kasus dan tersebar di wilayah Jakarta, Bandung, Bekasi, dan mulai menyebar ke Tangerang. Pada keseluruhan kasus tersebut, ditemukan ada 10 penderita HIV, 8 Sifilis, dan 9 HIV & Sifilis. Namun Prof. Ika menekankan, penyebaran di wilayah Barat tidak berarti menutup kemungkinan persebaran di wilayah tengah dan timur, apalagi di tengah tingginya perpindahan masyarakat dari satu daerah ke daerah lain. Pun dengan serangan monkey pox yang cenderung menyerang individu dengan imunitas rendah. Faktanya, penderita monkey pox di Afrika justru banyak yang tidak memiliki gangguan imunitas apapun. Hal ini mengindikasikan bahwa pencegahan monkey pox harus memperhatikan berbagai kemungkinan.
Sejauh ini, penyebaran monkey pox yang muncul pada penderita di Indonesia, mayoritas melalui kontak seksual. Tapi hal ini tidak menutup kemungkinan adanya penularan melalui kontak kulit ke kulit, mulut ke mulut, mulut ke kulit, ataupun kontak dengan hewan peliharaan dan hewan liar. Tak hanya itu, cacar monyet juga bisa ditularkan melalui daging konsumsi dan benda-benda yang terkontaminasi.
“Paling penting untuk dipahami adalah pencegahannya. Hindari kontak dengan hewan apapun, baik yang sakit ataupun ditemukan mati di daerah tempat penyebaran. Kemudian kontak dengan bahan apapun, tempat tidur, linen, serta harus ada isolasi bagi pasien yang menderita monkey pox. Cuci tangan harus lebih sering, dan memasak daging dengan benar dan matang, karena ada kemungkinan kontaminasi virus,” tutur Prof. Ika. Seseorang yang mengalami gejala-gejala cacar monyet, harus segera ditangani untuk mencegah akibat yang fatal. Karenanya, perlu kesadaran dan kewaspadaan pada penyakit monkey pox, hingga seluruh pasien dapat ditangani dengan cepat dan virus tidak menyebar luas.
Penulis: Tasya
Foto: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/