
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini bencana tsunami di daerah utara Indonesia pada Rabu (30/7). Tsunami dipicu oleh gempa berkekuatan 8,7 magnitudo yang terjadi di Kamchatka, Rusia. Dalam laporannya, BMKG mendeteksi setidaknya tujuh potensi gempa susulan yang dapat menimbulkan tsunami di wilayah Rusia, Jepang, Alaska, Filipina, Hawaii, dan Guam.
Sebagai upaya preventif, BMKG turut mencantumkan status waspada untuk sejumlah daerah, yakni Kota Gorontalo, Halmahera Utara, Manokwari, Raja Ampat, Biak Numfor, Supiori, Sorong Bagian Utara, Jayapura, dan Sarmi. Gelombang tsunami setinggi kurang dari 0,5 meter diperkirakan akan tiba pukul 14.52-16.30 WITA pada Rabu lalu. Masyarakat diminta untuk menghindari area pesisir untuk sementara waktu. Hingga saat ini, belum ada laporan kerusakan ataupun dampak dari bencana tsunami yang terjadi.
Pakar Geologi UGM, Ir. Gayatri Indah Marliyani, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM memberikan tanggapan terhadap peringatan darurat tsunami yang disampaikan BMKG. Menurutnya, sistem peringatan dini tsunami saat ini telah terkoordinasi dengan baik antar negara, pemerintah pusat, hingga daerah. “Saat ini sistem peringatan sudah berjalan baik ya, ada konsorsium untuk berkoordinasi kapanpun ada potensi tsunami. Peringatan dini juga sudah berjalan dengan baik,” ucap Gayatri, Jumat (1/8).
Negara-negara di lingkar pasifik tergabung dalam satuan sistem peringatan dini yang mampu mendeteksi apabila ada pergerakan dari patahan lempeng sepanjang samudera pasifik. Gayatri menambahkan, jika pusat gempa sudah diketahui sejak awal, maka perkiraan tsunami bisa diprediksi sedini mungkin karena kecepatan gelombang air yang lebih lambat. Dalam konteks Indonesia sendiri, gempa yang terjadi di Rusia dikatakan tidak memiliki dampak yang signifikan karena jarak yang cukup jauh. “Ketinggian tsunami sudah sangat berkurang dibanding pertama kali muncul di wilayah Rusia ataupun Jepang,” ujarnya.
Gayatri melihat sistem peringatan dini yang dimunculkan BMKG hingga pemberian status waspada di beberapa daerah sudah cukup baik. Kendati demikian, informasi-informasi yang beredar perlu dipahami secara utuh oleh masyarakat. Adanya sistem peringatan dini diperuntukan untuk meminimalisir dampak bencana dengan meningkatkan kewaspadaan, namun tetap disampaikan secara baik agar tidak menimbulkan kepanikan.
Pada Rabu (30/7) malam, BMKG mengakhiri status waspada tsunami setelah terdeteksi gelombang tsunami telah berakhir. Beruntungnya, dampak tsunami yang datang tidak signifikan sebagaimana diperkiraan di awal. Gelombang tsunami tertinggi berada di Bitung, Sulawesi Utara dengan ketinggian 0,21 meter. Sedangkan di daerah lain berkisar antara 0,2 hingga 0,15 meter yang mana tergolong kecil dibanding gelombang tsunami di negara lain. Berakhirnya status waspada BMKG mengakhiri situasi kebencanaan, namun kewaspadaan tetap harus dijaga ke depannya. “Dari perspektif saya melihat sistem peringatan dini dan informasi yang disampaikan sudah baik. Hanya saja mungkin masyarakat perlu menyerap informasi secara utuh sehingga tidak menyebabkan kepanikan,” tambah Gayatri.
Informasi sebaiknya hanya bersumber dari edaran, peringatan, atau publikasi yang disampaikan langsung oleh BMKG sebagai sumber terpercaya. Sedangkan untuk konten media sosial yang beredar masif, masyarakat perlu lebih bijaksana dalam mengolah informasi.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : AFP