Aktor Nicholas Saputra, memberi wejangan kepada puluhan mahasiswa UGM soal mengembangkan ide kreatif di era digital dalam workshop yang bertajuk “The Actor’s Edge: Creativity and Quality in a Digital World”, Selasa (10/9), di Fisipol UGM.
Nicholas yang akrab dipanggil Nicho ini menceritakan pengalaman saat awal ia berkecimpung di dunia industri kreatif. Menurutnya, sebuah karya kerap dikelompokkan sesuai dengan disiplinnya. Namun saat ini dapat dilihat bahwa banyak orang yang mulai memperkaya proses kreatif dengan menggabung lintas disiplin. Bagi Nicholas, hal ini penting untuk dilakukan oleh generasi muda untuk dapat memperkaya sebuah karya agar beradaptasi dengan kondisi sosial.
Nicho memberikan sebuah contoh pengalamannya dalam melakukan proses kreatif untuk pementasan tradisi Bali yang ia buat dua tahun lalu. Persiapan dari pentas tersebut memakan waktu enam bulan hingga satu tahun, namun proses kreatif dari awal terbentuk hingga akan dipentaskan itu membutuhkan waktu yang lama. “Sebuah karya tentu akan mengalami proses kreatif yang beragam melalui pergantian zaman, dan itu juga pastinya banyak terpengaruh dengan keadaan sosial yang berbeda-beda,” tuturnya.
Ia menekankan agar para anak muda dapat mengutamakan objektivitas dan tujuan ketika akan membuat sebuah karya dan tidak bergantung pada apresiasi dari audiens. Menurutnya, sebuah karya memang membutuhkan validasi dari audiens yang menghargai karya seseorang adalah hal yang wajar dalam sebuah proses aktualisasi. Meski begitu, validasi bukanlah segalanya dalam dunia industri kreatif.
Meski demikian, Nicho menuturkan ada saat kita memiliki rasa bosan saat mencari dan belum menemukan ide kreatif. Oleh karena itu, pemeran Rangga dalam Film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) menyarankan anak muda untuk dapat menuangkan ide yang dimiliki dengan sharing kepada orang terdekat agar mendapatkan timbal balik yang baik demi terciptanya sebuah proses kreativitas yang baik. “Di era digital, aksesibilitas semakin mudah, maka besar potensi teman-teman sekalian untuk dapat mengembangkan ide kreatif kalian,” ujarnya.
Nida, mahasiswa prodi Sastra Inggris, angkatan 2023, salah satu peserta dari workshop ini mengungkapkan bahwa berdialog dengan peserta yang datang dari berbagai bidang membuatnya dapat mengambil sebuah topik diskusi dari sudut pandang yang beragam. “Senang sekali bisa menjadi bagian dari acara ini, terutama kita sebagai peserta dapat belajar langsung dari Nicholas Saputra yang sudah expert (ahli) di dunia industri kreatif,” ungkapnya.
Workshop yang digagas oleh Narasi dan Grab ID ini meyakinkan para peserta bahwa mereka merupakan generasi muda yang memiliki peluang besar untuk dapat menuangkan inovasi dan ekspresi di industri kreatif pada era sekarang. Meski begitu, tantangan dalam kreativitas dan kualitas tak dapat diabaikan.
Penulis : Lintang
Editor : Gusti Grehenson