
Tim KKN-PPM UGM Binar Bengkalis melaksanakan pengabdian di Bumi Lancang Kuning, Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, Riau. Wilayah yang kaya akan potensi alam dan budaya ini menjadi ruang aktualisasi bagi mahasiswa untuk turut berperan dalam mendorong pembangunan berkelanjutan berbasis kearifan lokal.
Rupat Utara merupakan salah satu kawasan wisata yang memiliki potensi besar untuk menjadi pariwisata unggulan di provinsi Riau. Pesona pesisir pantai dengan pemandangan laut dan pasir putih yang memanjakan mata. Tak hanya menyajikan panorama alam yang menenangkan, Rupat Utara juga memiliki kekayaan budaya dan tradisi masyarakat pesisir yang autentik, menjadikannya destinasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai wisata berbasis alam dan budaya. Potensi ini membuka peluang besar bagi pembangunan sektor pariwisata yang berkelanjutan dan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.
Kormanit KKN PPM UGM, Restu Satrio Widhianto, mengatakan salah satu program kerja yang mereka laksanakan yakni pengembangan pariwisata di Rupat Utara adalah melalui digitalisasi produk-produk lokal. Selain itu bikin website desa https://rupatutara.id menjadi langkah awal dalam mempublikasikan dan memasarkan potensi daerah secara lebih luas. “Website ini merupakan hasil kolaborasi antara mahasiswa KKN-PPM UGM dan masyarakat setempat sebagai bentuk kontribusi nyata dalam memajukan desa,” kata Restu dalam keterangan yang dikirim, Selasa (12/8).
Di website tersebut juga menampilkan profil UMKM yang berada di Rupat Utara. Untuk mendukung keberlanjutan usaha lokal, para pelaku UMKM diberikan pelatihan digital secara berkelanjutan agar mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Materi pelatihan mencakup pembuatan QRIS, e-katalog, serta pengelolaan akun media sosial sebagai sarana promosi produk.
Sementara dalam mengembangkan UMKM juga dilakukan dengan inovasi olahan ikan khas Rupat Utara yang dikreasikan menjadi abon dan pempek. Inovasi ini memanfaatkan ikan parang dan ikan caru dari perairan setempat. Abon ikan ini memiliki cita rasa gurih yang khas serta daya simpan yang lebih lama, sehingga cocok dijadikan oleh-oleh maupun stok pangan rumah tangga. Sementara itu, pempek berbahan dasar ikan parang menawarkan tekstur kenyal dan rasa yang tidak kalah lezat dibandingkan pempek berbahan ikan tenggiri. “Kedua olahan ini bukan hanya menjadi wujud kreativitas masyarakat, tetapi juga langkah strategis dalam meningkatkan nilai tambah hasil perikanan Rupat Utara,” ujarnya.
Menurut Resty, melalui pengembangan potensi lokal ini dapat memperluas peluang usaha, membuka lapangan pekerjaan, dan pada akhirnya meningkatkan kemampuan ekonomi warga desa secara berkelanjutan.
Tidak cukup sampai di situ, Tim KKN Binar Bengkalis juga Upaya dalam mendukung pengembangan pariwisata lokal dengan mengetahui sebaran potensi wisata di Rupat Utara dilakukan oleh Tim Binar Bengkalis melalui pembuatan peta sebaran potensi wisata. peta ini mencakup berbagai titik-titik lokasi wisata yang ada di Desa Tanjung Medang maupun Desa Teluk Rhu, baik lokasi yang sudah dijadikan wisata maupun lokasi yang berpotensi menjadi wisata dengan berbagai keindahan dan keunikannya masing-masing.
Selain berfokus pada bidang pariwisata, Tim Binar Bengkalis juga memiliki beberapa program yang mendukung keberlanjutan lingkungan, seperti pengolahan limbah juga dilakukan sebagai upaya mengurangi volume sampah. Pengolahan limbah ini dilakukan pada sampah organik dan anorganik. Beberapa pengolahan limbah organik adalah pembuatan eco enzyme dengan menggunakan sisa sayuran dan buah-buahan yang telah busuk, pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah, dan pembuatan pupuk organik dari kotoran hewan ternak. “Adanya kegiatan pengolahan limbah ini memberikan inspirasi terutama ibu-ibu setempat untuk mengolah limbah organik yang mereka miliki yang tentunya dapat memiliki nilai jual,” katanya.
Sedangkan dalam upaya mendukung pembangunan berkelanjutan, Tim KKN-PPM UGM mengenalkan kepada masyarakat terkait energi berkelanjutan dengan melakukan pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU) menggunakan panel surya di titik-titik strategis Desa Tanjung Medang. Program kerja ini merupakan bentuk solusi ramah lingkungan yang dapat menunjang kegiatan warga sekitar dalam beraktivitas di malam hari. “Panel surya dipilih karena mampu mengonversi energi surya menjadi listrik tanpa harus bergantung dengan PLN, sehingga lebih adaptif dan efisien dengan suhu dan kondisi geografis Pulau Rupat,” terangnya.
Menjelang akhir kegiatan pengabdian, mahasiswa KKN UGM juga mengenalkan pembuatan briket arang dari daun kering yang diselenggarakan bersama masyarakat Desa Tanjung Medang menjadi salah satu upaya nyata dalam mengenalkan pemanfaatan limbah organik sebagai sumber energi alternatif. Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu yang selama ini menjadi garda terdepan dalam pengelolaan rumah tangga, termasuk dalam hal pengelolaan sampah. “Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga mengajak para peserta untuk langsung mempraktekkan pembuatan briket secara sederhana,” ungkapnya.
Menurut Restu, sebelum adanya pengenalan briket ini, sebagian besar ibu-ibu menganggap daun kering sebagai limbah yang harus segera dibakar atau dibuang. Mereka belum mengenal adanya alternatif pengelolaan limbah organik yang lebih ramah lingkungan dan bernilai guna. Namun, setelah mengikuti workshop, terjadi perubahan cara pandang. “Mereka mulai melihat potensi ekonomis dan ekologis dari daun kering, serta menyadari pentingnya mengurangi praktik pembakaran terbuka yang dapat mencemari udara,” pungkasnya.
Penulis : Jelita Agustine
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Tim KKN Binar Bengkalis