Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) di perguruan tinggi memegang peranan penting dalam pengembangan soft skill, kepemimpinan, serta kerja kolaboratif bagi mahasiswa. Namun begitu, pengurus ormawa mahasiswa dapat mendorong organisasi menjadi lebih inklusif, berorientasi pada berprestasi, berkelanjutan dalam setiap aspek kegiatan, dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Hal itu mengemuka dalam kegiatan Pelatihan Transformasi Organisasi Kemahasiswaan 2024 yang diselenggarakan oleh Direktorat Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada (Ditmawa UGM) ini berlangsung pada Sabtu, (26/10) lalu di Auditorium Lantai 4 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Kegiatan workshop kali ini menghadirkan 5 narasumber sebagai pengisi materi workshop, yang kompeten di bidangnya, yaitu Dr. Hargo Utomo, M.B.A. selaku Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM, Gusti Grehenson, S.K.H., selaku Koordinator Peliputan UGM, Restu Tri Handoyo, S.Psi., M.Psi., Ph.D., M.Kes. selaku Ketua Satgas Kesehatan Mental UGM, Walyono, S.T., M.Eng. Kepala Subdirektorat Pemeliharaan Sarana dan Prasarana, dan Bambang Paningron selaku Head of Community & Experience Gelanggang Inovasi Kreasi (GIK UGM).
Dr. Hempri Suyatna, S.Sos, M.Si., selaku Sekretaris Direktorat Kemahasiswaan UGM, menuturkan ormawa ke depan diharapkan mampu mengembangkan growth mindset dan keberlanjutan, yang bertujuan untuk meningkatkan kontribusi Ormawa terhadap pengembangan diri mahasiswa, berprestasi, dan mendorong reputasi universitas, serta kesiapannya dalam menghadapi tantangan masa depan. “Kita ingin Ormawa semakin maju dan berkembangan dengan KPI (Key Performance Indicator) yang sudah ditetapkan,” katanya
Hargo dalam pemaparannya, membahas mengenai pemahaman tentang konsep Startup. Ia pun dalam materinya juga membahas mengenai isu berkelanjutan, peluang kerja sama dengan memanfaatkan skill dan kemampuan diri serta dengan bekerja sama dengan orang lain, serta social enterprise yang bermanfaat tidak hanya untuk diri sendiri namun juga kehidupan orang banyak yang terus berinovasi dengan memanfaatkan teknologi. Ia pun menganalogikan bahwa mahasiswa itu seharusnya menjadi magnet dalam society, yang dapat menarik dan menjadi sumber tenaga atau memberi manfaat bagi sekelilingnya. “Jadi, entrepreneur tidak selalu hanya berfokus pada perusahaan, bisnis tapi bisa tidak jadi seorang entrepreneur yang menggerakan komunitas menjadi lebih baik,” ujarnya.
Pemaparan selanjutnya, dibawakan oleh Gusti Grehenson. Pada materi kali ini, ia membawakan materi mengenai tips menulis berita yang baik. Selain membahas mengenai bagaimana menulis berita yang baik secara teknis, ia sedikit membocorkan, bahwa pemberitaan atau publikasi ini penting, dikarenakan salah satu indikator dari audit UKM yang akan dilaksanakan adalah jumlah publikasi tentang SDGS. Selain itu, pemberitaan yang muncul di laman resmi UGM juga kerap menjadi rujukan media-media nasional, yang juga akan berdampak pada citra UGM di mata publik.
Secara teknis, ia memaparkan bahwa kriteria berita yang baik adalah berita yang bersifat baru dan unik, lengkap dengan memenuhi 5W+1H, lalu bagaimana pengambilan gambar yang baik, penulisan judul yang menarik, angle berita, serta penggunaan teras berita untuk menarik minat pembaca.
Mengakhiri bagiannya, Gusti mengingatkan pengurus ormawa untuk sering rajin menulis terutama untuk rilis berita publikasi dari kegiatan yang dilakukan oleh UKM dan Komunitas. Semakin banyak membuat berita publikasi maka kemampuan menulis juga akan meningkat. “Seperti ibarat pisau dan koki, semakin sering kita menulis, semakin diasah akan semakin tajam,” pungkasnya.
Sesi selanjutnya, Restu membahas materi “Pemahaman tentang Mental Health dan Kekerasan Seksual dan Kesehatan Mental dalam Lingkup Kampus”. Dalam pembahasannya, ia menjelaskan bahwa dalam memahami kesehatan mental seharusnya dilihat dengan continuum, yang artinya hal tersebut tidak hanya dilihat secara hitam maupun putih maupun 0 atau 1 saja, melainkan hal kompleks yang berada di antaranya. Tak hanya itu, ia pun menambahkan bahwa lingkungan kampus selain menjadi tempat belajar juga menjadi proteksi resiko dan juga memfasilitasi pertumbuhan bagi segenap yang berada di dalamnya. “Belajar harusnya menyenangkan, karena belajar merupakan proses menuju pertumbuhan,” jelasnya.
Ia pun menambahkan bahwa UGM berharap mahasiswa turut dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa, karena jika mengandalkan dosen dan tendik akan terbatas. Mereka dapat membuat sistem dan layanan, namun yang me-monitoring dan berada di sekitar ialah sesama mahasiswa itu sendiri. Ia pun turut menambahkan agar mahasiswa dapat lebih sadar terhadap kekerasan seksual yang terjadi di sekitar mereka, serta menjelaskan peranan dan tindakan UGM dalam menangani hal tersebut.
Kemudian, pada sesi kedua, Walyono menjelaskan mengenai “Pengelolaan Sampah di Universitas Gadjah Mada”. Dalam seisinya, ia menjelaskan bagaimana UGM mengelola sampah terlebih pre dan pasca penutupan TPA Piyungan. Tak hanya itu, ia pun turut menjelaskan mengenai kebijakan pengelolaan sampah di lingkungan UGM berdasar surat edaran dari rektor, serta bagaimana, upaya untuk mewujudkan lingkungan Kampus Universitas Gadjah Mada yang lebih hijau.
Ia pun menambahkan bagaimana resiko dari penggunaan AI yang saat ini marak di lingkungan kampus, bahwa hal tersebut mempengaruhi lingkungan. “Satu kata pada AI itu penggunaan energinya 10 kali lipat energi dari energi dari sekali search di Google,” jelasnya.
Terakhir, Bambang Paningron mengakhiri workshop kali ini dengan sesinya yang membahas tentang “Event Management”. Dalam seisinya, ia menjelaskan tentang jenis-jenis event, apa itu kurator dan bagaimana pekerjaannya dalam manajemen suatu event, persiapan dalam event termasuk SOP dan hal di sekelilingnya, hingga implementasi dari perencanaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Dalam penjelasannya, ia menekankan pada pentingnya persiapan dan terbuka dengan segala kemungkinan yang ada di lapangan nanti. Tak hanya itu, hal lain yang penting dalam event manapun adalah sajian dan penyajian. Sajian berupa apa yang akan disajikan, dan penyajian ialah bagaimana penyajiannya.
Penulis : Leony
Editor : Gusti Grehenson