Pakar Energi dan Kepala Engineering Research and Innovation Center (ERIC) Fakultas Teknik UGM, Prof. Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D, dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang “Power and Energy System” pada Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Selasa (31/10). Dalam upacara pengukuhannya, ia menyampaikan pidato berjudul “Sektor Ketenagalistrikan Menjadi Tulang Punggung Percepatan Transisi dan Ketahanan Energi”.
“Pemanfaatan kebutuhan energi yang terus meningkat telah menyebabkan dan memacu persaingan global serta terjadinya saling pengaruh untuk mendapatkan akses sumber daya energi. Pada situasi memasuki akhir abad ke-20, perebutan kekuasaan dan akses untuk mendapatkan sumber daya energi telah memacu penguasaan suatu negara oleh negara adidaya yang telah menyebabkan korban dan kehancuran tata kehidupan sosial bangsa yang dikalahkan,” paparnya.
Ia menerangkan, modernisasi kehidupan manusia yang didukung oleh tumbuhnya industri yang masif, bisnis lintas negara serta kemajuan yang sangat cepat di sektor transportasi telah mengubah peta pertumbuhan pemanfaatan energi global. Perubahan iklim pun kini menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh dunia termasuk Indonesia.
Masyarakat global, menurutnya, sadar akan perlunya bergeser kembali dari ketergantungan terhadap energi fosil yang kotor untuk kembali secara maksimal memanfaatkan sumber energi yang bersih dan dapat diperbaharui. Proses perubahan untuk bergeser ini tidak bisa dilakukan secara mendadak, tetapi diperlukan sebuah proses yang panjang melalui transisi energi.
“Kita bersyukur bahwa dampak perubahan iklim telah menyadarkan para ilmuwan dan para pemimpin dunia untuk segera mengambil langkah-langkah strategis yang signifikan guna secara sinergi berkolaborasi untuk menjaga planet bumi dari kerusakan yang berlanjut. Kesepakatan Paris atau Paris agreement yang disepakati pada tahun 2015 telah menetapkan berbagai langkah strategis sebagai landasan guna mempercepat pengurangan pemanfaatan energi fosil melalui percepatan transisi energi,” kata Tumiran.
Transisi energi yang telah menjadi komitmen nasional, sejalan dengan PP. No.79/2014, menurut Tumiran, diharapkan dapat menghidupkan ekonomi baru di bidang energi baru dan terbarukan melalui penguasaan teknologi yang digerakkan sektor industri dengan dukungan penelitian yang kuat dan implementatif.
Dengan tumbuhnya industri EBT, peluang lapangan kerja juga diharapkan akan tercipta dengan baik. Pada kesempatan ini, ia mengajak para akademisi untuk belajar dari negara yang sudah berhasil mengembangkan EBT dengan kemandirian teknologi dan industrinya yang kuat.
“Yang sering terjadi kita memunculkan konsep-konsep dan pemikiran yang secara akademik belum teruji, sehingga apa yang direncanakan selalu dalam bentuk wacana yang sulit dicapai. Himbauan kepada teman teman yang sedang diberi amanah sebagai pengambil keputusan, di dalam percepatan transisi energi ini janganlah sekali-sekali merendahkan kemampuan anak bangsa, tetapi rancanglah regulasi yang terintegratif agar kemandirian bangsa ini dapat segera terwujud di sektor energi,” ungkapnya.
Sektor kelistrikan yang ia yakini dapat mendukung penguatan industri dalam negeri, percepatan transformasi penguasaan teknologi EBT serta menciptakan lapangan kerja produktif bidang EBT, diharapkan akan memberikan kontribusi besar pertumbuhan ekonomi hijau. Oleh karena itu, menurutnya, menjadikan industri kelistrikan nasional tumbuh menjadi industri yang sehat adalah bagian prasyarat yang harus dilakukan melalui berbagai kebijakan yang integratif dan komprehensif.
Penulis: Gloria
Fotografer: Firsto