Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di setiap tahunnya mengamankan puluhan produk kosmetik dan skincare yang terbukti mengandung bahan berbahaya dan dilarang. BPOM di tahun ini berhasil mengungkap 23 produk yang mengandung merkuri, asam retinoat, hidroquinon, pewarna merah K3 dan K10, serta pewarna acid orange 7. Bahan-bahan berbahaya yang terkandung dalam produk kosmetik dan skincare tentunya akan menimbulkan dampak berbahaya bagi para pengguna.
Melihat permasalahan ini, Guru Besar dan Pakar Kesehatan Kulit FKKMK UGM, Prof. Dr. dr. Hardyanto Soebono, Sp.K(K) memberikan tanggapannya. Menurutnya peredaran kosmetik harus melalui perizinan dan jika telah memiliki basis bukti perizinan baru diperbolehkan untuk diedarkan. “Salah satu tugas BPOM adalah mengawasi obat dan kosmetik yang beredar. Di lapangan jika menemukan atau ditemukan kosmetik mengandung bahan-bahan yang berbahaya mereka harus melarang,” terangnya di FKKMK UGM, Selasa (18/11).
Kenapa melarang kosmetika berbahaya, Hardyanto menjelaskan jika pemakaian diteruskan maka dapat merusak kesehatan tubuh. Sebagai contoh, pemakaian merkuri yang kerap digunakan dalam produk pemutih kulit, menurutnya, memiliki efek merusak ginjal. Begitu pula penggunaan hydroquinon sebagai produk pemutih yang juga berdampak buruk bagi pengguna. Bahkan jika penggunaan dilakukan secara berlebihan akan mengakibatkan kulit rusak dan terbakar. “Dengan pemakaian dosis terlalu tinggi, tentu bisa membuat kulit terbakar, dan jika pemakaian terlalu lama menjadikan kulit bisa menjadi hitam. Timbul flek-flek hitam dari timbunan hydroquinon yang ada di bawah kulit,” jelasnya.
Hardyanto menjelaskan terdapat gejala awal atau tanda-tanda yang bisa ditemui pada orang yang memakai produk-produk kecantikan berbahan berbahaya. Produk kecantikan yang mengandung Hydroquinone misalnya, maka akan memberi efek putih secara instan, namun kemudian akan timbul efek hitam pada kulit. “Penggunaan Hydroquinone mungkin pertama bagus untuk pemutih kulit. Tapi pemakaian lebih dari dua bulan maka justru kulit akan bertambah hitam. ini dikarenakan timbunan dari hydroquinone di bawah kulit,” terangnya.
Hardyanto tak habis pikir, meski jelas-jelas berdampak buruk bagi kulit namun masih saja banyak perusahaan kecantikan menggunakan bahan-bahan berbahaya untuk mengeruk keuntungan. Karena itu, iapun kemudian memberikan sejumlah tips guna menghindari dari produk-produk kosmetika yang mengandung bahan berbahaya. Pertama, konsumen melakukan pengamatan atau melihat tanda izin dari BPOM pada kemasan produk. Kedua, berkonsultasi dengan dokter kulit terkait permasalahan kondisi kulit. Ketiga, membuka wawasan atau memperluas edukasi terkait penggunaan kosmetik. “Edukasi ini penting untuk menghindari efek samping jangka panjang dari pemakaian kosmetik. Karena jumlah produk kosmetik sekarang ribuan,” jelasnya.
Hardyanto sangat berharap masyarakat paham betul terkait penggunaan kosmetik. Tidak sedikit dari anak muda saat ini, disebutnya, mudah terpengaruh iklan produk kecantikan di sosial media tanpa mendalami isi kandungan produk kecantikan. Produk kecantikan yang tepat, menurutnya adalah produk yang sesuai dengan jenis kulitnya, dan yang terpenting orang mau memperhatikan atau mengetahui jenis kulitnya sendiri. Masyarakat harus paham soal ini, apakah kulitnya tergolong kering, berminyak, atau kombinasi. “Jika berminyak tentunya menghindari kosmetik yang mengandung minyak. Kulit kering menggunakan pelembab, dan perlu juga memakai sunscreen secukupnya di siang hari. Tidak perlu berlebih-lebihan, secukupnya tergantung dari jenis kulit kita apa,” imbuhnya.
Penulis : Salwa
Editor : Agung Nugroho
Foto : Freepik.com
