Selalu disiplin dalam berlatih dan menjaga asupan gizi menjadi salah satu faktor pendukung bagi atlet untuk bisa menggapai prestasi gemilang. Agar bisa terus ikut di berbagai ajang kompetisi, para atlet diminta harus berhati-hati dalam mengkonsumsi obat meskipun untuk keperluan pengobatan. Sebab tidak menutup kemungkinan obat yang dikonsumsi mengandung zat doping.
“Mengingat sulitnya mengetahui apakah suatu sediaan obat mengandung zat doping atau tidak, sehingga perlu mengidentifikasi jenis obat-obatan yang diresepkan,”kata Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, sekaligus Staf Bidang Iptek dan Litbang KONI DIY, Dr.rer.nat. apt. Arko Jatmiko Wicaksono, M.Sc., dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (27/8) dalam menyampaikan hasil kegiatan Round Table Discussion yang bertajuk “Raih Prestasi PON Tanpa Doping”, yang berlangsung di RS Siloam Yogyakarta belum lama ini yang merupakan hasil kerja sama FK-KMK UGM, KONI DIY dan RS Siloam.
Arko menuturkan dirinya kini tengah mengembangkan aplikasi skrining doping yang akan sangat membantu tim medis dalam mengidentifikasi jenis obat-obatan yang diresepkan menjelang PON 2024. “Melalui aplikasi ini, tim medis dengan mudah dapat mengetahui apakah sediaan obat yang akan telah diberikan kepada atlet masuk kategori daftar doping atau bukan,” ucapnya.
Jika obat yang dibutuhkan mengandung zat doping namun benar-benar dibutuhkan oleh Atlet akibat kondisi medis khusus yang dialaminya, maka izin penggunaan khusus (TUE) dapat diajukan kepada National Anti-Doping Organization (IADO).
Ia menyebutkan beberapa kondisi-kondisi medis khusus yang dimaksud antara lain pengobatan akibat cedera serius, Atlet dengan riwayat Asma kambuhan, Atlet dengan penyakit jantung, ataupun karena ada riwayat medis lain yang memaksa Atlet harus mengkonsumsi obat tersebut tanpa ada pilihan obat lain yang setara.
Arko mengingatkan para atlet agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi obat yang mengandung zat doping. Terbukti menyebutkan sudah ada atlet PON 2021 dalam masa pengobatan Medis Sanksi akibat terbukti mengkonsumsi doping, sehingga menjadi warning serius bagi seluruh Atlet yang akan berlaga pada PON 2024 di awal September 2024 nanti. “Setidaknya pada PON 2021 lalu, 3 orang peraih medali Emas, 1 Perak dan 1 Perunggu, dicabut kemenangannya, diminta mengembalikan seluruh hadiah yang diterima beserta bonusnya, dan mendapat skorsing bahkan hingga 4 tahun,” katanya.
Penulis : Santi Andriyani/DPkM
Editor : Gusti Grehenson
Foto. : Freepik