Sebagai salah satu negara penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar di dunia, Indonesia memiliki tantangan dalam upaya penanggulangannya. Komitmen Indonesia diwujudkan melalui target penurunan emisi sebesar 29% Nationally Determined Contribution (NDC) di tahun 2030 dan Net Zero Emission (NZE) di tahun 2050. Upaya kolektif dari berbagai pihak diperlukan untuk mencapai target ambisius ini. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan proses perhitungan total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan (carbon footprint) dan mengimbangi emisi gas rumah kaca dengan mendukung proyek yang mengurangi emisi di tempat lain (carbon offsetting).
Berangkat dari kepedulian tersebut, tim KKN-PPM UGM Banggai Kepulauan 2024 menjalin kolaborasi antara Jejakin, Vontripo, dan Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan dengan mengadakan gelar wicara (talkshow) bertajuk Offsetting Travel Carbon Footprint: Developing Sustainable Tourism – yang berfokus pada penerapan konsep Carbon Footprint dan Carbon Offsetting dalam Program KKN, di Auditorium Fakultas Kehutanan UGM pada Juni lalu. Kegiatan yang dilakukan secara luring dan daring ini menghadirkan pakar professional di bidang karbon, seperti Drs. Hendrie Adji Kusworo, M.Sc., Ph.D selaku Kepala Program Studi (Kaprodi) Doktor Kajian Pariwisata Sekolah Pasca Sarjana UGM dan anggota Indonesia Sustainable Tourism Council (ISTC), Dr. Ir. Ris Hadi Purwanto, M.AgrSc. selaku Dosen Fakultas Kehutanan UGM, serta Fakhri Syahrullah dari Jejakin.
Ir. Sigit Sunarta, S.Hut., M.P., M.Sc., Ph.D., Dekan Fakultas Kehutanan UGM, dalam sambutannya mengungkapkan kampanye carbon footprint serta carbon offsetting patut menjadi kerangka program kerja KKN yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang jejak karbon dan mendorong partisipasi aktif dalam upaya pengurangan emisi GRK. “Usaha bersama banyak pihak dari seluruh dunia, termasuk mahasiswa KKN-PPM UGM, sangat diperlukan untuk mengatasi masalah terkait perubahan iklim,” ungkapnya.
Terkait volunteer tourism (voluntourism) dengan kegiatan KKN-PPM UGM, Hendrie Adji Kusworo menjelaskan hubungan antara mahasiswa KKN dan kepariwisataan telah terbukti berhasil merealisasikan potensi wisata yang berkelanjutan. “Hal ini berkaitan dengan sistematika kerangka kerja Sustainable Tourism Indonesia (STI) sampai dengan poin pengenalan Sustainable Tourism Observatory (STO). Sebagai contoh yang ada di Desa Wisata Pancoh, Pulesari, Sleman dan Amplifikasi STO yang sudah berjalan di Magelang pada Juli 2022 dan Banggai Kepulauan di tahun 2018 lalu,” jelas Hendrie.
Ris Hadi Purwanto, melakukan penjelasan dengan cara yang agak berbeda melalui gambaran visual karbon yang terdapat di atmosfer pada tahun 2003, 2008 dan 2013, sembari memperkenalkan tiga metode penghitungan biomassa pada tanaman sebagai penerapan konsep carbon footprint. “Kehadiran gas-gas potensial dalam gas rumah kaca yang dihasilkan dari berbagai sektor membutuhkan perhatian lebih dari komunitas Nasional dan Internasional,” tutur Ris Hadi. Sejalan dengan Ris Hadi, Fakhri Syahrullah dari Jejakin menyampaikan bahwa Jejakin sangat terbuka dalam kolaborasi untuk mengembangkan solusi-solusi dalam permasalahan lingkungan yang ada di dunia melalui beberapa teknologi yang mereka kembangkan, bernama Carbon Atlas, Carbon Space, dan Carbon IQ.
Pada akhir sesi, Tim Mahasiswa KKN-PPM UGM Banggai Kepulauan 2024 melakukan presentasi mengenai proyeksi jejak karbon menggunakan aplikasi yang didampingi oleh Jejakin. Mereka mempraktekkan proses penghitungan jejak karbon dan program offsetting yang akan dilakukan oleh kelompok hingga jumlah konversi tanaman yang diharapkan mampu meredam hasil karbon yang dihasilkan dari kegiatan transportasi nantinya. Melalui KKN-PPM UGM, diharapkan terjalin sinergi antara UGM, stakeholders terkait, dan masyarakat untuk mewujudkan komitmen bersama terhadap penerapan konsep NDC dan NZE di Indonesia sehingga mampu berkontribusi dalam mencapai tujuan Indonesia Emisi nol bersih pada tahun 2030.
Penulis: Tim KKN-PPM UGM Banggai Kepulauan
Editor: Triya Andriyani