Mahasiswa UGM kembali meraih prestasi membanggakan di kompetisi nasional. Kali ini, prestasi gemilang tersebut ditorehkan mahasiswa Program Studi Manajemen dan Penilaian Properti, Sekolah Vokasi UGM, Elsa Firlyani. Ia berhasil meraih Penghargaan Khusus Kategori Peduli Difabel Program Diploma dalam acara puncak Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) Nasional 2024 yang dilaksanakan di Universitas Negeri Gorontalo, 24—28 Juli lalu.
Elsa, panggilan akrabnya, terpilih untuk mewakili UGM dan Yogyakarta pada ajang tersebut setelah pada melalui proses seleksi yang ketat pada tahap seleksi universitas dan regional. Mahasiswa angkatan 2021 ini merasa sangat bangga sebab dapat mengharumkan nama UGM di kancah nasional. Ia sendiri tertarik untuk mengikuti seleksi sebab penasaran mengenai proses seleksi dan keinginannya untuk membagikan ilmu seputar seleksi mahasiswa berprestasi (mapres). Tidak hanya itu, keikutsertaan Elsa pada kegiatan ini juga didukung oleh keinginan untuk terus maju dan berkembang.
“Saya menjadikan ajang mapres sebagai pemaksimalan potensi diri karena seleksi mapres ini mengarahkan peserta untuk mengenal diri sendiri dan visi yang dibawa,” jelasnya.
Sebelum meraih gelar yang membanggakan tersebut, proses yang dilalui oleh Elsa tidaklah mudah. Awalnya, ia mengikuti proses seleksi di tingkat Sekolah Vokasi dan menjadi salah satu perwakilan di seleksi universitas. Kemudian, ia bersama perwakilan sekolah dan fakultas di UGM kembali mengikuti seleksi universitas. Pada tahap kali ini, Elsa meraih Juara 1 Diploma dan terpilih untuk mewakili UGM di seleksi regional. Perjuangan Elsa di regional Yogyakarta berbuah manis, ia meraih Juara 3 Diploma Yogyakarta.
Proses berikutnya adalah seleksi awal nasional. Uniknya, meskipun Elsa meraih Juara 3 di tahap sebelumnya, ia terpilih menjadi salah satu dari dua perwakilan Yogyakarta di nasional. Tentunya, pada tahap ini seleksi semakin ketat bagi Elsa.
Saat di seleksi nasional, ada beberapa unsur penilaian oleh dewan juri diantaranya capaian unggulan yang merupakan kombinasi dari beberapa aspek prestasi seperti juara perlombaan, kepemimpinan, atau publikasi ilmiah. Selain itu, sebagai perwakilan diploma, Elsa harus menyiapkan produk inovatif. “Produk inovatif yang aku bawakan adalah permainan yang melatih manajemen keuangan pada remaja,” paparnya.
Permainannya yang dibawa Elsa berupa board game yang di setiap kartunya ada pendidikan manajemen keuangannya. Pemain akan melempar dadu dan berjalan sesuai petakan. Pada setiap petaknya, pemain akan mendapatkan kartu yang berisi pilihan-pilihan untuk memanajemen keuangannya.
“Misalnya, saat pemain dihadapkan dengan keputusan untuk membeli saham, nanti permainan akan mengingatkan pemain untuk membeli saham dengan uang dingin. Jadi, selain melatih manajemen keuangan, permainan ini juga melatih manajemen emosi,” terangnya.
Melalui permainan yang diberi nama Prosperify, Elsa melangkah ke tahap nasional. Dengan branding sebagai economic storyteller, ia membawakan gagasan dan produknya kepada dewan juri. Namun, dewan juri melihat hal lain pada presentasi Elsa, yaitu kepeduliannya kepada teman-teman difabel.
Selama berkuliah di UGM, Elsa aktif berkegiatan dan membantu teman-teman difabel. Ia bahkan sempat mempelajari bahasa isyarat. Ia juga dekat dengan Kak Lia, seorang teman tuli yang mengajarkan Elsa bahasa isyarat. Tidak jarang, mereka berdua membuat proyek bersama. Selain itu, Elsa juga bergabung dengan UKM Peduli Difabel, sebuah unit kegiatan mahasiswa di universitas yang aktif membantu teman-teman difabel. Dengan pengalaman yang ia miliki, Elsa membawakan gagasan mengenai pentingnya kesadaran akan kehadiran teman-teman difabel.
“Harus dimulai dengan memperbaiki pola pikir tentang teman-teman difabel. Kita masih sering melihat teman-teman ini dijadikan bahan candaan di lingkungan sekitar. Kedua, memperbaiki cara komunikasi dengan teman-teman difabel dengan belajar bahasa isyarat. Terakhir, infrastruktur yang dibuat harus mendukung kondisi teman-teman difabel, misalnya seperti UGM yang mulai menambahkan jalur kursi roda di gedung-gedung perkuliahan,” urainya mengenai kepedulian kepada teman-teman difabel.
Adanya gelar mahasiswa Peduli Difabel bagi Elsa menjadi sebuah tantangan tersendiri baginya. Mahasiswa yang juga aktif di kegiatan panahan ini menganggap gelar tersebut sebagai amanah dan harus diemban dengan sebaik mungkin. Selain itu, ia juga menekankan pada diri sendiri bahwa dengan adanya amanah tersebut, ia juga harus semakin giat beraktivitas dan lebih dekat dengan teman-teman difabel. Dengan amanahnya ini, Elsa dengan gagasan yang dibawa siap berjuang untuk membuat teman-teman difabel tidak lagi terpinggirkan.
Keikutsertaan Elsa pada kegiatan Pilmapres 2024 ini menguji kegigihannya. Prosesnya yang panjang menguji ketekunannya dalam berlomba. Elsa menyebut, “Pilmapres adalah ajang yang menguji kegigihan sebab prosesnya panjang dan banyak bertemu teman mahasiswa dan juga juri penilai yang pastinya memberi sebuah pemahaman baru. Namun, musuh terbesarnya adalah tetap diri sendiri seperti bagaimana cara menyikapi tantangan, berpikir kritis, menerima masukan. Aku harus tetap gigih dan konsisten.”
Elsa sendiri sempat merasa semangatnya menurun, tetapi ia mengingat lagi bahwa alasannya untuk ikut Pilmapres bukanlah untuk meraih gelar. Mahasiswi yang kini semester tujuh ini merasa tujuannya lebih besar daripada gelar, yaitu bermanfaat untuk semua. Selain itu, adanya dukungan dari UGM sangat membantu.
“Dosen, tenaga pendidik, Kommapres bahkan tenaga magang memberikan 1000% usaha dan semangat untuk aku. Ekosistem UGM sangat mendukung bahkan lebih besar daripada semangatku sendiri,” kenang Elsa pada orang-orang yang mendukungnya selama ini.
Kini, gelar telah diraih Elsa. Ia berpesan kepada teman-teman mahasiswa yang ingin mengikuti kegiatan mahasiswa berprestasi untuk bersiap sedari dini. Namun, mahasiswi yang pernah meraih Juara 1 CSA Equity Research Competition ini menekankan bahwa mapres bukanlah satu-satunya cara berprestasi. “Mapres hanya salah satu cara memaksimalkan potensi. Tidak jadi mapres bukan berarti tidak prestasi atau tidak keren. Meraih prestasi saat kuliah bisa dilakukan dengan banyak cara,” ucap Elsa.
Penulis : Lazuardi
Editor : Gusti Grehenson