Untuk meningkatkan kemampuan kader dalam melakukan pengukuran antropometri (dimensi tubuh) bagi balita, Tim KKN-PPM UGM Nirwana Nusa Penida dan Puskesmas Nusa Penida III baru saja melaksanakan pelatihan kader posyandu. Kegiatan ini bertempat di Kantor Kepala Desa Toyapakeh, Nusa Penida, Klungkung, Bali, dengan dihadiri oleh sejumlah 10 kader Posyandu Dauh Jalan dan Dangin Jalan, Toyapakeh, pada Rabu (10/7).
Acara dibuka dengan sambutan oleh Diah, selaku perwakilan dari Puskesmas Nusa Penida III. Ia menekankan mengenai pentingnya pengukuran antropometri sebagai alat untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita. Hal ini tentu berkesinambungan dengan maraknya kejadian stunting dan kekurangan gizi yang terdampak oleh balita.
Ia juga menjelaskan perbedaan dari berbagai penyakit yang banyak dibahas pada acara pelatihan kader tersebut, yaitu stunting, berat badan yang kurang, serta kekurangan gizi. “Agar tidak salah paham, stunting merupakan tinggi badan kurang akibat gizi buruk atau infeksi berulang, berat badan kurang dilihat dari grafik berat badan menurut usia, sedangkan gizi dapat dilihat dari grafik berat badan menurut tinggi badan,” jelas Diah.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh dua perwakilan mahasiswa dari KKN-PPM UGM Nirwana Nusa Penida yaitu Firsta Tiara (Gizi Kesehatan, 2021) dan Catherine Natasya (Profesi Dokter, 2021). Materi yang disampaikan meliputi konsep dasar antropometri, teknik pengukuran panjang dan tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, serta lingkar lengan atas.
Para kader diajarkan mengenai bagaimana cara menggunakan alat ukur dengan benar agar dapat memastikan hasil yang akurat. Firsta dan Catherine juga memberikan informasi mengenai cara menginterpretasikan data yang diperoleh, yaitu dengan melakukan pencatatan dan plotting, membaca, dan menganalisis data hasil pengukuran pada grafik Kartu Menuju Sehat (KMS) Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Firsta, salah satu pemateri mendengar keluhan dari para kader bahwa mereka masih merasa kesulitan untuk membaca hasil pengukuran pada timbangan. Ia kemudian memberikan strategi dalam menghadapi angka berat badan anak yang terus berubah saat pemeriksaan. “Apabila anak tidak mau diam saat diperiksa, salah satu caranya adalah dengan menekan tombol hold pada timbangan sehingga angka yang muncul tidak berubah,” ujarnya.
Tak hanya diberikan sebuah teori, kader posyandu juga berkesempatan untuk dapat berlatih menggunakan alat-alat antropometri yang diberikan oleh Kemenkes secara langsung. Mereka berlatih menggunakan infantometer (pengukur panjang badan) dan stadiometer (pengukur tinggi badan), timbangan bayi dan timbangan berdiri, serta mengukur lingkar kepala, dan lingkar lengan atas menggunakan pita ukur.
Sebelum mengakhiri pelatihan, Diah kembali mengingatkan kader untuk selalu berkomunikasi dengan orang tua dalam memberikan pemahaman tentang pentingnya gizi bagi anak. “Kader adalah garda terdepan dalam kesehatan masyarakat, mari kita tingkatkan peran kita,” ujarnya.
Tim KKN-PPM UGM Nirwana Nusa Penida berharap kegiatan pelatihan ini dapat meningkatkan kompetensi keterampilan kader Posyandu dalam melakukan pengukuran antropometri, yang pada gilirannya akan mendukung upaya peningkatan kesehatan balita di wilayah tersebut sehingga dapat memberikan layanan yang lebih optimal kepada masyarakat.
Puskesmas Nusa Penida III juga berencana untuk mengadakan pelatihan lanjutan dan pengawasan rutin untuk memastika kader tetap terampil dan dapat menerapkan ilmu yang didapat dengan baik. Para kader juga didorong untuk berbagi pengalaman dan tantangan yang dihadapi di lapangan melalui forum diskusi di tingkat desa. Dengan adanya dukungan berkelanjutan, diharapkan kualitas layanan posyandu semakin meningkat, sehingga kesehatan dan gizi balita di Desa Toyapakeh dapat lebih terjamin.
Penulis : Lintang
Editor : Gusti Grehenson