Humas dan Keprotokolan UGM menyelenggarakan Forum Kehumasan yang diisi pelatihan public speaking untuk tim humas fakultas, pusat studi dan unit kerja di lingkungan Universitas Gadjah Mada. Pelatihan menghadirkan pakar Public Relation & Brandconsultant, Ika Sastrosoebroto sekaligus founder and President Director of Prominent Public Relations.
Dr. Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu, S.H., LL.M selaku Sekretaris Universitas berharap semua peserta bisa memanfaatkan pelatihan ini dengan baik dan membantu kelancaran komunikasi sehingga semua tidak harus dijawil dan tidak harus saling menunggu. Keaktifan komunikasi humas fakultas atau unit kerja tentunya akan menjadi role model dimanapun berada.
“Jangan sampai ada masalah, meledak baru panik kebingungan. Hal semacam ini kan sebenarnya masalah komunukasi. Panjenengan adalah role model di fakultas atau unit kerja, dan setiap orang bisa submitted info ke UGM”, ujar Andi Sandi, di Gedung Perpustakaan UGM, Rabu (25/10).
Sebagaimana pesan Rektor yang ia sampaikan bahwa humas fakultas atau unit kerja diharapkan bisa membuat 2 berita dalam satu bulan. Hal ini penting untuk melancarkan informasi terkini yang terjadi di fakultas atau unit kerja.
Andi menyampaikan pelatihan public speaking merupakan bentuk kegiatan sederhana yang bertujuan untuk nguri-uri (melestarikan) atau membudayakan kebersamaan humas di lingkup kampus UGM. Menurutnya dengan kebersamaan dan gerak bersama dalam kenyataan mampu menempatkan pimpinan universitas (rektor) dan UGM popular di semua platform media sosial.
“Alhamdullilah karena gerak kita, rektor menjadi rektor yang popular di media sosial. Demikian pula UGM secara kelembagaan juga popular di semua platform media sosial”, terangnya.
Ika Sastrosoebroto dalam paparan materi menyampaikan kredibilitas perseorangan atau lembaga datang bukan karena keren atau mendapat award atau apapun, tetapi lebih kepada ia terbangun dan berkembang secara organik. Kredibilitas tinggi diperoleh karena ada orang yang berbicara baik tentang itu.
“Kalau dalam iklan bilangnya itu testimonial, tapi di public relation karena ada yang namanya orang ketiga yang mengindorce kita. Orang ketiga darimana? Dari stakeholders, bisa karyawan, keluarga karyawan, masyarakat atau semua orang yang peduli, misal bicara baik tentang UGM”, ungkapnya.
Di dalam komunikasi, dia menjelaskan tidak ada yang natural. Meski seolah terlihat natural, tetapi sesungguhnya hal itu dibangun. Bahwa public relation tidak hanya sekedar membuat awarness, ia harus mampu menggiring hingga mendapatkan bisnis outcomes.
Dia contohkan, dalam pemasaran mungkin seseorang melakukan jualan namun orang lain (market) mulai males dan menutup pintu. Menurutnya situasi tersebut menjadi tugas penting seorang public relation. Ia harus membangunkan dan berusaha agar pintunya tidak tertutup.
“Makanya ia akan ngomong lagi-ngomong lagi kesana kemari, dan hasilnya terbuka lagi, dan perusahaan tentunya bisa mendapatkan kerjasama atau kolaborasi kembali”, jelasnya.
Ika menuturkan kondisi saat ini semua kegiatan PR atau rilis mungkin saja bisa dikerjakan oleh mesin dengan chat GBT dan lain-lain. Meksi begitu, menurutnya live communication tetap penting dan harus dilakukan manusia. Karena keberadaan orang komunikasi sangat penting, dan ia berperan penting sebagai katalisator.
“Karena 100 persen program kerja komunikasi tidak akan jalan tanpa live communication. Ketidakcanggihan berkomunikasi menjadikan misunderstanding dan frustrated karena kita mahluk sosial yang suka bergaul dengan orang lain”, tuturnya.
Menanggapi pelatihan ini, Indah dari Gamamulti Group berharap mendapat tambahan ilmu. Semenjak pandemi belum ada kegiatan sejenis di selenggarakan di UGM.
“Alhamdullilah Humas UGM mengadakan ini secara langsung, terutama di bidang kehumasan menjadikan wawasan kita terupdate dengan informasi-informasi terbaru”, katanya.
Rafika dari Gadjah Mada Medical Center mengatakan pelatihan ini merupakan pertama kali baginya. Ia berharap mendapat pengalaman baru tentang public speaking dan tentang public relation.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto