
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki potensi untuk menjadi Poros Maritim Dunia. Hal ini menjadikan industri maritim sebagai backbone logistik domestik sehingga integrated connectivity ecosystem menjadi hal yang sangat penting baik dari sisi konektivitas laut, darat, maupun udara. Ekosistem maritim bukan hanya sekadar kumpulan perusahaan yang beroperasi di laut dan pelabuhan, tetapi juga merupakan jaringan yang dinamis dari berbagai pelaku usaha, mulai dari operator pelabuhan, perusahaan logistik, hingga industri perkapalan. Setiap elemen di dalam ekosistem ini saling terkait dan berperan penting dalam menciptakan sinergi yang mendorong pertumbuhan ekonomi maritim yang berkelanjutan.
Arif Suhartono, selaku Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Persero) mengatakan pelabuhan memiliki peran kritikal dalam konektivitas maritim karena 90 persen nilai ekspor impor Indonesia melalui transportasi laut. Terkait dengan upaya penurunan biaya logistik, penurunan port stay maka keberadaan pelabuhan dinilai dapat memberikan kontribusi signifikan untuk penurunan biaya logistik. “Agar dapat meningkatkan kualitas layanan hingga setara dengan standar global, PT Pelindo saat ini melakukan transformasi layanan guna mengurangi waktu port stay”, ujarnya Seminar dan Bedah Buku Membangun Pelabuhan untuk Menuju Indonesia Emas 2045, di Magister Manajemen UGM, Senin (24/2).
Dia menuturkan transformasi pelabuhan memberikan dampak yang signifikan bagi Pelindo sendiri berupa efisiensi biaya operasional, potensi penambahan trafik dan peningkatan kompetensi & knowledge. Sedangkan bagi pelanggan, manfaat yang diperoleh adalah pengurangan port stay & cargo stay, optimalisasi berthing window dan penghematan ship rental cost. Secara luas, bagi ekosistem maritim manfaat yang diperoleh berupa kontribusi pada penurunan biaya logistik dan mendukung konektivitas maritim.
Disebutkan Pelindo saat ini juga terus melakukan upaya digitalisasi dan standarisasi sistem layanan operasional dalam rangka mendukung Program Ekosistem Logistik Nasional. Dalam peran aktifnya pada ekosistem logistik nasional, Pelindo terus memfasilitasi platform terminal operator dengan mengkonsolidasikan sistem dan transaksi terminal agar dapat berkolaborasi secara aktif dengan entitas NLE lainnya baik dari sektor Pemerintah maupun swasta. Transformasi pada berbagai aspek ini mampu menghasilkan value creation pasca-merger diantaranya dalam aspek Standarisasi Layanan Operasional, Digitalisasi Layanan Kepelabuhanan, Integrasi Layanan Pelindo Group, Transformasi Model Bisnis, Transformasi Komersial, dan Transformasi Keuangan. “Total realisasi value creation pasca-merger sebesar Rp 5,44 Triliun dari total target Rp 6,08 Triliun atau tercapai 90 persen,” pungkas oleh Arif Suhartono.
Prof. Dr. Techn. Ir. Danang Parikesit, M.Sc., IPU., APEC.Eng., Guru Besar Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada dalam paparannya mengatakan beberapa kebijakan pelabuhan di Indonesia dan global policy trend perlu menjadi perhatian. Perhatian utamanya pada digitalisasi dan smart logistics yang mengintegrasikan pelabuhan dalam jaringan global serta pelabuhan global menerapkan KPI berbasis big data dan AI untuk memantau kinerja operasional.
Dia menyampaikan tren global menunjukkan adanya peningkatan skema KPBU (Public-Private Partnership) termasuk melalui Green Financing, dan penerapan green carbon credit. Isu lainnya adalah regulasi pelabuhan hijau (Green Port Regulations) semakin diperketat di Eropa dan Amerika Utara dan pelabuhan maju mengadopsi renewable energy seperti tenaga surya dan angin, cold ironing dan elektrifikasi terminal menjadi standar global. Perlu juga memperhatikan smart port global dengan memanfaatkan blockchain untuk transparansi rantai pasok dan keamanan siber menjadi isu utama bagi pelabuhan digital. “Pelabuhan dengan supply chain visibility platforms dan autonomous trucking mulai diuji coba di beberapa pelabuhan maju, serta digital twin merupakan praktik yang mulai digunakan secara luas,” ungkap Danang.
Seminar dan Bedah Buku Membangun Pelabuhan untuk Menuju Indonesia Emas 2045 yang diselenggarakan Pustral UGM bekerjasama dengan Pelindo merupakan bentuk Knowledge sharing sekaligus menjadi salah satu key enabler penting dalam meningkatkan efisiensi, mendorong inovasi, serta kolaborasi lintas pelaku usaha. Melalui pertukaran pengalaman, inovasi teknologi, dan best practice setiap pelaku usaha diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan memperkokoh fondasi ekosistem maritim secara keseluruhan.
Prof. Sari Wahyuni, SIP., M.Sc., Ph.D, Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Indonesia dalam bahasannya menyampaikan beberapa strategi pelabuhan yang berkelanjutan yang mencakup soal aspek ekonomi, aspek sosial, aspek lingkungan, aspek partnership (kemitraan), aspek peace (perdamaian). Aspek ekonomi berupa peningkatan daya saing dan profitabilitas pelabuhan secara berkelanjutan tanpa menguras sumber daya alam, sementara aspek sosial berkaitan dengan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat sekitar pelabuhan, hubungan yang harmonis dan saling bersinergi dengan pemangku kepentingan, keselamatan dan keamanan pekerja dan masyarakat.
Sedangkan aspek penting lainnya berupa aspek lingkungan, dengan strategi reduksi sampah dan limbah, pelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati, praktik ramah lingkungan dalam operasional pelabuhan, seperti penggunaan energi terbarukan dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Sementara aspek partnership (kemitraan) lebih mengacu pada mempertimbangkan pemangku kepentingan (pemerintah, operator pelabuhan, pelayaran, dan komunitas lokal misalkan untuk mengurangi dampak lingkungan. “Terakhir aspek peace (perdamaian), stabilitas politik di Indonesia sangat penting untuk memastikan kelancaran operasi pelabuhan dan kelancaran rantai pasokan”, katanya.
Penyusunan buku Seri Kapita Selekta Pengembangan Pelabuhan di Indonesia yang diinisiasi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo dengan Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM merupakan salah satu bentuk knowledge sharing untuk meningkatkan ekosistem kemaritiman. Hal ini mencerminkan keseriusan BUMN untuk mengembangan sumber daya kepelabuhanan bukan hanya bagi pelaku, namun juga regulator, akademisi maupun masyarakat secara luas.
Hadir sebagai penanggap buku Ihsanuddin Usman (Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PT Pelabuhan Indonesia), Dr Gugus Wijonarko, MM. (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi dan Manajemen Kepelabuhan Barunawati /Stiamak) dan Harry Sutanto, Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Bidang Maritim dan Pelabuhan. Diskusi dipandu oleh moderator, Prof. Raja Oloan Saut Gurning, S.T., M.Sc., Ph.D., dari Fakultas Teknologi Perkapalan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Dalam rangkaian acara juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding antara PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dengan Universitas Gadjah Mada mengenai kerjasama penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Juga terkait kerjasama Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, pemagangan, dan bidang lain yang disepakati.
Seminar dihadiri oleh sekitar 400 peserta yang hadir secara offline dan 800-an peserta yang hadir secara online melalui zoom dan youtube. Acara dimeriahkan dengan tari Bara Mustaka dan game kahoot dengan hadiah berupa gadget dan laptop.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Donnie