Saat ini, konsep ESG mulai diterapkan dalam sektor infrastruktur, termasuk pembangunan dan operasional jalan tol. Tinjauan kritis pembangunan jalan tol di Indonesia dengan implementasi ESG untuk infrastruktur berkelanjutan memerlukan evaluasi mendalam terhadap dampak lingkungan, sosial, dan tata kelola dari proyek-proyek tersebut.
Implementasi ESG dalam proyek jalan tol di Indonesia diharapkan dapat memastikan pembangunan infrastruktur berjalan sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan, melibatkan masyarakat, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Penting bagi pemerintah, pengembang, dan pemangku kepentingan lainnya untuk terus memantau dan meningkatkan praktik-praktik berkelanjutan dalam proyek infrastruktur.
Melihat pentingnya ESG dalam pembangunan jalan tol, Pustral UGM meyelenggarakan Webinar Tinjauan Kritis Pembangunan Jalan Tol Indonesia: Implementasi ESG Menuju Infrastruktur Berkelanjutan. Webinar ini digelar dengan tujuan mendiskusikan bagaimana pilar dan prinsip kontruksi berkelanjutan dapat mendorong Pembangunan infrastruktur berkelanjutan, dan mendiskusikan implementasi sistem manajemen sosial dan lingkungan dalam pendanaan proyek infrastruktur.
Ir. Ikaputra, M.Eng., P.hD., selaku Kepala Pustral UGM menilai topik webinar kali ini sangat menarik karena pembangunan infrastruktur terbesar dan terbaik serta paling maju dalam 5 tahun terakhir adalah infrastruktur pembangunan jalan tol. Pembangunan di sektor ini dominan untuk merubah koneksitas dan konektivitas dari bermacam daerah satu ke daerah lainnya. Salah satu isu yang perlu dikritisi menyangkut pembangunan jalan tol terkait implementasi ESG menuju infrastruktur berkelanjutan.
“Tentu ini sangat menarik yang terkait dengan keberlanjutan. Karena keseimbangan dalam pembangunan ini perlu mendapat perhatian,” katanya, Kamis (2/5).
Ir. Kimron Manik, M.Sc., Direktur Keberlanjutan Konstruksi Kementerian PUPR sangat mengapresiasi penyelenggaraan Webinar Tinjauan Kritis Pembangunan Jalan Tol Indonesia: Implementasi ESG Menuju Infrastruktur Berkelanjutan. Menurutnya kegiatan ini tidak lain merupakan sebuah langkah bersama dalam mewujudkan kerja nyata guna mendukung pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.
Sebagai pembicara kunci dengan mengusung topik Pilar dan Prinsip Konstruksi Berkelanjutan Untuk Mendorong Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan, dia menyampaikan arah pembangunan Indonesia 20 tahun ke depan akan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Salah satu sasaran pembangunan menuju Indonesia emas 2045 adalah menurunkan intensitas emisi gas rumah kaca menuju zero inisial emisi gas rumah kaca.
“Diharapkan dapat menurun sebesar 51,5 persen secara kumulatif pada tahun 2010-2045 di bawah skenario business as usual untuk dapat menuju tahun 2060. Dalam hal ini kita selalu membuat hal-hal yang positif dan optimis, karena tidak ada pilihan lain harus berjuang menyelamatkan lingkungan,” katanya.
Menurut Kimron Damanik faktor ESG dalam pembangunan infrastruktur akan meningkatkan daya saing industri dan meningkatkan daya tarik terhadap investor. Berbagai kajian empiris telah membuktikan bahwa implementasi ESG berkolerasi positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan penerapan prinsip berkelanjutan dalam pembangunan infrastruktur, Indonesia menyatakan kesiapannya untuk menerapkan ESG sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 9 tahun 2021 yang memperhatikan tiga pilar utama.
Pilar pertama, dalam konteks ekonomi maka penyelenggaraan konstruksi berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat artinya dapat mewujudkan penyelenggaraan konstruksi yang memberikan manfaat ekonomi bagi semua pihak dan mendorong peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan. Pilar kedua, dalam konteks pelestarian lingkungan penyelenggaraan konstruksi dapat melakukan perpaduan antara mempertahankan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan guna mengatasi perubahan iklim, meningkatkan keanekaragaman hayati, mengurangi polusi udara, dan menjaga kualitas air. Pilar ketiga dalam konteks sosial yaitu adanya penyelenggaraan konstruksi berkelanjutan diharapkan dapat mewujudkan pembangunan yang bersifat adil dan inklusif serta mengurangi disparitas sosial sehingga berdampak pada pengurangan kesenjangan sosial.
“Kita jangan terlena dengan apa yang dikatakan bahwa kita adalah paru-paru dunia dan sebagainya. Hutan kita luas dan sebagainya tapi yang penting kita harus mulai berhitung kritis karena kalau nggak hati-hati malah bisa menimbulkan bencana besar di masa mendatang,” ungkapnya.
Dwi Susanto selaku Vice President of Environmental and Social PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) mengakui terkait dengan ESG maka dalam 3 sampai 5 tahun terakhir istilah ini sedang popular di mana-mana. ESG sendiri semacam komitmen untuk memastikan keberlanjutan dari sisi bisnis, karenanya terhadap proyek-proyek atau program-program yang dilakukan mendukung untuk memberikan kebermanfaatan dan keberlanjutan kepada masyarakat.
“Pemahaman atau ketertarikan dari investor global terhadap ESG memang meningkat. Bagaimana dampak nyata dari perubahan iklim itu sudah terasa jadi semua pihak sekarang memang melihat bahwa perubahan iklim ini bukan hanya sebuah story telling atau sebuah cerita yang tidak ada faktanya. Tapi saat ini kita bisa merasakan bagaimana temperatur panas yang kita rasakan kemudian frekuensi bencana yang kita alami dan itu juga memberikan dampak terhadap infrastruktur-infrastruktur yang kita bangun,” katanya.
Penulis: Agung Nugroho
Foto: kabarbisnis.com