Dosen Fakultas Pertanian UGM sekaligus peneliti varietas padi Gamagora Prof. Dr. Ir. Taryono, M.Sc., dikukuhkan sebagai Guru Besar di bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman Pangan, Selasa (16/7), di ruang Balai Senat, Gedung Pusat UGM. Dalam upacara pengukuhan, Prof. Taryono menyampaikan pidato yang berjudul “Pengembangan Pemuliaan Partisipatif dalam Mendukung Kemandirian Pangan Nasional”.
Taryono dalam pidatonya memaparkan bahwa kegiatan pemuliaan tanaman merupakan sebuah usaha yang mendasarkan diri pada ilmu pengetahuan, tetapi selama ini kegiatan pemuliaan tanaman masih dianggap sebagai kegiatan yang tidak efisien, karena memerlukan banyak waktu, tenaga, dan biaya. Oleh karena itu, sudah banyak usaha yang dilakukan untuk mengubah kegiatan pemuliaan tanaman menjadi lebih efisien dengan memanfaatkan inovasi teknologi.
Meksi terbilang tidak efisien, usaha peneliti melakukan pemuliaan tanaman dituntut bisa menghasilkan varietas unggul ramah perubahan iklim dalam waktu cepat dan murah, sehingga pemulia harus cerdas dalam memanfaatkan semua inovasi teknologi yang berkembang baik di bidang biologi maupun bidang lainnya.
Pengalaman Taryono dan tim dalam pengembangan varietas padi baru Gamagora 7, penapisan merupakan tahapan paling banyak menyita waktu, tenaga dan biaya. “Karena itu, pengembangan teknologi harus lebih banyak diarahkan untuk mempercepat proses dihasilkannya varietas yang membantu proses penapisan melalui teknologi rekayasa genetika, maupun teknologi in vitro,” ujarnya.
Melalui usaha pemuliaan cepat dan siklus pemuliaan yang lebih pendek diakui Taryono dapat menjadi pendekatan yang paling sederhana dan efektif untuk mengembangkan varietas baru. Didukung dengan inovasi teknologi yang dapat mempercepat dihasilkannya varietas unggul dibedakan menjadi teknologi non molekuler dan molekuler.
Namun yang tidak kalah penting, imbuhnya, sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian sangatlah mendukung kegiatan pemuliaan tanaman, seba dengan adanya sumber daya genetik tanaman yang terdiri dari kerabat liar, varietas petani (landrace), varietas lokal maupun varietas unggul ma tidak mau harus dilestarikan baik di lingkungan aslinya maupun dipindahkan ke tempat lain baik dalam bank gen biji maupun lapangan tergantung sifat bahan perbanyakannya.
Ia menegaskan, UGM telah lama mengelola bank gen baik biji maupun lapangan. Bank gen biji menyimpan benih ortodok tanaman pangan dan hortikultura seperti padi, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang panjang, kecipir, dan labu.
Usaha pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman terus dilakukan oleh UGM dalam mendukung program kemandirian pangan karena keberadaannya di alam terdesak oleh pembangunan pertanian, pertambahan penduduk dan perubahan iklim. “Upaya pengembangan bahan genetik dilakukan sebagai sumber ketahanan terhadap cekaman biologi dan lingkungan serta perbaikan mutu, pencarian jantan mandul untuk pengembangan varietas hibrida dan pengembangan varietas baru dengan memindahkan sifat yang diinginkan dari beragam sumber daya genetik ke varietas unggul,” katanya.
Soal persoalan pangan nasional kata Taryono, sebaiknya perlu dilakukan desentralisasi di daerah agar sistem pangan di daerah menjadi kuat karena mendasarkan diri pada pangan lokal. Selama ini, dalam pelestarian sumber daya genetik tanaman, pemerintah daerah didukung dengan keberadaan Komisi Daerah Plasma Nutfah (Komda Plasma Nutfah), akan tetapi keberadaan Komda Plasma Nutfah tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan.
Dalam kesempatan itu, ia mengusulkan agar Komda Plasma Nutfah diaktifkan kembali dengan kegiatan tidak hanya pelestarian tetapi juga pemanfaatan sumber daya genetik tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman menggunakan pendekatan partisipatif. “Pemuliaan partisipatif merupakan pendekatan yang sangat disarankan untuk menjawab kemandirian pangan di masa yang akan datang dengan banyaknya tantangan yang harus dihadapi,” pungkasnya.
Rektor Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D., dalam sambutannya mengatakan bahwa Prof. Taryono merupakan salah dari 452 Guru Besar aktif di UGM dan di tingkat Fakultas, Prof Taryono merupakan salah satu dari 26 Guru Besar aktif serta menjadi salah satu dari 73 Guru Besar yang pernah dimiliki Fakultas Pertanian.
Penulis: Gusti Grehenson
Foto: Firsto