
Kabar menggembirakan datang dari Institut Herbal dan Ilmu Sosial (IHIS) UGM. Salah satu penelitinya, Dr. apt. Agustina Ari Murti Budi Hastuti, M.Sc., berhasil meraih pendanaan prestisius dari program PHC Nusantara 2025, sebuah skema kolaborasi riset antara Indonesia dan Perancis. Melalui pendanaan ini, Dr. Agustina akan menggandeng Prof. Illa Tea dari Institut des Sciences Analytiques, Perancis, dalam riset bertajuk “Indonesian Ginger and Ginger Essential Oil Authentication Study.” Pendanaan ini tidak hanya menjadi pengakuan terhadap kualitas riset yang dilakukan oleh IHIS, tetapi juga membuka jalan bagi kerja sama riset internasional yang lebih intensif. Kolaborasi ini menjadi bukti bahwa riset Indonesia memiliki daya saing di kancah global.
Penelitian ini berfokus pada pengembangan metode otentikasi jahe dan minyak atsiri jahe Indonesia dengan memanfaatkan pendekatan analisis kimia serta teknologi terkini. Tujuannya adalah memastikan keaslian dan kualitas bahan alam unggulan Indonesia agar dapat dimanfaatkan secara optimal di industri kesehatan dan farmasi. Jahe merupakan salah satu komoditas herbal yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional, namun tantangan dalam memastikan kemurniannya masih besar. Menurut Agustina, otentikasi ini juga penting untuk melindungi petani lokal dan mencegah praktik pemalsuan produk herbal. “Kami ingin memastikan bahwa jahe yang digunakan dalam industri, baik di dalam maupun luar negeri, benar-benar berasal dari sumber yang otentik dan bermutu,” ujarnya.
Proyek ini akan dilaksanakan di dua negara, Indonesia dan Perancis, dan diharapkan dapat memperkuat transfer pengetahuan dan teknologi. Selain itu penelitian ini juga berpotensi membuka peluang baru dalam perdagangan internasional bahan alam. Dengan standar yang lebih terukur dan berbasis ilmiah, produk herbal Indonesia dapat lebih mudah menembus pasar global. Agustina menekankan bahwa pendekatan ilmiah sangat penting dalam mendukung klaim kesehatan dari produk herbal. “Kami ingin agar produk-produk berbasis alam dari Indonesia bisa memiliki posisi yang kuat di pasar dunia, dan riset ini adalah salah satu langkah ke arah sana,” tambahnya.
Program PHC Nusantara sendiri dikoordinasikan oleh Kementerian Eropa dan Luar Negeri (MEAE) serta Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset (MESR) di Perancis, serta oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (KEMDIKTISAINTEK) di Indonesia. Skema ini dirancang untuk memperkuat jejaring ilmiah internasional serta mendukung kolaborasi riset unggulan antara dua negara. Melalui program ini, para peneliti dari Indonesia dan Perancis dapat saling berbagi sumber daya, keahlian, dan pendekatan ilmiah, serta menjadi sarana diplomasi sains yang efektif dalam mempererat hubungan kedua negara. “Ilmu pengetahuan bisa menjadi jembatan kuat antara bangsa-bangsa. Saya merasa terhormat bisa berkontribusi dalam kerja sama ini,” tutur Agustina.
Keberhasilan Agustina menunjukkan kapasitas riset IHIS dalam menjawab tantangan global sekaligus mempromosikan kekayaan hayati tropis Indonesia. Penelitian ini sekaligus menjadi momen penting untuk menunjukkan bahwa riset berbasis sumber daya lokal mampu bersaing di forum internasional. IHIS juga semakin menunjukkan komitmennya dalam menjawab isu-isu strategis melalui riset yang berdampak. Ia berharap, semakin banyak riset serupa yang bisa mendorong pengakuan dunia terhadap potensi bahan alam Indonesia. “Saya sangat bersyukur atas dukungan yang telah diberikan. Harapannya, hasil penelitian ini tidak hanya memperkaya khasanah keilmuan, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap pelestarian sumber daya hayati lokal serta mendorong inovasi di bidang kesehatan berbasis alam Indonesia,” pungkasnya.
Penulis : Triya Andriyani
Foto : Freepik