Tim pengelola Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM melakukan pertemuan dengan puluhan mitra industri dari berbagai perusahaan BUMN dan swasta dalam rangka pengenalan GIK sebagai Super Creative Hub pertama di Indonesia di ruang hall Gedung GIK, Selasa (19/12). Pertemuan tersebut dihadiri oleh Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM, Prof. Dr. Pratikno, dan Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG (K)., Ph.D. Beberapa pimpinan perusahaan yang hadir diantaranya Direktur Utama Jasa Raharja, Rivan A Purwantono, dan beberapa jajaran direksi dari Pertamina, Telkom, Pupuk Indonesia, KAI, PLN, Tiktok dan Bio Farma.
Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG (K)., Ph.D., mengatakan kegiatan GIK diperuntukan sepenuhnya untuk kegiatan pendidikan dan hilirisasi hasil inovasi riset ke industri serta pengembangan talenta mahasiswa. Untuk saat ini tahap pembangunan GIK sudah mencapai lebih dari 70 persen “Tahapan pembangunan sudah sekitar lebih dari 70 persen, nantinya akan menjadi wadah bagi kegiatan pendidikan dan hilirisasi ke depan,” kata Ova.
Kepada mitra kerja sama yang terdiri dari perusahaan BUMN dan swasta tersebut, Rektor menegaskan GIK akan menjadi tempat untuk pengembangan ekosistem pembelajaran dan keberadaanya untuk ikut andil memecahkan berbagai permasalahan sosial di masyarakat. “Kami berkomitmen untuk berkontribusi masalah sosial melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kewirausahaan,” paparnya.
Berdiri di lahan seluas kurang lebih 20 ribu meter persegi ini, kata Rektor, konsep pendidikan dan pengajaran di GIK nantinya akan menjadi model kebaruan untuk metode pendidikan dan hilirisasi serta menjadi super creative hub pertama yang dikembangkan di Indonesia. “Pengembangan manajemen talenta, pengembangan riset dan inovasi serta kerja sama lintas sektoral menggandeng mitra akan menjadi bagian penting bagi pengembangan GIK. Kerja sama dalam tridarma ini bisa berdampak bagi kehidupan masyarakat dan bangsa,” katanya.
Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM, Prof. Pratikno, menceritakan bahwa ide awal pembangunan GIK ini untuk mempertemukan mahasiswa dengan mitra industri agar lulusan perguruan tinggi terserap di dunia kerja dan mampu membangun semangat kewirausahaan. “Kita sekarang ini menghadapi masalah bahwa banyak mahasiswa yang tidak terserap di pasar kerja, makin tinggi sekolahnya maka makin tinggi persentase tidak terserap di dunia kerja,” jelasnya.
Adanya GIK, kata Pratikno, ia mengharapkan para praktisi bisnis bisa ikut menjadi pengajar yang ikut mendidik dan mengajarkan mahasiswa. Mahasiswa yang ikut kuliah pengembangan talenta di GIK juga akan mendapat sertifikat yang diakui pasar kerja dan diakusi kredit kuliahnya di kampus masing-masing. Selain itu GIK juga akan mendorong semangat kewirausahaan mahasiswa agar bisa membuka banyak lapangan kerja setelah lulus. “Kita juga ingin GIK tidak hanya mendidik mahasiswa agar terserap di dunia kerja tetapi mendidik mahasiswa menjadi entrepreneur ,” jelasnya.
Sementara Rivan Purwantono mengatakan pihaknya sudah bekerja sama dengan GIK dan Direktorat Pendidikan dan Pengajaran dalam pengembangan 27 mata kuliah dengan melibatkan 13 perusahaan BUMN. “Pelaksanaan enam bulan ke depan dengan 22 kelas yang akan disediakan. Program ini nantinya mahasiswa akan mendapat sertifikasi,” katanya.
Direktur Humas Capital Bio Farma, Endang Suraningsih, menuturkan pihaknya menyambut baik adanya GIK yang memberi kesempatan bagi perusahaan untuk pencarian talenta berbakat dari kalangan mahasiswa terutama di bidang industri farmasi dan obat-obatan. “Bio Farma membuka lembaga sertifikasi profesi dan membuka 201 skema sertifikasi okupasi untuk produksi vaksin dimana kita sudah ekspor ke 151 negara, bagian quality control dan riset and development. Kita membuka untuk mahasiswa magang agar bisa mengikuti proses sertifikasi,” katanya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Firsto