Bahan obat atau zat aktif yang digunakan untuk pengobatan, hampir tidak pernah diberikan dalam bentuk bahan kimia murni, namun dalam bentuk sediaan yang sudah diformulasikan. Zat aktif harus diformulasi dengan bantuan bahan tambahan atau eksipien sehingga menjadi sediaan yang sesuai dan bermutu (berkualitas).
Menurut Prof. Dr. apt. Teuku Nanda Saifullah Sulaiman, M.Si, saat ini banyak sediaan farmasi diformulasikan dengan sistem yang kompleks yang berisi banyak komponen. Hal ini dilakukan semata-mata untuk dapat dihasilkan produk obat atau sediaan yang bermutu.
“Eksipien adalah bahan selain bahan aktif yang telah dievaluasi keamanannya. Ia digunakan bersama dengan bahan aktif dalam pembuatan produk farmasi untuk menghasilkan produk obat yang bermutu. Eksipien memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam menghasilkan sediaan farmasi yang bermutu,” ujar Kepala Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM.
Teuku Nanda Saifullah Sulaiman mengatakan itu saat dirinya dikukuhkan sebagai Guru Besar Dalam Bidang Teknologi Farmasi Pada Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Dalam pengukuhan yang berlangsung di Balai Senat UGM, Kamis (7/12), dia mengucap pidato berjudul Peran Eksipien Dalam Formulasi Sediaan Farmasi Untuk Menjamin Mutu Produk.
“Eksipien merupakan komponen yang sangat penting dalam formulasi sediaan farmasi. Setiap perubahan pada salah satu komponen, termasuk perubahan kuantitas atau kualitas eksipien, dapat memengaruhi kualitas, keamanan, atau kemanjuran produk. Idealnya, eksipien secara farmakologis tidak aktif, tidak beracun, dan tidak berinteraksi dengan bahan aktif atau eksipien lainnya,” terangnya.
Teuku Sulaiman menuturkan untuk menghasilkan sediaan yang bermutu, eksipien perlu dipilih sesuai fungsinya dan dalam konsentrasi optimal. Selain itu dilakukan pilihan agar mampu meningkatkan stabilitas dan biavailabilitas serta kompatibel.
Pemilihan eksipien yang tepat dalam formulasi menjadi tahapan kritis dalam proses pengembangan formulasi sediaan farmasi yang bermutu. Formulasi sediaan farmasi dikembangkan melalui serangkaian uji coba dan evaluasi untuk memastikan bahwa eksipien yang dipilih mampu menghasilkan produk yang bermutu.
“Pilihan eksipien dapat berasal dari bahan alami, semi sintetik dan sintetik murni, dan Indonesia kaya akan sumber daya alam, yang salah satunya dapat menjadi sumber bahan baku non aktif,” jelasnya.
Dalam pandangan Teuku Sulaiman, eksipien alami relatif lebih aman dibandingkan yang semi sintetik atau sintetik. Hal ini tersebut terkait dengan adanya impurities yang masih sulit untuk dihilangkan dalam proses sintesisnya.
Beberapa bahan alam seperti amilum, selulosa, kitosan, polisakarida, disebutnya bisa diperoleh dari umbuhan seperti karagenan, alginat, gom arab, gom guar, dan gom carob yang telah digunakan untuk berbagai aplikasi dalam sediaan farmasi.
“Pengembangan eksipien alami kini mendapat banyak perhatian. Hal ini karena sumberdayanya cukup berlimpah dan relatif lebih aman dibandingkan dengan polimer semisintetik atau sintetik,” tandasnya.
Dia menyebut amilum merupakan salah satu sumber eksipien farmasi yang penggunaan sangat luas, serta telah dilakukan berbagai modifikasi baik modifikasi secara kimia maupun secara fisika untuk mendapatkan material baru yang lebih baik sifatnya. Modifikasi secara fisika terhadap amilum manihot dan amilum sagu sudah banyak dilakukan, tujuannya untuk mendapatkan karakter eksipien yang lebih sebagai bahan tambahan dalam sediaan tablet.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto