Sistem ketahanan pangan berkelanjutan tidak hanya mencakup terpenuhinya pasokan pangan, namun juga menyangkut aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Distribusi logistik pangan memegang peranan yang sangat penting dalam mencapai ketahanan pangan berkelanjutan di Indonesia.
Terkait aspek penawaran maka tantangan ketahanan pangan meliputi persaingan dalam penggunaan sumber daya alam, dampak perubahan iklim global, dan dominasi usaha tani skala kecil. Sedangkan dari sisi permintaan maka tantangan melibatkan pertumbuhan populasi yang tinggi, perubahan selera konsumen, dan persaingan permintaan komoditas pangan untuk konsumsi manusia, pakan, dan bahan baku energi.
Kepala Pustral UGM, Ir. Ikaputra, M.Eng., P.hD., menyatakan permasalahan terkait distribusi logisik dan ketahanan pangan ini melibatkan faktor ekonomi, sosial, lingkungan, dan kebijakan. Beberapa permasalahan utama yang perlu diatasi yaitu efisiensi distribusi, aksesibilitas dan ketersediaan pangan.
Juga menyangkut persoalan diversifikasi dan desentralisasi, manajemen stok dan cadangan, pengembangan infrastruktur, penggunaan teknologi, pemberdayaan petani dan pelaku usaha kecil, dan keamanan pangan.
“Saya berharap webinar ini dapat menjadi media diskusi para stakeholders mengenai bagaimana mengatasi permasalahan tersebut,” ujarnya di Pustral UGM, Rabu (21/2) saat membuka webinar berjudul Peran Distribusi Logistik Pangan Terhadap Ketahanan Pangan Berkelanjutan di Indonesia.
Menurut Ikaputra semua elemen saling terkait dan perlu dikelola secara holistik untuk mencapai ketahanan pangan berkelanjutan di Indonesia. Peningkatan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dapat memperkuat sistem distribusi logistik pangan demi mencapai tujuan tersebut.
Webinar Peran Distribusi Logistik Pangan Terhadap Ketahanan Pangan Berkelanjutan di Indonesia diselenggarakan Pustral UGM secara daring melalui aplikasi zoom dan kanal Youtube streaming Pustral UGM. Webinar yang dipandu moderator Ir. Joewono Soemardjito, S.T., M.Si dari Pustral UGM diikuti peserta yang berasal dari pemerintah pusat dan daerah, BUMN, praktisi, akademisi, dan masyarakat umum.
Ir. Pujo Saroyo, M.Eng.Sc, selaku Tim Ahli Pustral UGM dan Dosen Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM dan Joko Prasetyo Afrizal, S.E., selaku Manager Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Kanwil Yogyakarta menyampaikan materi dengan tema peran distribusi logistik pangan terhadap ketahanan pangan berkelanjutan di Indonesia. Di awal ia menyampaikan berbagai permasalahan pangan di Indonesia yang terkait dengan ketidakseimbangan antara Demand dan Supply.
Produksi/pengadaan pangan nasional dipengaruhi oleh banyak hal. Pertama terkait lahan produksi, data dari BPS tahun 2019 menyebutkan bahwa luas lahan baku sawah nasional yang semula sebesar 8,07 juta ha pada 2009, menyusut menjadi sebesar 7,46 juta ha pada 2019 atau berkurang 7,6 persen dalam 10 tahun. Kedua terkait dengan musim tanam dan sarana irigasi, data dari Kementerian Pertanian menyebutkan bahwa 100.000 ha sawah mengalami kekeringan dan 10 persen diantaranya mengalami gagal panen.
“Hal ini menunjukkan bahwa musim tanam dan sarana irigasi merupakan aspek yang penting untuk produksi pangan,” katanya.
Faktor ketiga, produksi dipengaruhi oleh sumber daya seperti pupuk, peralatan produksi, serta sumber daya manusia. Terkait sumber daya menusia, data BPS menyebutkan bahwa 38,7 juta penduduk yang bekerja di sektor pertanian, namun di sisi lain saat ini bidang pertanian tak lagi menarik minat anak muda. Tercatat hanya 6 dari 100 generasi Z berusia 15-26 tahun yang ingin bekerja di bidang pertanian.
Faktor keempat, produksi pangan juga dipengaruhi oleh kompetisi dengan produksi kebutuhan non-pangan. Contoh singkong sebagai bahan baku untuk produksi biokerosin dan bioethanol, bahan baku kertas, tepung pati, dan sebagainya. Dengan demikian singkong dimungkinkan akan meningkat produksinya dikarenakan diversifikasi kemanfaatanya yang tidak hanya untuk pangan saja, namun untuk kemanfaatan yang lain.
“Untuk mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan di Indonesia, distribusi logistik pangan dari sentra produksi dan antar lokasi penyimpanan/cadangan pangan ke konsumen sudah seharusnya dikoordinasikan dengan baik melalui sistem informasi yang terpadu di skala nasional dan daerah,” terangnya.
Menyitir data BPJS 2022, Joko pun menyebut sebanyak 26,16 juta jiwa atau 9,54 persen populasi Indonesia berada di bawah garis kemiskinan yang memerlukan harga pangan yang terjangkau. Untuk itu, katanya, peran Bulog salah satunya adalah untuk ikut serta mengurangi angka kemiskinan diantaranya terkait pangan.
Peran ini bisa dilakukan melalui pendekatan 3 pilar yaitu availability, accessibility, dan stability. Availability terkait dengan pangan cukup dan tersedia di manapun dan kapanpun serta memberi semangat produsen untuk tetap berproduksi. Accesbility menyangkut penyediaan pangan yang terjangkau secara fisik maupun ekonomi (harga), dan stability adalah bagaimana memberi rasa yakin pada masyarakat akan pasokan dan harga pangan yang terjangkau di masa mendatang.
Di akhir paparan, Joko menjelaskan Bulog bersama pemerintah menjalankan berbagai strategi dalam menjaga ketahanan pangan nasional dengan berdasar pada prinsip-prisip dalam ketiga pilar yaitu ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilisasi. Strategi yang telah dijalankan oleh pemerintah dan Bulog pada level hulu adalah melakukan kegiatan on farm, pendampingan petani, pengadaan dalam negeri, impor pangan, kerja sama dengan mitra pengadaan.
Pada level middle strategi yang dijalankan seperti optimalisasi infrastruktur pengolahan dan gudang. Melakukan kegiatan pergudangan, pengolahan pangan, produk pangan turunan, kontrol kualitas, distribusi makanan, dan kerjasama logistik.
“Sedangkan di level hilir seperti melakukan distribusi ke wilayah secara proporsional. Selain itu Bulog juga menjual sembako bersubsidi dan menjual sembako secara komersial ke jaringan ritel, pasar umum, dan ecommerce,”paparnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : PasarMIKRO