Berkembangnya teknologi membuat sistem informasi semakin cepat dan tak terbatas. Smart City menjadi salah satu konsep yang ditawarkan untuk memanfaatkan kelebihan dari teknologi terkini. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, mengangkat isu tersebut dalam seminar bertajuk “Smart City outlook 2023: Big Data” belum lama lalu.
“Smart City ini memerlukan kolaborasi antara klaster saintek dan soshum. Jadi agar ada perspektif yang berbeda. Apalagi jika menyangkut kesadaran kita akan perubahan iklim, ini luar biasa. Aspek Smart City ini nantinya diharapkan dapat merubah perilaku masyarakat yang bisa diatur dalam Smart City ini. Jadi nanti meskipun ada Smart City dengan teknologi baik, apakah bisa merubah perilaku masyarakat tanpa plastik, misalnya. Ini yang perlu ter-cover dalam konsep ini,” ucap Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si. selaku Dekan FMIPA UGM.
Salah satu aspek penting yang mendasari konsep Smart City ini adalah pengelolaan Big Data. Berkembangnya Artificial Intelligence (AI) hanyalah salah satu dari sekian banyak perkembangan teknologi berbasis data. Kehidupan era ini juga tidak terlepas dari penggunaan masyarakat akan internet dan laman digital. Dr. Tri Kuntoro Priyambodo, M.Sc., Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika UGM menjelaskan bagaimana kehidupan masyarakat kini sangat bergantung pada teknologi.
“Awalnya kita mengenal industri 4.0 yang core-nya (pusatnya) adalah automosi/robotik, kemudian ditambahkan kecerdasan buatan, dan Big Data. Tiga hal itu rupanya membuat orang khawatir, karena manusianya ini gimana? Salah satu hal yang menjadi persoalan di dunia digital ini adalah, apa yang kita buka, di mana kita login itu rupanya direkam oleh sistem. Satu sisi dia memang bagian dari sistem keamanan kita, tapi satu sisi dia juga memata-matai kita. Data itu kemudian ditumpuk dan menjadi customer behavior data,” ungkap Tri.
Teknologi pada dasarnya dibuat untuk memudahkan kehidupan manusia, bukan menggantikan keberadaan manusia. Maka dari itu, munculah industri 5.0 yang digadang-gadang dapat mengharmonisasikan kehidupan antara manusia dan teknologi. Capaian tersebut tentu akan bergantung pada bagaimana manusia memahami dan menguasai teknologi itu sendiri. Inilah yang harus dibawa oleh konsep Smart City. “Smart Society adalah salah satu dimensi dari Smart City yang fokusnya membahas manusia sebagai unsur sebuah kota. Dan di dalam Smart City, interaksi antar manusia sudah menuju ekosistem sosio-teknis, di mana dimensi fisik dan virtual itu bergabung. Jadi masyarakat itu harus cerdas (dalam hal penggunaan teknologi). Ini yang akan didapat melalui pembelajaran,” tutur Tri.
Untuk membentuk Smart Society, maka diperlukan tiga unsur yang harus dipenuhi. Ketiganya adalah unsur komunitas warga (community), ekosistem pembelajaran (learning), dan kemananan (security). Unsur-unsur tersebut nantinya akan membentuk masyarakat yang dinamis akan teknologi, namun juga tetap humanis. Sehingga, keberadaan Smart City dapat dimaksimalkan dengan adanya literasi dan kemanan digital yang tinggi.
Penulis: Tasya