
Setelah lebih dari 14 tahun hancur, Bendung Uvenja di Dusun II Desa Limboro, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, kini kembali berfungsi penuh. Revitalisasi bendung ini berhasil dilakukan melalui kolaborasi apik antara Tim mahasiswa KKN-PPM Universitas Gadjah Mada dalam rangka memulihkan program peningkatan ketahanan pangan.
Addien Sukmo Nugroho, penanggung jawab program kerja ini, menjelaskan bahwa kerusakan Bendung Uvenja sudah terjadi sejak banjir besar melanda wilayah ini pada tahun 2011 yang menyebabkan petani tidak lagi mendapatkan pasokan air irigasi yang memadai untuk lahan sawah seluas 28 hektar. Meskipun warga setempat sempat mencoba bertahan dengan membangun penahan air darurat, distribusi air menjadi tidak stabil, saluran irigasi tertutup lumpur, dan banyak bagian jaringan irigasi mengalami kerusakan.
Situasi semakin parah setelah banjir bandang pada 7 Juli 2025 yang menyapu bersih seluruh struktur darurat dan merusak bagian dasar bendung, sehingga tidak ada lagi aliran air yang dapat dimanfaatkan. “Ketiadaan sistem irigasi permanen tidak hanya mengancam hasil pertanian, tetapi juga keberlanjutan ekonomi desa secara keseluruhan,” ujarnya Addiem, ketika diwawancara, Selasa (30/9).
Mengatasi kerusakan bendung tersebut, Tim KKN Bulava Donggala 2025 yang mengusung tema Blue Economy sebagai Katalisator Pemberdayaan Komunitas Berkelanjutan dan Pengembangan Pariwisata Bahari melalui Circular Economy Model, menjadikan revitalisasi bendung ini sebagai program utama. “Bendung ini dibangun menggunakan material bronjong dan pasangan batu kali sebagai upaya jangka pendek,” katanya.
Struktur bendung bronjong dirancang dengan masa layanan lima tahun, terdiri dari tiga segmen vertikal dengan dimensi total tinggi 3 meter, lebar 3 meter, dan panjang 20 meter, menghasilkan volume konstruksi sebesar 144 meter kubik. “Untuk pembangunannya, digunakan sebanyak 144 blok bronjong bantuan dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Kota Palu. Setiap bronjong diisi batu pecah dengan sisipan geotekstil untuk meningkatkan kekedapan,” jelas Addien.
Proyek konstruksi Bendung Uvenja dimulai pada 27 Juli 2025 dan selesai pada 1 Agustus 2025. Pembangunan ini melibatkan partisipasi aktif warga Desa Limboro, termasuk petani dan kepala dusun. Prosesnya juga didukung penggunaan alat berat berupa ekskavator selama empat hari pertama untuk mempercepat pekerjaan pondasi. “Bendung ini dirancang untuk masa layanan jangka pendek selama lima tahun sebagai solusi cepat terhadap kebutuhan mendesak masyarakat. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan responsif dan efisien. Ke depannya, direncanakan akan dibangun bendung yang lebih memadai dan bersifat permanen guna menjamin keberlanjutan sistem pengairan di Desa Limboro,” imbuh Addien.
Sebagai bagian dari rencana keberlanjutan, tim KKN Bulava Donggala juga telah mengajukan usulan desain bendung permanen untuk jangka panjang. Desain ini mencakup mercu tipe ogee selebar 20 meter, kolam olak, dan sistem kantong lumpur untuk mengendapkan sedimen. Usulan tersebut disusun dengan harapan dapat diteruskan oleh Pemerintah Desa Limboro kepada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Donggala untuk mendapatkan alokasi program nasional melalui Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2025.
Dengan berfungsinya kembali Bendung Uvenja, masyarakat Desa Limboro kini memiliki akses air yang stabil, yang akan secara langsung meningkatkan ketahanan pangan, memperkuat mata pencaharian petani, dan mendukung kesejahteraan komunitas secara berkelanjutan. “Proyek ini tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga membangun kembali harapan dan ekonomi lokal,” kata kepala Desa Limboro, Mohammad Kifli.
Kifli menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih karena revitalisasi bendung ini telah membawa perubahan signifikan bagi desa, memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, serta menghadirkan kembali kesempatan bagi para petani untuk aktif menanam padi di lahan sawah mereka.
Reportase : Azlan Al-Isyraq/Annisa Fitriana
Penulis : Lintang Andwyna
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Dok. Tim KKN Bulava Donggala