
Sebagai bagian dari komitmen terhadap pengelolaan hutan lestari, Universitas Gadjah Mada meresmikan Hutan Mahasiswa seluas 30 hektar berlokasi di blok 30 Desa Ngancar, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur bertujuan untuk mengintegrasikan pengaplikasian pendidikan kehutanan dan praktik kehutanan berbasis masyarakat.
Dengan adanya Hutan Mahasiswa ini diharapkan mampu memberdayakan mahasiswa untuk berperan aktif dalam pengelolaan hutan. Mereka diharapkan berperan secara aktif dalam mengelola sebagian besar lahan hutan di bawah Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) DIKLATHUT UGM yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan. “Inisiatif ini sejalan dengan visi UGM untuk mempromosikan pendidikan, penelitian, dan pelibatan masyarakat di bidang kehutanan dan konservasi lingkungan”, ujar Dr. dr. Rustamaji., M.Kes, selaku Direktur DPKM UGM dalam keterangan yang dikirim ke wartawan, Minggu (2/3).
Hutan Mahasiswa, menurut Rustamadji, merupakan suatu bentuk inovasi yang menjadi tonggak sejarah bagi Universitas Gadjah Mada untuk membuktikan kepeduliannya menjawab kebutuhan lingkungan. “Terbukti hari ini, kita mengawali dengan tanam pohon bersama. Tentu ini tidak dapat terselenggara tanpa bantuan dari para dosen Fakultas Kehutanan UGM, warga disini dan mahasiswa”, terangnya.
Dia menyampaikan penanaman pohon sebagai bentuk peresmian Hutan Mahasiswa hanyalah langkah awal untuk selanjutnya diteruskan dengan memelihara hutan agar menjadi laboratorium hidup guna mendukung kegiatan belajar dan penelitian. Dosen, mahasiswa dan masyarakat dan para pihak terkait diharapkan secara bersama-sama mengelola hutan ini agar memberikan nilai pendidikan dan ekonomi. “Sekali lagi terima kasih bagi banyak pihak dan PT MAS selaku mitra yang telah membantu kita. Secara khusus terima kasih pada warga, mari secara bersama kita pelihara hutan ini”, imbuhnya.
Djoko Soeprijadi, S.Hut., M.Cs, Kepala Laboratorium Biomedik Fakultas Kehutanan UGM selaku dosen pendamping menyatakan kawasan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) secara keseluruhan adalah kawasan untuk pendidikan dan pelatihan kehutanan. Sehingga mereka yang mendapatkan porsi pendidikan adalah masyarakat sekitar, lembaga, dan terutama mahasiswa dan sivitas akademika kehutanan. “Di dalam KHDPK sendiri, KHDTK UGM ini punya visi yaitu menjadi media pembelajaran penerapan pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan hutan. Jadi, kita sudah cukup lama bergerak disini, tapi pelibatan mahasiswa masih agak jarang. Karenanya menarik ketika PT MAS menawarkan pendanaan untuk tujuan pelestarian lingkungan (environment) dan biodiversitas. Sayapun kemudian mengajak mahasiswa,” katanya.
Terlebih, katanya, beberapa mahasiswa lain fakultas lain telah mendunia. Fakultas Teknik UGM dengan program Mobil Semar yang telah berhasil meraih prestasi membanggakan. Kemudian mahasiswa FMIPA dengan para dosen menghasilkan GENose saat covid. “Saya pun tanya ke mahasiswa, kehutanan itu harus punya, bisa bikin hutan. Karena membangun hutan itu bukan kerja pendek, menanam selesai maka harus ada media pembelajaran yang baik. Makanya dengan ini secara langsung mahasiswa terlibat, sehingga mahasiswa kehutanan tidak terasing dengan hutan, tidak terasing dengan lahan, itu yang kami harapkan,” urainya.
Dengan hutan mahasiswa ini tentunya akan menjadi model pembelajaran di hutan yang mereka kelola sendiri. Para mahasiswa bisa mendokumentasikan pengetahuan, bisa praktek, membuat skripsi, penelitian dan lain-lain. Dengan mengusung konsep agroforestry berteknologi, para mahasiswa kehutanan diharapkan bisa bekerjasama dengan Fakultas Pertanian. “Disini ada kopi, ada cabe jamu yang bisa dikerjasamakan dengan teman farmasi. Harapannya bisa membangun satu kesatuan, sehingga mereka bisa saling belajar melalui alam ini. untuk hitung-hitungan dari 11 ribu cabe jamu yang ditanam saat ini maka tahun depan bisa panen, dan diperkirakan bisa mendatangkan pemasukan 40-50 juta per bulan. Untuk pembagian maka akan tergantung PKS antara masyarakat dan mahasiswa”, ungkapnya.
Ita Puspitasari selaku Kepala Dukuh Ngasinan Desa Ngancar, Kecamatan Pitu menyatakan rasa gembiranya karena respon masyarakat terhadap program hutan mahasiswa ini. Menurutnya, dengan hutan masyarakat ini, warga Ngasinan bisa mendapat lebih banyak manfaat nilai ekonomi. “Kita pun bisa belajar banyak agar hutan ini tetap terjaga, karena masyarakat juga bergantung hidup dari hutan”, ucapnya.
Raymond Adiputra, mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM menjelaskan dari 30 hektar yang dikelola di petak 30 maka untuk tahap awal akan dikelola seluas 8 hektar. Lahan tersebut akan ditanami berbagai jenis pohon diantaranya cabe jamu, kopi, kemiri, nangka, dan gamal. “Tahun ini, Hutan Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penanaman sebanyak 18.498 bibit pada luas lahan 30 hektare dengan skema agroforestri dan jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa. Diantaranya jenis kopi, disebelah perbatasan tanaman tebu dan jati ditanami pohon nangka dan kemiri, disebelahnya ada cabe jamu, gamal. Harapannya dengan tanaman semacam ini akan bisa dimanfaatkan masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan”, imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho