Data International Diabetes Foundation 2021 menyebut Indonesia menempati peringkat ke-5 kasus Diabetes terbanyak di dunia dibawah Cina, India, Pakistasn, dan Amerika Serikat. Saat ini terdapat 19,5 juta penduduk Indonesia menderita Diabetes dan diprediksi jumlah ini akan terus meningkat. Oleh karena itu, diperlukan langkah konkrit untuk menangani hal tersebut.
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan Kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, Fasilitas Kesehatan,dan BPJS Kesehatan selaku penyedia jaminan Kesehatan. Prolanis merupakan singkatan Program Pengelolaan Penyakit Kronis yang bertujuan mendukung penderita penyakit kronis utnuk mencapai kualitas hidup yang optimal.
Yuniantika, M.P.H. dari Gadjah Mada Medical Center menyatakan program Prolanis menyasar untuk para penderita Diabetes Melitus (kencing manis) dan penderita Hipertensi (tekanan darah tinggi). Program inipun bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap kedua penyakit utama tersebut.
“Diabetes dan Hipertensi dikenal sebagai penyakit tidak menular yang sangat erat kaitannya dengan gaya hidup dan dapat diturunkan. Penyakit ini membutuhkan tatalaksana jangka panjang bahkan seumur hidup. Jika tidak dikelola dengan baik maka penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi ke penyakit ginjal, jantung, dan stroke,” ujarnya di sela-sela kegiatan penyuluhan kesehatan dalam rangka Hari Lansia di GMC, Rabu (29/5).
Yuniantika menjelaskan dua penyakit Diabetes dan Hipertensi untuk level pencegahan terbagi dalam 2 cara yang bisa dilakukan yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer terjadi pada orang sehat yang belum menderita sakit, sedangkan pencegahan sekunder adalah pada penderita penyakit agar tidak berkembang kedalam kondisi yang lebih parah atau muncul komplikasi.
Kegiatan prolanis berfokus pada tindakan pencegahan sekunder. Hal ini dilakukan mengingat beban penyakit. Adapun kegiatan-kegiatan prolanis diantaranya pemeriksaan kesehatan rutin yang meliputi konsultasi, edukasi kesehatan (penyuluhan), pemeriksaan laboratorium berkala, reminder dan monitoring (pemantauan status kesehatan), serta senam kesehatan jasmani.
“Tanggal 29 Mei diperingati sebagai hari lansia, tahun ini mengusung tema Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat. Prolanis ini merupakan salah satu wadah untuk mengelola lansia dengan penyakit kronik, dimana annggota klub prolanis sebagian besar adalah usia lanjut,” terangnya.
Dalam kegiatan ini, kata Yuniantika, para lansia sesuai kemampuannya dapat berperan dalam berbagai kegiatan Masyarakat. Ini perlu dilakukan para lansia dengan harapan agar mereka tetap sehat dan berdaya sehingga turut mendukung visi Indonesia menuju Indonesia Emas di tahun 2045.
Dia menambahkan kegiatan prolanis diharapkan mendukung program pembangunan berkelanjutan yaitu Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDGs 3 yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera (Good Health and Well-being). Hal ini diharapkan dapat menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua.
“Target SDGs 3 dan 4 adalah mengurangi kematian akibat penyakit tidak menular dan meningkatkan kesehatan mental. Sedangkan di tahun 2030 target tersebut berupa pengurangan hingga sepertiga angka kematian dini akibat penyakit tidak menular. Kita semua tentu berharap itu bisa dilakukan melalui pencegahan dan pengobatan, serta meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan,” imbuhnya.
Penulis: Agung Nugroho