The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) telah menetapkan tanggal 14 Januari sebagai Hari Logika Sedunia atau World Logic Day. Untuk menyambut peringatan tersebut, Fakultas Filsafat UGM menyelenggarakan rangkaian kuliah umum dengan menghadirkan Dr. Sara L. Uckerman dari Durham University, United Kingdom, sebagai narasumber utama.
Lecture series telah dimulai Senin (6/1) dengan menyelenggarakan dua sesi kuliah yang membahas aspek mendasar dan metodologis dalam studi logika. Sesi pertama bertema History of Logic memaparkan perkembangan logika dari perspektif historis, mencakup definisi, periode penting, serta pandangan dari tokoh-tokoh utama dalam disiplin ini. Pada sesi kedua, yang bertema Fiction Writing as Philosophical Methodology mengeksplorasi bagaimana penulisan fiksi dapat menjadi alat metodologis yang efektif dalam mengeksplorasi dan menyampaikan argumen filosofis.
Berbicara dengan tema History of Logic, Sara L. Uckerman mengaku terbiasa menggunakan definisi logika sebagai studi tentang argumen yang baik. Bahwa setiap argumen memiliki premis sekaligus solusi, dan argumen sendiri dinyatakan sebagai daftar pernyataan. “Beberapa di antaranya berupa premis dan lainnya adalah kesimpulan. Artinya disini kita bisa memasukkan apa saja dalam daftar pernyataan ini”, ujarnya di Fakultas Filsafat UGM.
Dalam kesempatan ini, Sara menyoroti kontribusi Aristoteles dalam merumuskan logika sebagai disiplin ilmu yang spesifik. Menurutnya, sistem silogistik Aristoteles dibangun dalam konteks penalaran ilmiah untuk memastikan bahwa jika memulai dari kebenaran maka kesimpulan yang dihasilkan juga akan bernilai benar.
Ia menambahkan konteks pengembangan logika oleh Aristoteles sangat spesifik, yakni untuk penemuan ilmiah, bukan untuk penggunaan umum. Karenanya dalam sesi ini, peserta diajak menyelami periode penting dalam sejarah perkembangan logika, mulai dari masa Yunani Kuno dengan Aristoteles, tradisi logika abad pertengahan, hingga pergeseran besar yang terjadi pada era logika modern. “Tentunya setiap periode tersebut memberikan fondasi bagi pemahaman logika hari ini serta perbedaannya dalam metode pendekatan terhadap argumen dan kebenaran,” katanya.
Para peserta terlihat sangat antusias mengikuti pemaparan ini, terbukti dari banyaknya pertanyaan yang diajukan di akhir sesi. Beberapa peserta bahkan meminta rekomendasi literatur untuk mendalami lebih lanjut sejarah logika dan bagaimana masing-masing periode dapat dibandingkan satu sama lain.
Kegiatan lecture series di hari pertama diikuti oleh puluhan mahasiswa yang tidak hanya berasal dari Fakultas Filsafat dan fakultas lainnya di UGM, tetapi juga dari berbagai perguruan tinggi lain seperti Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Nadhatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, dan lainnya. Seluruh sesi acara juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube resmi Fakultas Filsafat UGM dengan harapan mampu menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk kalangan akademisi dan masyarakat umum yang tertarik pada studi logika.
Rangkaian acara ditutup dengan sesi Public Lecture bertema “Why Logic Matters” pada hari Selasa (7/1). Sesi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang relevansi logika dalam berbagai aspek kehidupan modern, mulai dari pemikiran ilmiah, pengambilan keputusan, hingga etika.
Reportase : Gloria/Humas Fakultas Filsafat
Penulis : Agung Nugroho