
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM terus memperluas jejaring global melalui program student mobility, yang tidak hanya memberi kesempatan mahasiswa UGM belajar ke luar negeri, tetapi juga menerima mahasiswa asing untuk belajar di kampus UGM. Program ini menghadirkan pengalaman lintas budaya, akademik, dan jejaring internasional yang semakin memperkaya wawasan dunia kedokteran hewan.
Salah satu peserta adalah Nasywa Humaira Mustofa, mahasiswi asal Grobogan, Jawa Tengah, yang mengikuti program pertukaran pelajar ke Chiang Mai University (CMU), Thailand. Menurutnya, kegiatan ini menjadi kesempatan yang berharga untuk mengembangkan wawasan dan pengalaman internasional, serta memperluas pemahaman budaya. “Saya ingin tahu perbedaan dunia kedokteran hewan di Indonesia dan Thailand, terutama di Chiang Mai. Saya pribadi merasa sangat senang belajar bahasa dan budaya juga, sehingga saya sangat tertarik untuk mengetahui budaya Thailand lebih dalam,” ujar Nasywa, Senin (19/8).
Ia mengaku sangat bersyukur, keikutsertaanya dalam program pertukaran mahasiswa ini menjadi pengalaman baru yang menantang sekaligus menyenangkan. “Saya menjadi lebih termotivasi untuk membawa nama baik FKH dan UGM serta memanfaatkan kesempatan ini untuk belajar dan bertumbuh di dunia kedokteran hewan,” ungkapnya.
Saat melaksanakan magang di Rumah Sakit Hewan NOVEL di CMU, Nasywa ditempatkan di Operating Room. ia mengaku kagum dan terkesan, karena di rumah sakit ini semua kegiatan berjalan sangat sistematis dan sesuai protokol. “Banyak juga teknologi medis yang lengkap, sehingga mendukung berjalannya kegiatan di sana,” jelasnya.
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah beradaptasi dengan lingkungan baru, terutama dalam berkomunikasi dengan warga lokal yang tidak berbicara bahasa Inggris. “Saya menjadi belajar beberapa kata dan kalimat dasar untuk berkomunikasi dengan penduduk sekitar,” katanya.
Secara akademik, ia mendapatkan banyak ilmu baru yang belum ia pelajari di bangku kuliah. Dari sisi non-akademik, ia mendapatkan banyak teman dari Chiang Mai, sekaligus melatih kemampuan beradaptasi dan bertahan di luar negeri.”Harapan saya, semoga semakin banyak mahasiswa yang berani mengambil peluang ini dan membawa nama baik FKH maupun UGM di tingkat internasional,” pungkasnya.
Selain Nasywa, FKH UGM juga menerima mahasiswa asing, salah satunya Muhammad Fatih Bin Misebah dari Selangor, Malaysia. Mahasiswa tahun keempat dari Universiti Malaysia Kelantan (UMK) ini menuturkan keikutsertaannya dalam pertukaran pelajar di kampus UGM, untuk banyak belajar soal perawatan kesehatan ternak ruminansia. “Saya sangat berminat untuk lebih belajar mengenai pengendalian dan perawatan dalam bidang ternakan ruminan karena UGM terkenal di Malaysia dengan pakar profesionalnya,” jelasnya.
Menurutnya, ada banyak perbedaan metode pembelajaran antara UMK dan UGM. Seperti dalam restrain sapi yang bisa dikendalikan lebih mudah tanpa restrain mekanikal (crush) dan cara mengambil sampel darah menggunakan hypodermic needle syringe. Selain itu di rumah sakit hewan juga ada perbedaan. Namun begitu, semuanya disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan.
Pengalaman belajar di UGM membuatnya semakin termotivasi untuk melanjutkan studi. “Pengalaman di UGM menambah minat saya untuk mungkin menyambung studi pascasarjana di sini maupun lebih belajar tentang segala kepentingan bidang hewan ruminan dengan adanya dokter hewan dan tenaga pengajar yang sangat suportif,” tuturnya.
Fatih juga menyampaikan pesan kepada mahasiswa UGM yang ingin belajar di UMK. “Jika mahasiswa UGM ingin belajar atau mengikuti program pertukaran di UMK, sangat-sangat dialu-alukan karena kami juga memiliki fasilitas yang sangat baik dan bisa mempraktikkan keterampilan serta ilmu dari UGM dan UMK yang diintegrasikan bersama untuk membangun kesehatan hewan yang lebih baik bagi mereka dan masyarakat,” pungkasnya.
Cerita lain datang dari Chunyanut Srinuanchai atau akrab dipanggil Pin, mahasiswa tahun keenam Kedokteran Hewan di Chiang Mai University, Thailand. Ia mengaku sejak kecil sudah terbiasa dengan dunia hewan karena ayahnya seorang dokter hewan. “Minat saya pada satwa liar mendorong saya untuk ikut program magang di Gadjah Mada University di Indonesia, di mana saya bisa mendapatkan pengalaman langsung dalam perawatan satwa liar dan belajar bagaimana dokter hewan bekerja di negara lain,” tuturnya.
Pin mengaku sangat senang bisa terpilih mengikuti program ini. Ia bertekad memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin untuk belajar, mendapatkan pengalaman, dan memperluas pengetahuan. “Momen paling berkesan bagi saya adalah hari ketika saya pergi bermain kayak dengan teman-teman. Hari itu sebelumnya kami mengunjungi beberapa peternakan untuk vaksinasi sapi, lalu setelahnya pergi bermain kayak. Pemandangannya sangat indah, terutama langit yang memantul di permukaan air. Itu begitu indah hingga saya tidak akan pernah melupakannya,” kenangnya.
Meski menghadapi tantangan berupa tinggal jauh dari rumah selama dua minggu, Pin merasa terbantu oleh keramahan teman-temannya di Indonesia. Namun, berkat dukungan mereka, ia bisa beradaptasi dan menikmati waktu selama di tinggal di Yogyakarta.
Dari sisi akademik, Pin mendapat banyak pengalaman praktik, mulai dari pemeriksaan radiografi, palpasi rektal, pengambilan sampel darah sapi, hingga pemberian vitamin. Dari sisi non-akademik, ia merasakan kekayaan budaya Indonesia, dari makanan, bahasa, hingga pengalaman baru seperti bermain kayak. “Saya benar-benar percaya bahwa sangat berharga mengikuti program seperti ini. Kamu akan mendapatkan pengalaman yang bernilai, memperluas wawasan, dan menciptakan kenangan tak terlupakan. Jangan ragu untuk keluar dari zona nyaman. Kamu akan kembali dengan keterampilan baru, teman baru, dan cara pandang baru terhadap kehidupan,” pungkasnya.
Melalui berbagai kisah ini, program student mobility FKH UGM menjadi jembatan nyata dalam menghubungkan mahasiswa lintas negara, memperkaya keilmuan, sekaligus mempererat persahabatan internasional.
Penulis : Kezia Dwina Nathania
Editor : Gusti Grehenson
Foto. : Dok. Nasywa dan Pin