Perhatian terhadap aspek ketahanan pangan semakin penting pada saat sekarang dan tahun-tahun mendatang. Hal ini tidak terlepas dari kejadian perubahan iklim global dan berdampak pada penurunan produksi pangan dunia.
Sebagai gambaran untuk produksi sereal dunia misalnya diperkirakan pada tahun 2050 akan terjadi penurunan sebesar satu persen. Sementara pada periode yang sama penduduk dunia meningkat satu persen.
Bayu Dwi Apri Nugroho, S.T.P., M.Agr., Ph.D. selaku pakar dan peneliti bidang pertanian, agrometeorologi, ilmu lingkungan, dan perubahan iklim mengkhawatirkan kondisi tersebut. Bahkan menurutnya kondisi tersebut berpotensi besar menimbulkan kerawanan pangan dalam beberapa waktu ke depan.
“Ketahanan pangan merupakan salah satu isu strategis dalam pembangunan nasional, apalagi bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar,” katanya di Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Rabu (19/6).
Bagi Bayu perhatian terhadap ketahanan pangan mutlak diperlukan karena erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik dan keamanan hingga ketahanan nasional. Ketersediaan pangan perlu dibangun melalui peningkatan kemampuan produksi di dalam negeri, peningkatan pengelolaan cadangan pangan, serta distribusi pangan untuk mengisi kesenjangan antara daerah dalam aspek produksi dan kebutuhan.
Baginya masalah pangan bukan hanya menyangkut masalah ekonomi, namun juga masalah politik. Rakyat Indonesia sangat memandang tinggi masalah kemandirian bangsa dan negara termasuk di bidang pangan.
Salah satu aspek penting dalam membangun ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup. Cadangan pangan merupakan salah satu sumber pasokan untuk mengisi kesenjangan antara produksi dan kebutuhan dalam negeri atau daerah.
“Dengan fungsi seperti itu, cadangan pangan sudah barang tentu harus terukur dalam arti kuantitasnya harus diketahui secara pasti sehingga memudahkan untuk melakukan perencanaan dan pelaksanaan program penanggulangan masalah pangan,” ungkapnya.
Dirinya kembali menandaskan salah satu aspek penting dalam pencapaian tersebut adalah ketersediaan cadangan pangan masyarakat dan kemampuannya dalam mendayagunakan sumber pangan yang ada. Keberadaan lumbung pangan menjadi salahsatu lembaga cadangan pangan masyarakat telah banyak berperan dalam mengatasi kerawanan pangan masyarakat selama ini.
Lumbung pangan berbasis kawasan disini merupakan salah satu kegiatan yang bisa dilakukan dengan membentuk petani-petani binaan atau kelompok-kelompok tani berbasis kawasan di suatu desa dengan dilengkapi teknologi dan pendampingan yang intensif dari hulu sampai hilir.
Salah satu inovasi teknologi terkini terkait sektor pertanian adalah penerapan teknologi internet of things (IoT) yang merupakan konsep pertanian dengan menggunakan bantuan drone dan teknologi sensor baik tanah maupun cuaca untuk menganalisis kondisi tanah seperti suhu, pH, kandungan unsur hara, suhu udara, kelembaban, dan arah angin untuk dapat memberikan rekomendasi yang tepat kepada petani agar menghindari terjadinya gagal tanam dan gagal panen serta bisa menjaga kestabilan bahkan meningkatkan produktivitas,” terangnya.
Akibat dampak perubahan iklim yang menyebabkan cuaca sangat fluktuatif, dinamis, dan sulit diprediksi, menurut Bayu untuk saat ini diperlukan informasi-informasi kondisi lingkungan dilahan secara cepat dan akurat. Teknologi, disebutnya sebagai salah satu pilar dari konsep lumbung pangan berbasis kawasan.
Bayu menjelaskan sistem pertanian terpadu dalam kawasan sudah terbentuk stakeholdernya dalam lumbung pangan diantaranya penyedia saprotan/saprodi sebagai penyedia input dengan produk- produk yang disepakati dalam lumbung pangan, perbankan dan asuransi pertanian, dan teknologi yang menyediakan teknologi yang bisa dimanfaatkan petani, baik di lahan maupun pascapanennya, termasuk teknologi digital untuk penjualan produk hasil petani.
Selain itu ada pula penjamin keberlangsungan lumbung pangan, dalam hal ini bisa kementerian atau pemerintah provinsi, fasilitator, dalam hal ini adalah dinas pertanian setempat, offtaker, sebagai penjamin bahwa hasil panen petani mampu terserap secara keseluruhan dengan harga yang pantas, dan petani atau kelompok tani itu sendiri sebagai pelaksana didalam lumbung pangan.
“Solusi pertanian akan menjadi nyata kalau kita lakukan secara komprehensif dan integratif dari hulu dan hilir dengan berbasis kawasan serta adanya kolaborasi antara pemerintah, swasta dan perguruan tinggi serta petani sebagai aktor dalam ekosistem pertanian tersebut. Dengan adanya lumbung pangan berbasis kawasan akan menjamin swasembada dan ketersediaan pangan bagi masyarakat Indonesia,” imbuhnya.
Penulis: Agung Nugroho
Foto: freepik.com