Pusat Inovasi Agroteknologi Universitas Gadjah Mada (PIAT UGM) mengembangkan pupuk super cerdas atau Super Smart Fertilizer (SSF) untuk berbagai jenis tanaman produksi, salah satunya teh. Sejak pertengahan tahun 2023 produk ini telah mulai diaplikasikan di kebun PT Pagilaran, perusahaan teh milik UGM, tepatnya di Unit Produksi (UP) Pagilaran Kabupaten Batang. Hasilnya pupuk ini terbukti dapat meningkatkan produksi pucuk teh, bahkan hingga mencapai tiga kali lipat.
“Uji coba sudah dilakukan di dua area yaitu di Afdeling Pagilaran dan Kalilandak. Dari dua kali pemetikan ada kenaikan yang signifikan, yang tertinggi mencapai 320 persen,” tutur Aji Prasetyo, salah satu Asisten Manajer di UP Pagilaran, Sabtu (18/11).
Ia menerangkan, jumlah kenaikan produksi memang bervariasi pada area-area yang diujikan, karena terdapat sejumlah perbedaan dari segi ketinggian lokasi, usia tanaman, dan faktor-faktor lainnya. Meski demikian, besaran produksi di keseluruhan area menunjukkan tren peningkatan. Pengujian kualitas teh yang dihasilkan pun menunjukkan hasil yang baik. Pada salah satu area, produksi teh mencapai 1.800 kg pucuk per hektare untuk satu kali panen.
Terdapat dua jenis pupuk SSF yang telah diaplikasikan di kebun UP Pagilaran, yaitu pupuk dalam bentuk padat serta pupuk cair. Menurut penuturan para pekerja kebun, pengaruh dari pupuk ini dapat diamati secara nyata di berbagai area yang menjadi lokasi pengujian.
“Di lapangan awalnya banyak yang meragukan, tapi faktanya data-data bisa membuktikan dan secara visual memang terlihat berbeda, misalnya daun pemeliharaan menjadi lebih mengkilap,” imbuh Heru Susanto yang juga merupakan Asisten Manajer UP Pagilaran.
Inovasi Produk Pertanian
SSF merupakan salah satu inovasi yang dikembangkan oleh Kepala PIAT UGM, Prof. Dr. Ir. Taryono, M.Sc. Pupuk ini terbuat dari kompos, biochar, hidrolisat bulu ayam, serta pupuk anorganik, dengan komposisi yang disesuaikan untuk masing-masing jenis tanaman. Sebelum dikembangkan untuk komoditas teh, pupuk SSF telah lebih dulu digunakan pada tanaman padi dan jagung, dengan hasil yang positif pula.
“Proses pembuatan SSF sebenarnya sudah sangat lama, untuk teh ini baru mulai diaplikasikan di Pagilaran bulan Mei lalu,” terangnya.
Ia menerangkan, aplikasi pupuk SSF di kebun teh Pagilaran selama proses pengujian sebenarnya masih di bawah dosis yang dianjurkan. Seiring dengan hasil positif yang didapat dalam enam bulan pertama, Taryono cukup optimis produk ini dapat menjadi solusi bagi PT Pagilaran untuk menggenjot produksi teh berkualitas tinggi yang dapat diekspor ke berbagai negara. Ia berharap, dengan peningkatan dosis pemberian pupuk di periode tanam selanjutnya, hasil produksi dapat terus diperbanyak hingga mencapai kuantitas yang maksimal.
“Harapannya tahun depan kita dapat memperbaiki kembali dosis yang sesuai anjuran untuk digunakan di hampir semua kebun, khususnya di Unit Produksi Pagilaran. Semoga bisa mendatangkan banyak keuntungan untuk PT Pagilaran,” terang Taryono.
Penulis: Gloria
Fotografer: Firsto