Pentingnya peran media dalam konteks perguruan tinggi telah memberi dampak yang signifikan khususnya dalam membangun citra dan reputasi perguruan tinggi. Mengingat peran penting tersebut, Universitas Gadjah Mada menyapa para alumninya yang bekerja sebagai penggiat media/ media sosial di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis (9/11).
Sejumlah media/ media sosial di Jakarta hadir di acara ini. Media yang hadir diantaranya Kompas, suara.com, Republika, Urbanasia, IJTI, Reuters, CNN, Narasi, Bloomberg, Kontan, CNBC, Detik.com, Titiktemu.co, SCTV, Bisnis Indonesia, dan Katadata.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG(K)., Ph.D., mengakui media dan media sosial saat ini menjadi salah satu media utama dalam melihat suatu obyek peristiwa. Media pun tak luput melihat UGM seperti apa saat ini dan tentunya ada hal-hal yang ingin diperbaiki di masa depan.
“Kita berkumpul di sini karena alumni, terima kasih untuk gathering kali ini. Semua alumni yang bekerja di media ini adalah alumni spesifik khusus yang bukan hanya mengupas pentingnya suatu media soal komunikasi publik yang harus dibangun oleh UGM, namun juga berharap masukan-masukan, saran-saran untuk UGM, bagaimana kita melakukan langkah-langkah dan bersikap. Ini saya kira yang harus kita perhatikan bersama,” ujarnya.
Sekretaris Universitas, Dr. Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu, S.H., LL.M., menyatakan salah satu program awal Rektor UGM adalah bagaimana pemberitaan tentang UGM lebih gencar. Bagaimana UGM lebih terbuka dan lebih banyak mendengar sehingga posisi Humas menjadi sangat penting.
Media gathering pimpinan universitas dan fakultas dengan alumni penggiat media/ media sosial digelar sebagai sarana belajar UGM dari alumninya. UGM memiliki alumni yang luar biasa bekerja di media.
“Kami di universitas sangat berharap tidak hanya hubungan kita terjalin karena alumni, namun juga hubungan profesional dengan teman-teman di media. Kita tetap pengin menjadi satu bagian. Ini adalah momen awal dan kita akan kembali lagi bersama membangun nama UGM menjadi baik di media,”katanya.
Budiman Tanuredjo, Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas, selaku perwakilan media sangat berharap munculnya mazhab-mazhab pemikiran dari UGM sebagai universitas ndeso tetapi menawarkan peta jalan yang lebih jelas dan konsisten. Menurutnya, ada kerinduan munculnya narasi dari UGM yang bisa menjadi narasi kebangsaan.
Budiman mengakui akademisi atau para dosen memang sibuk dihadapkan persoalan administrasi. Meski begitu ia berharap para akademisi tetap menyempatkan diri menulis.
“Itu menjadi harapan semua media agar muncul pemikiran-pemikiran dari civitas akademika di UGM. Saat ini agak sepi, mungkin ini menjadi momen yang baik bagi kampus-kampus mulai memikirkan peta jalan Indonesia 2045,” ucapnya.
Dalam konteks hubungan relasi dengan wartawan, UGM dinilai kuat dalam berkomunikasi melalui tradisi-tradisi akademis. Baginya menjadi sesuatu yang baik para wartawan diberi kesempatan sharing soal praktik jurnalistik di kampus. Entah menjadi menjadi dosen tamu atau untuk mendialogkan teori-teori di kampus dengan praktik keseharian.
“Bisa sangat berbeda apa yang dikaji di laboaratorium UGM dengan praktik di lapangan. Apalagi di era seperti sekarang ini bisa jadi sangat berbeda. Untuk itu ada baiknya UGM mengundang kembali para alumninya ke kampus untuk sharing apa yang dialami alumninya,” imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto