Universitas Gadjah Mada tengah membangun kompleks rumah ibadah untuk lima agama dalam satu kawasan seluas 4.789 meter persegi. Kelima agama tersebut adalah Katolik, Kristen, Konghucu, Hindu dan Budha. Rencananya pembangunan rumah ibadah ini ditargetkan selesai pada pertengahan bulan Desember mendatang. “Saat ini progres pembangunannya sudah mencapai 46 persen,” kata Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni, Dr. Arie Sudjito, di sela kunjungan ke lokasi pembangunan pusat kerohanian yang berada di Kompleks Perumahan Sekip Blok N, Kamis (17/8). Ikut hadir dalam tim rombongan tersebut adalah Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro, Ketua Senat Akademik (SA) UGM, Prof. Dr. Sulistiowati, SH., M.Hum, dan Ketua Komisi 1 SA UGM, Prof. Dr. drg. Regina Tandelilin.
Arie Sujito menyampaikan maksud kunjungan pimpinan universitas dan Senat Akademik ke lokasi pembangunan pusat kerohanian ini bertujuan untuk memastikan pembangunan rumah ibadah ini bisa selesai tepat waktu dan diresmikan menjelang perayaan Dies Natalis UGM. “Kita optimis bulan Desember bisa rampung,” ujarnya.
Terbangunnya kompleks pusat kerohanian untuk rumah ibadah lima agama ini, menurut Arie, bisa menjadi tempat pembelajaran bagi mahasiswa di bidang kerohanian sekaligus mampu mempraktikkan nilai-nilai kerukunan dan toleransi dari kemajemukan beragama di Indonesia. “Kita percaya pusat kerohanian ini bisa menjadi tempat pembelajaran bagi mahasiswa, keterhubungan antara praktik akademik baik pendidikan dan pengajaran dengan praktik kerohaniaan,” katanya.
Prof. Wening menuturkan pembangunan pusat kerohanian ini semakin menegaskan posisi kampus UGM sebagai kampus inklusif. “Kita ingin aspek inklusifitas dalam aspek pendidikan dan pengajaran bisa berjalan dan pusat kompleks kerohanian ini menjadi wadah pembelajaran sekaligus tempat mahasiswa mempraktikkan nilai-nilai toleransi dan solidaritas,” katanya.
Sementara Ketua Senat Akademik, Prof. Dr. Sulistiowati, SH., M.Hum., mengapresiasi dan menyambut baik dibangunnya kompleks pusat kerohanian untuk mahasiswa ini sebagai wujud implementasi dari salah satu jati diri UGM sebagai universitas Pancasila, dimana adanya penghargaan atas kebinekaan dan keragaman dalam praktik beragama. “Tempat ini bisa menjadi pemersatu seluruh sivitas akademika dari berbagai macam agama yang dianut agar bisa menjunjung tinggi keberagaman. Kami sangat mendukung pusat kerohanian ini,” ungkapnya.
Ketua Komisi 1 Senat Akademik UGM, Prof Regina, menyebutkan luas kompleks pusat kerohanian ini sekitar 4.789 meter persegi dibagi dalam lima bangunan rumah ibadah dengan masing-masing luas bangunan sekitar 300 meter persegi. Setiap rumah ibadah mampu menampung sekitar 250-300 orang sekaligus. “Selain mahasiswa, rumah ibadah ini juga diperuntukan oleh dosen dan tendik untuk beribadah,” kata Regina.
Penulis : Gusti Grehenson
Foro : Firsto