Laporan Dinas Ketahanan Pangan dan Pangan (DPKP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebutkan sebanyak 824 sapi terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) per 1 Januari 2025. Dari jumlah tersebut, 21 ekor sapi dilaporkan mati. Kondisi ini tentu mengkhawatirkan para peternak. Mengingat situasi dan kondisi kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di DIY dan nasional yang terus meningkat mendorong Fakultas Peternakan (Fapet) UGM segera membentuk Satuan Tugas (Satgas) penanggulangan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Satuan Tugas ini dibentuk sebagai upaya antisipasi sekaligus penanganan PMK di DIY dan Nasional.
“Dengan angka kejadian penyakit PMK di DIY dan nasional yang terus meningkat mendorong Fapet UGM memutuskan untuk membentuk Satgas,” ujar Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ir. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng, Senin (6/1).
Menurut Budi, tugas Satgas Penanggulangan PMK ini antara lain memastikan pencegahan dan penanganan PMK bisa dilakukan lebih cepat dan sistematis. Perwakilan tim dosen Fapet UGM juga telah melakukan survei awal ke lokasi ternak yang terkena PMK di Gunung Kidul.“Sudah melakukan survei awal ke lokasi ternak yang terkena PMK,”imbuh Budi.
Langkah penting lainnya yang perlu dilakukan terkait PMK, imbuh Budi, adalah biosekuriti. Biosekuriti adalah tindakan untuk mencegah penularan penyakit atau kontaminasi ke dalam atau keluar dari suatu tempat. Dalam hal ini untuk melindungi ternak dari virus sejak dini. Keamanan ternak maupun manusia dan lingkungan menjadi prioritas. Untuk itu diperlukan beberapa tindakan nyata seperti pengawasan lalu-lintas keluar masuk kandang hingga isolasi ternak yang terkena PMK.
Seperti diketahui, ratusan ternak terutama sapi di DIY telah terpapar PMK. Bahkan, tidak sedikit yang mati. Kasus ternak yang terkena PMK antara lain terjadi di Gunung Kidul, Bantul, Sleman, dan Kulon Progo.
Reportase : Satria/Humas Fak.Peternakan
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Dok. Fak Peternakan