Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM masuk dalam peringkat 51 dunia setelah ditempatkan dalam jajaran peringkat 51-100 dunia dalam QS World University Rankings (WUR) by Subject untuk tahun 2024.
Dekan FIB UGM, Prof. Dr. Setiadi mengatakan pencapaian antropologi UGM ini tentu sangat membanggakan mengingat sangat jarang prodi di Indonesia yang bisa masuk 100 besar dunia. “Bagi FIB, pencapaian ini menjadi pemicu sekaligus pembelajaran agar prodi lain bisa masuk kategori yang sama,” kata Setiadi kepada wartawan, Sabtu (13/4).
Menurut Setiadi, Prodi Antropologi UGM sangat pantas masuk dalam tingkatan ini mengingat prodi ini sangat produktif dalam publikasi dan riset-riset kolaboratif internasional. Bahkan Prodi Antropologi UGM memiliki tradisi ilmiah yang sangat membanggakan karena riset-risetnya telah dipublikasi dan kolaborasi dengan beberapa negara. Tidak hanya, itu dalam bidang kerja sama pertukaran dosen dan mahasiswa juga rutin dilakukan. “Pengiriman mahasiswa S1, S2, dan S3 untuk riset budaya lain di Eropa dan Asia menjadi keunggulan tersendiri di prodi ini,” jelasnya.
Diakui Setiadi, keberhasilan Antropologi dalam jajaran 100 besar dunia ini tidak lepas dari keunggulan dari penilaian dari sisi akademik, publikasi, jumlah sitasi, impact hingga kualitas lulusan yang dihasilkan. Menurutnya, dukungan yang diberikan FIB UGM dalam ketersediaan dana riset, membuka peluang kerja sama, serta memfasilitasi pengembangan SDM untuk studi lanjut sangat mendukung prodi ini semakin maju dan bertaraf internasional. “Apalagi kita di FIB sudah memiliki kebijakan untuk menetapkan dosen wajib lulus S3 dan rekrutmen dosen baru juga wajib sudah harus bergelar doktor,” tegasnya.
Dari sisi SDM, Setiadi menyebutkan saat ini prodi Antropologi memiliki 5 orang Guru Besar, 11 orang dosen bergelar doktor, dan 4 orang dosen tengah menempuh pendidikan S3. “Diharapkan awal tahun 2025, 100% dosen antropologi sudah berlatar belakang doktor semua,” katanya.
Terkait dengan upaya mendorong publikasi riset, Setiadi mengungkapkan bahwa FIB dalam 5 tahun terakhir rutin menggelontorkan dana hibah penelitian untuk semua dosen. Bahkan untuk saat ini, fokus hibah penelitian diprioritaskan pada pendanaan penelitian kolaboratif internasional, nasional, dan antar universitas. “Kita selalu mendorong dosen mengambil hibah penelitian internasional dengan mengalokasikan anggaran lebih besar. Hibah ini bebas diambil oleh semua dosen FIB. Harapannya publikasi internasional kita semakin bertambah,” katanya.
Selain bidang Ilmu Antropologi masuk ranking 51 besar dunia, QS World University Rankings (WUR) by Subject juga menempatkan prodi Arkeologi FIB UGM masuk peringkat 151-200 dunia, lalu prodi bahasa asing FIB UGM masuk peringkat 151-200 dunia dan prodi Sejarah FIB UGM masuk 201-230 dunia. Setiadi mengharapkan untuk prodi yang lain di FIB akan didorong bisa masuk peringkat 100 besar dunia. “Bidang modern language sangat prospektif untuk kami dorong. Termasuk juga prodi Sejarah dan Arkeologi,” pungkasnya.
Penulis: Gusti Grehenson