Benua Asia sejak dahulu telah menjadi lalu lintas global dalam pergerakan manusia, material, seni, dan ide. Namun sejak abad terakhir, kawasan Asia semakin menonjol dan memberikan pengaruh signifikan pada perubahan global. Dimulai dari pengaruh politik dan ekonomi kawasan Asia Tenggara, inisiatif Jalur Sutra Baru Tiongkok, dampak industri otomotif Jepang, hingga ledakan K-pop, dan revolusi teknologi informasi di India. Pengaruh yang besar pada dunia global tersebut perlu disertai dengan produksi dan distribusi pengetahuan tentang Asia, serta pentingnya komunikasi ilmiah. Hal itu dikemukakan oleh President of the Association for Asian Studies (AAS), Prof. Hyaeweol Choi, dalam konferensi internasional AAS in Asia di Graha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada, Selasa sore (9/7).
Selain itu, kata Choi, diaspora Asia di Amerika Utara dan Selatan, Oseania, dan Asia menjadi semakin menonjol. Meski Asia, Oseania, Afrika, dan Eropa juga merupakan saluran penting keuangan global, seni, pendidikan, dan pangan namun para diaspora dari benua lain juga bermigrasi ke Asia, menciptakan dinamisme baru di kawasan ini. “Ketika kita membahas fenomena ini, Asia bukanlah sebuah entitas yang homogen, tapi selalu sangat beragam, kompleks, dan cair,” katanya.
Meski begitu, kawasan Asia juga menghadapi berbagai tantangan, seperti krisis demokrasi, dampaknya tatanan global neoliberalisme, kemajuan teknologi digital yang afirmatif namun juga problematis, termasuk kecerdasan buatan, dan krisis lingkungan yang semakin meningkat.
Berbagai peristiwa bersejarah ini menurutnya memerlukan pendekatan-pendekatan inovatif yang memberikan pencerahan baru terhadap Asia dan dunia. Sebagai ide, metode, dan kerangka. Asia Global bukanlah pendekatan tunggal dan terpadu. Sebaliknya, ini adalah hal yang gesit dan terbuka. “Kita ingin mengeksplorasi cara-cara yang saling berhubungan di mana sejarah, budaya, dan masyarakat Asia telah dibentuk dan juga telah membentuk dunia. Elemen yang saling berhubungan membawa Asia ke dalam dialog yang sangat produktif dengan keahlian regional yang lebih luas, perdamaian, dan kerangka teoritis, seperti modernitas, kolonialisme, migrasi, lingkungan hidup, dan banyak lainnya. Asia Global sebagai sebuah konsep menghargai perspektif komparatif,” paparnya.
Yang tidak kalah penting menurut Choi adalah peran keragaman bahasa dalam kaitannya dengan produksi dan penyebaran pengetahuan tentang Asia. Sebab, bahasa memainkan peran penting dalam segala hal yang kita lakukan. Namun, tidak semua bahasa dihargai dan diperlakukan sama. Menyadari betapa berharganya keragaman bahasa merupakan langkah penting dalam memikirkan kembali dunia global produksi dan distribusi pengetahuan tentang Asia, serta pentingnya komunikasi ilmiah. “Pengetahuan mendalam tentang suatu tempat, masyarakat, dan negara telah menjadi kekuatan mendasar studi Asia di masa depan. Berdasarkan kekuatan dasar ini, kita berada pada titik strategis untuk mendorong inovasi pendekatan untuk menerangi interkoneksi historis dan kontemporer serta pluralitas dinamis,” ujarnya.
Iriana FDJ Ximenes, mahasiswa PhD Flinders University yang menjadi salah satu peserta dan pembicara pada panel tentang Dynamics of Labor Migration in Southeast Asia, menyampaikan kegembiraannya mengikuti konferensi AAS in Asia. Bahkan Iriana terkesan dengan tarian yang disajikan oleh Sastra Oebah pada acara pembukaan AAS in Asia di UGM. “Senang sekali. Saya sangat terkesan dengan tariannya. Ini pertama kalinya saya melihat tarian budaya tradisional yang bagus. Ada banyak disiplin ilmu, dan saya tertarik untuk melihat apa yang akan disajikan oleh para pembicara,” kata Iriana.
Megan Hewitt, perwakilan American Institute for Indonesian Studies (AIFIS) yang menjadi salah satu panitia penyelenggara AAS in Asia bersama UGM dan AAS, menyatakan pihaknya sangat merekomendasikan UGM sebagai universitas penyelenggara AAS pertama di Asia karena reputasi UGM yang baik. “AIFIS sangat merekomendasikan UGM karena reputasinya yang baik sekali. Akademisi asing juga sangat disambut di Jogja,” kata Megan.
Penulis: Gusti Grehenson
Foto: Firsto