Penyakit neurodegeneratif khususnya dalam hal ini Alzheimer’s Disease (AD) pada manusia dan Canine Cognitive Dysfunction (CCD) pada hewan merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan sepenuhnya dengan pengobatan konvensional. Karena itu, pengetahuan baru dengan menerapkan terapi herbal, sel punca, dan turunannya memberikan harapan untuk pencegahan dan terapi di masa depan sebagai upaya penyembuhan permanen.
Demikian pernyataan Prof. drh. Dwi Liliek Kusindarta, M.P., Ph.D. di ujung pidatonya saat dikukuhkan dalam Jabatan Guru Besar Bidang Ilmu Neurobiologi Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, di ruang Balai Senat, Kamis (6/6).
Menyampaikan pidato pengukuhan Peran Neurobiologi pada Alzheimer’s Disease dan Canine Cognitive Dysfunction: Tinjauan Neuroproteksi Pemberian Herbal Kemangi (Ocimum Sanctum) dan Bovine Umbilical Mesenchymal Stem Cells Conditioned Medium, dia mengatakan masih banyak penelitian terkait karakterisasi dan mekanisme yang harus dilakukan. Fokus yang berkembang saat ini adalah bagaimana agar dapat menerjemahkan hasil yang diperoleh melalui studi praklinis dari beberapa aplikasi ke dalam uji klinis sehingga dapat segera memberikan hasil yang optimal.
“Pendekatan klinis di masa depan untuk mengobati penyakit neurodegeneratif akan mendapatkan manfaat besar dari penggunaan tanaman herbal dan sel punca, yang dapat menggantikan neuron yang rusak dan memberikan efek neuroproteksi dan neuroregenerasi”, ungkap Liliek Kusindarta.
Dari hasil penelitian, dia menjelaskan tanaman herbal kemangi dan sel punca hewan beserta sekresinya memberikan potensi besar untuk pengobatan degenerasi saraf. Pemanfaatan media terkondisi (conditioned medium) telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan pendekatan awal untuk mengurangi peradangan pada neuron, diikuti dengan penciptaan lingkungan atau matriks ekstraseluler yang mendukung terwujudnya regenerasi, proliferasi, atau penggantian saraf yang dimediasi melalui pemberian media terkondisi (conditioned medium, secretom).
Selain itu, kemajuan teknologi yang menggabungkan hidrogel, partikel biomaterial, material nano, dan bioscaffold dengan bahan herbal dan sel punca serta turunannya telah meningkatkan efisiensi transportasi obat, interaksi, dan percepatan regenerasi. Meski begitu modifikasi ini akan memunculkan tantangan lain yang harus diatasi. Diantaranya permasalahan penyesuaian penerapan biomaterial yang masih belum memungkinkan untuk menghasilkan unit jaringan yang tervaskularisasi penuh, efek imunologi, interaksi jaringan, dan kemungkinan terjadinya penolakan dengan adanya biomaterial.
“Pemahaman yang komprehensif penting untuk membangun kemampuan perancah cerdas, smart scaffold in tissue regeneration dengan menyisipkan bahan herbal, sel punca, atau turunannya yang lebih baik untuk mendorong pengembangan jaringan saraf dan neurogenesis, untuk pengobatan AD dan CCD khususnya dan penyakit neurodegenerasi lainnya,” jelasnya.
Dalam pidatonya, ia pun menyampaikan soal Mekanisme Neuroproteksi dan Neurotropik Herbal Kemangi (Ocimum sanctum). Dia menjelaskan salah satu pendekatan terapi farmakologis yang tengah dikembangkan adalah penggunaan O. sanctum atau kemangi, sebagai suplemen herbal untuk pencegahan dan terapi AD dan CCD.
Liliek menandaskan Kemangi diyakini berpengaruh pada memori karena senyawa aktifnya, terutama flavonoid (quercetin) dan fenol (eugenol). Studi insilico molecular docking menunjukkan bahwa flavonoid, fenol, eugenol dapat berinteraksi dengan sisi aktif amyloid β melalui ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik.
“Interaksi ketiga senyawa ini pada sisi aktif amyloid β, menunjukkan bahwa ketiga senyawa yang terkandung dalam kemangi tersebut mempunyai potensi sebagai agen terapi penyakit neurologis (AD),” katanya.
Penulis: Agung Nugroho
Foto: Donnie