
Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada oleh Prof. Dr.rer.nat. Muhammad Farchani Rosyid, M.Si. dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Formulasi Geometri dan Analisa Fungsional dalam Fisika Teoritik, Selasa (27/5) di ruang Balai Senat UGM. Dalam upacara pengukuhan, Rosyid menyampaikan pidato yang berjudul Efektivitas Matematika yang Tak Masuk Akal dalam Menangkap dan Memahami Realitas Fisis.
Rosyid memaparkan sejarah perkembangan Ilmu Fisika mengalami perkembangan dalam bidang fisika eksperimental maupun fisika observasional terjadi manakala para fisikawan berhasil membangun fasilitas eksperimen maupun observasi yang ekstrem dan fenomenal. Sedangkan dalam Fisika Teoretik selalu terkait dengan perubahan atau pergeseran paradigma dan disertai kebutuhan matematika lanjut untuk merumuskannya bahkan kadang matematika yang dibutuhkan belum diciptakan oleh matematikawan.
Ia menerangkan adanya kegunaan Matematika dalam sains sebagai suatu hal yang misterius dan menyatakan bahwa tidak ada penjelasan rasional tentang hal itu. “Struktur Matematika yang abstrak, dikembangkan terpisah dari realitas fisis atau alam raya sering kali dapat menjelaskan gejala-gejala di alam dengan sangat tepat dan akurat,” ungkapnya.
Menurutnya, soal unreasonable effectiveness of mathematics in natural sciences khususnya Fisika akan terus berlanjut seiring dengan upaya pendalaman pemahaman manusia tentang gejala-gejala alamiah. “Jika kita berdiri pada posisi realisme ilmiah, yakni bahwa realitas fisis yang kita yakini adalah realitas ilmiah, maka upaya untuk menangkap dan memahami realitas fisis tidak akan pernah selesai karena upaya pendalaman pemahaman kita tentang alam semesta tidak akan pernah selesai. Realitas fisis yang kita tangkap dan kita pahami senantiasa berkembang,” ujarnya.
Suka Melukis
Usai mengikuti pengukuhan Guru Besar, Muhammad Farchani Rosyid, mengadakan acara syukuran sekaligus menggelar pameran 18 karya lukisan yang sudah ia hasilkan selama dua tahun terakhir. Rosyid mengaku senang melukis sejak kecil. “Saya pernah juara melukis saat SD, menggambar truk, mobil, tidak menggambar pemandangan seperti anak-anak pada umumnya,” kenangnya.
Kecintaannya pada seni lukis berlanjut hingga bangku SMA. Ia sempat bercita-cita ingin kuliah di Akademis Seni Rupa. Namun saat duduk di bangku SMA, ia bertemu dengan guru fisika yang dikenal cukup galak sehingga ia tertarik dengan pelajaran tersebut. “ Waktu SMP bertemu guru fisika galak tapi memang tertarik fisika dan akhirnya condong ke fisika,” katanya.
Setelah duduk di bangku kuliah dan menjadi dosen, Rosyid mengaku hampir 30 tahun dia tidak lagi menekuni seni lukis. Alhasil, salah satu anaknya diterima kuliah di ISI Yogyakarta dan menyukai seni lukis. Kecintaannya pada seni lukis kembali muncul. “Kebetulan anak satya ada yang senang melukis dan masuk ISI Jogja, saya mulai tertarik kembali melukis dalam 2 tahun ini,” katanya.
Rosyid menuturkan ia memilih gaya lukisan surealisme karena penggemar di Indonesia cukup banyak. Dari 18 lukisannya menggambarkan soal alam, dari pemandangan laut dan kapalnya, deburan ombak, gunung, hingga hutan. “Kita memiliki 3 dosen yang memiliki melukis, nantinya akan saling berkolaborasi untuk dipamerkan. Tugas dosen tidak hanya mengajar, namun juga bisa menyalurkan hobinya,” lata Dekan FMIPA UGM, Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si.
Penulis : Kezia Dwina Nathania
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie dan Leony