Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Prof. Muhammad Kamal, S.Si., M.GIS., Ph.D., dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang penginderaan jauh vegetasi usai menyampaikan pidato pengukuhan yang berjudul Kontribusi Penginderaan Jauh dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Era Perubahan Iklim, Selasa (13/2), di ruang Balai Senat Gedung Pusat UGM.
Dalam pidatonya, Kamal mengatakan teknologi citra penginderaan jauh memiliki kontribusi besar dalam memberikan berbagai informasi tematik terkait status dan kondisi mangrove baik pada level lokal, nasional dan global. Seperti diketahui dari luasan mangrove yang ada di peta mangrove nasional pada tahun 2019, sekitar 2,6 juta hektare hutan mangrove nasional dalam kondisi baik dan 637.624 hektare atau 19,26 persen dalam kondisi kritis sehingga diperlukan upaya sistematis dan integratif antar pihak dalam mendukung pengelolaan mangrove yang lebih optimal.
Kamal menilai kesadaran akan pentingnya perlindungan dan rehabilitasi ekosistem mangrove sudah cukup baik terutama melalui serangkaian peraturan pemerintah dan kontribusi dari sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat dan anggota masyarakat.
Upaya perlindungan dan rehabilitasi ekosistem mangrove harus didukung oleh teknologi citra penginderaan jauh ini dalam memantau kondisi status mangrove dari waktu ke waktu, pemetaan komposisi spesies mangrove dan estimasi produktivitas serta mengetahui stok karbon permukaan.
Namun begitu, untuk membangun metode pemetaan dan monitoring mangrove yang konsisten, repeatable, efisien dan akurat berdasarkan citra penginderaan jauh tidak lepas dari tingkat implementasi di lapangan. Sebab, data penginderaan jauh direkam dari jarak puluhan meter hingga ratusan kilometer di atas permukaan bumi. “Agar citra penginderaan jauh dapat digunakan secara optimal untuk studi mangrove maka perlu diformulasikan dengan baik,” katanya.
Saat ini, perkembangan teknologi sensor dan wahana penginderaan jauh memungkinkan tersedianya citra penginderaan jauh dalam jumlah yang banyak dan sangat bervariasi baik dari stem sensor, ukuran piksel, jumlah dan tipe saluran spektral, maupun resolusi temporal. Kondisi tersebut membuka peluang untuk eksplorasi berbagai jenis data citra serta metode pengolahan citra atau kombinasi keduanya untuk pemetaan dan pemantauan ekosistem mangrove. Penggunaan citra penginderaan jauh ini menurutnya potensial menjadi dasar dalam pengambilan sebuah keputusan atau kebijakan sehingga diperlukan sinergi antara akademisi, praktisi dan pemangku kebijakan untuk mendapatkan manfaat dari teknologi ini bagi kelestarian ekosistem hutan mangrove di tanah air.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Donnie