
Indonesia telah mendapatkan stigma negatif sebagai negara deforestasidegradasi, dan kampanye negatif deforestasi Indonesia memasuki babak baru ketika Parlemen Uni Eropa mengesahkan Undang-Undang Komoditas Bebas Deforestasi 6 Desember 2022. UU ini tidak hanya berlaku untuk sawit, tetapi juga untuk kayu, furniture, karet, daging sapi, kedelai, kopi, dan kakao. Meskipun diplomasi penudanaan berhasil dilakukan, namun EUDR akan diterapkan pada Desember 2025, sementara tekanan kampanye negatif tidak berhenti.
“Ironis memang, peletak fondasi kerusakan deforestasi di Nusantara ini kolonial Eropa. Namun narasi diputarbalikkan dan dibelokkan semaunya, perancang kerusakan justru menuduh korban. Karenanya stempel Indonesia sebagai negara deforestatif harus dilawan melalui diplomasi berkenusantaraan tinggi”, ucap Prof. Priyono Suryanto, S.Hut., M.P., Ph.D di Balai Senat UGM, Kamis (24/7) saat dirinya dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Agroforestri, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Dalam pandangan Priyono, Indonesia sesungguhnya bisa memainkan panggung narasi dunia melalui bukti ilmiah (scientific evidence) tentang nol deforestasi berbasis perhutanan agroforestri. Karenanya, stempel Indonesia sebagai negara deforestatif perlu mendapatkan perlawanan melalui diplomasi berkenusantaraan tinggi. Matarian Indonesia yang dilahirkan atas kesadaran spirit dekolonisasi scientific forestry, disebutnya, mendorong narasi baru sejarah dan kesejarahan kehutanan Indonesia. Spirit dekolonisasi mendorong bangsa-bangsa merekam kembali jejak historis mereka sendiri sebagai upaya memulihkan kesadaran sejarah di luar narasi kolonial.
Mengucap pidato pengukuhan Agroforestri Autentik Nusantara, Seni Reproduksi Hutan, Dekolonisasi Scientific Forestry Dan Revolusi Sains Agroforestri: Suluh Mahataman Peragroforestrian Indonesia (Matarian-Indonesia), Priyono mengungkapkan Matarian Indonesia sudah seharusnya menuntut pengakuan atas ketimpangan masa lalu sebagai langkah ekologi politik untuk membangun kesadaran dan solidaritas global. Konsep dekolonisasi telah berkembang mencakup berbagai horizon, sehingga menjadi paradigma yang relevan untuk merombak ketimpangan historis hingga kini. “Indonesia punya bukti sejarah Agroforestri Autentik Nusantara (AAN) dengan perhutanan agroforestrinya. Bukti nol deforestasi. Sejarah Agroforestri Autentik Nusantara (AAN) yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, ditenun kembali kebhinekaannya, dijadikan bukti ilmiah untuk menguatkan poros posisi di dunia global. Narasi Matarian Indonesia harusnya dihimpun secara terpadu, kemudian ditetapkan sebagai dokumen strategis negara yang bisa disampaikan dalam berbagai forum nasional maupun internasional”, terangnya.
Priyono Suryanto menuturkan pidato pengukuhannya menjadi Guru Besar di tahun 2025 menjadi sangat istimewa karena menjadi awal cara pandang tentang ilmu agroforestri autentik nusantara. Iapun bersyukur karena sebagai anak petani di desa bisa meraih prestasi jabatan guru besar. “Sesuatu yang tidak mungkin dalam pandangan anak desa, tapi karena asuhan orang tua yang tangguh dari Alm. Bapak H. Hadi Sukarno dan Almh. Ibu Hj. Ginem bisa seperti ini. Mudah-mudahan apa yang saya lakukan selama ini tidak jauh dari harapan Bapak dan Ibu”, ungkapnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Donnie