Prof. Dr. Ir. Ridi Ferdiana, S.T., M.T., IPM dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Pengukuhan sebagai Guru Besar dalam Bidang Rekayasa Perangkat Lunak berlangsung di Balai Senat UGM, Kamis (2/11).
Melalui pidato pengukuhan berjudul Digital Sibling AI Platform, Sebuah Platform Dokumentasi Diri Berbasis Kecerdasan Buatan, ia mengatakan perbedaan dan kesulitan komunikasi saat ini terbantu dengan adanya kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan seperti ChatGPT dapat membantu manusia untuk mengurangi kompleksitas komunikasi dan perbedaan pemahaman yang ada.
Kecerdasan buatan ini dapat melakukan karena ia belajar melalui pembelajaran mesin yang datanya diperoleh melalui aktivitas komunikasi manusia. Karena itu, semakin berkualitas data yang dipelajari semakin presisi kecerdasan buatan dalam memproses dan menyelesaikan komunikasi yang kompleks.
Karena itu, kata Ridi, diperlukan platform digital yang dapat mendokumentasikan pola-pola komunikasi manusia yang kedepannya dapat dimanfaatkan oleh kecerdasan buatan untuk memberi rekomendasi dan membantu pengambilan keputusan. “Dan digital sibling adalah salah satu platform yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan pola komunikasi dalam tingkat yang paling dasar, yakni komunikasi personal,”ucapnya.
Konsep digital sibling pada pidato Ridi merupakan digital sibling yang memiliki keunikan dibanding digital sibling IoT. Hal ini dikarenakan digital sibling pada usulannya dapat digunakan ketika representasi yang nyata masih ada atau sudah tiada.
Oleh karena itu, sebagai pembeda konsep Digital sibling pada pidatonya, Ridi memberi nama Digital sibling AI atau disingkat dengan DiSiAI. Hal ini diperkenalkan sebagai DiSiAI karena digital sibling ini mendayagunakan AI untuk melakukan dokumentasi diri.
“Dokumentasi diri didefinisikan sebagai pemahaman untuk mencatat, mengingat, dan merespon sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh objek yang direkam. Objek yang direkam dalam DiSiAI ini adalah seorang manusia,”jelasnya.
Ridi menjelaskan struktur informasi DiSiAI pada dasarnya memiliki sekumpulan data terstruktur dan tidak terstruktur yang diolah menjadi dasar pengetahuan digital sibling. Dalam tatanan virtual, digital sibling memiliki kemampuan untuk berkomunikasi melalui beberapa kanal yakni komunikasi suara, komunikasi teks, dan komunikasi visual.
Layanan kognitif menjadi inti dari arsitektir DiSiAI. Layanan kognitif adalah kecerdasan buatan berbasis komputasi cloud yang umum digunakan pada perangkat IoT atau aplikasi yang membutuhkan kecerdasan buatan. Berbeda dengan pola pengembangan berbasis pembelajaran mesin, layanan kognitif berbasis Platform as a Services (PaaS).
PaaS ini, disebutnya memungkinkan pengembang tidak perlu melakukan serangkaian pembelajaran mesin untuk melatih kecerdasan buatan yang diharapkan. Pengembang dapat menggunakan kemampuan yang sudah ada kemudian menambahkan kemampuan emosi (EQ) atau pengetahuan kecerdasan (AI) di platform DiSiAI.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Donnie