Dosen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM, Prof. Dr. Suprapto, M.I.Kom. resmi dilantik menjadi guru besar dalam bidang Metode Formal pada Kamis (4/12) di Balai Senat, Gedung Pusat UGM. Mengangkat judul “Metode Formal dalam Era Kecerdasan Artifisial: Tinjauan Historis dan Peran yang Berkembang” dalam pidatonya, Suprapto mengatakan beberapa dekade terakhir, kompleksitas perangkat lunak telah menjadi tantangan yang terus bertambah dalam proses verifikasi sistem-sistem kritis. Memverifikasi perilaku perangkat lunak secara benar menjadi persoalan yang menantang, mengingat kompleksitas dari perangkat. Oleh karena itu, tantangan dari verifikasi perangkat lunak ini adalah masalah yang tidak bisa lagi diabaikan. meski begitu, sudah banyak perusahaan besar menemukan solusi atas masalah ini melalui metode formal.
“Di awal penerapannya, metode formal umumnya hanya terbatas pada dunia akademik dan pertahanan. Dengan meningkatnya terhadap kebutuhan komputasi di dunia industri, maka tuntutan terhadap jaminan kebenaran juga meningkat,” jelasnya.
Penerapan awal dari metode formal tersebut digunakan oleh NASA dalam sistem kendali penerbangan, adopsi spesifikasi formal oleh sistem perkeretaapian Eropa, dan penggunaan model checking oleh Intel. Selain itu, metode formal diterapkan dalam domain translasi yang menjamin makna semantik dari suatu representasi sumber tetap dipelihara ketika diterjemahkan ke representasi target.
Lebih lanjut, Suprapto menjelaskan bahwa pada mulanya metode formal membutuhkan keahlian matematika yang signifikan dan umumnya digunakan untuk sistem skala kecil yang sangat terkontrol. Akan, tetapi seiring perkembangan zaman, para peneliti melakukan upaya-upaya agar metode formal menjadi lebih dapat diskalakan untuk basis kode skala besar. “Upaya-upaya ini mengubah metode formal dari kajian teoritis menjadi bidang multidisiplin yang menggabungkan elemen logika, ilmu komputer, rekayasa perangkat lunak, dan desain sistem,” jelasnya.
Transformasi teknologi mendorong meningkatnya penggunaan dari metode formal. Era sebelum AI mendominasi ini, metode formal telah mempunyai dan menempati peran yang sudah mapan, yaitu sebagai proses verifikasi dan validasi untuk proses komputasi tradisional. “Karena memang, sistem-sistem semacam ini sebagian besar bersifat deterministik, berbasis aturan, dan dirancang secara eksplisit, sehingga sangat cocok untuk penalaran ketat berbasis logika yang disediakan oleh metode formal,” terangnya.
Sebelum AI mendominasi ini, metode formal dipandang sebagai standar emas untuk jaminan sistem, karena berhasil meningkatkan kejelasan desain dan spesifikasi, mendukung penalaran modular dan abstraksi, dan mendukung reprodusibilitas dan auditabilitas perilaku perangkat lunak.
Menurut Suprapto evolusi metode formal dari logika dasar hingga aplikasi mutakhir dalam AI tidak hanya menunjukkan ketahanan ketelitian matematis, tetapi juga kebutuhan akan adaptasi dan inovasi menghadapi sistem yang benar-benar baru. Oleh karena itu, metode formal dan AI bersifat saling melengkapi, bukan saling bersaing. “Artinya, AI menyediakan kemampuan, adaptasi, pembelajaran, dan pengenalan pola dari data. Sedangkan metode formal menyediakan struktur, kebenaran, dan jaminan yang akan dapat diverifikasi,” jelasnya.
Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A, menyampaikan Prof. Dr. Prof. Dr. Suprapto, M.I.Kom merupakan salah satu dari 539 aktif di UGM. Sementara di tingkat Fakultas MIPA, ia termasuk 57 guru besar aktif dari 79 guru besar yang dimiliki Fakultas MIPA UGM.
Penulis : Salwa
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie
