Kepala Laboratorium Agrobisnis Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Tri Anggraeni Kusumastuti, S.P., M.P., IPM dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Sosial Ekonomi pada Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Dalam pengukuhan yang berlangsung di Balai Senat UGM, Selasa (16/4), ia menyampaikan pidato berjudul Penilaian dan Implementasi Ekonomi Lingkungan Untuk Mendukung Green Economy Menuju Pembangunan Peternakan Berkelanjutan.
“Penelitian berwawasan lingkungan adalah salah satu topik dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan merupakan bidang ilmu yang selama ini saya tekuni terutama dalam kegiatan penelitian maupun pengabdian masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya dunia saat ini sedang menghadapi triple krisis planet yaitu perubahan iklim, polusi dan pencemaran, serta percepatan kehilangan biodiversitas. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam agenda item ‘Environment and Sustainable Development‘ menjelaskan upaya dalam menjaga Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan yaitu dengan memprioritaskan waste management.
Waste management diantaranya memperkuat kapasitas dan kapabilitas melalui peralihan pendekatan linier ke pendekatan sirkular atau 3R (Reduce, Reuse, Recycle) pada Extended Producer Responsibility (tanggung jawab pelaku) menuju circular economy dengan prinsip pengurangan melalui daur ulang atau pemulihan sumber dan sumber daya.
Dia menyampaikan peningkatan kesadaran kesejahteraan ekonomi bergantung pada kemampuan lingkungan menyediakan Sumber Daya Alam dan menyerap polusi. Kebijakan di bidang lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi sangat diperlukan.
“Penilaian ekonomi lingkungan melalui pendataan secara akurat dan periodik dapat dijadikan sebagai dasar informasi nilai aset sumber daya input peternakan baik renewable maupun non renewable resources,” paparnya.
Tri Anggraeni Kusumastuti berharap implementasi ekonomi lingkungan mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi subsektor peternakan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam pidatonya ia memaparkan mulai dari konsep green economy dan pembangunan berkelanjutan, permasalahan peternakan dari sisi ekonomi, lingkungan, dan sosial-budaya, penilaian ekonomi lingkungan, dan implementasi ekonomi lingkungan untuk meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.
Terkait program untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang ekonomi lingkungan, menurutnya sudah dicanangkan pemerintah. Beberapa program diantaranya yaitu Pendidikan untuk Pengembangan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development) dan Kemitraan Pendidikan Hijau (Greening Education Partnership ) dengan 4 pilar yaitu sekolah hijau (Adiwiyata), kurikulum hijau (materi lingkungan dalam kurikulum), pelatihan hijau pada guru dan pemangku kebijakan serta komunitas hijau (keterlibatan masyarakat tentang pembelajaran lingkungan melalui pendidikan non formal).
Sedangkan kendala dalam implementasi ekonomi lingkungan bidang peternakan diantaranya masih rendahnya tingkat pendidikan dan teknologi peternak, kurangnya kelembagaan di kelompok ternak serta kurangnya kesadaran pelaku usaha peternakan dalam pengelolaan lingkungan. Karena itu, cara membangun mindset pentingnya green economy dalam pemanfaatan input sumber daya dan hasil sampingannya sebaiknya dimulai dari kelompok ternak .
Hal ini karena sebagian besar peternakan di Indonesia adalah family farm. Terbentuknya kelompok ternak yang solid dan saling percaya antar anggota didukung sarana prasarana dan teknologi berpeluang untuk membangun koperasi peternak dan Terminal Agribisnis peternakan yang diharapkan dapat menjadi wadah sumber informasi, informasi pasar, dan sentra produksi ternak sehingga mendatangkan value added dan pendapatan peternak.
“Introduksi teknologi produk maupun by product yang bernilai jual dapat dilaksanakan secara bersama melalui modal sosial (gotong royong) pada kelompok ternak sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan peternak,” terangnya.
Penulis: Agung Nugroho
Fotografer: Firsto