Anggota DPD RI, Drs. H.A. Hafidh Asrom, merasa prihatin terhadap rendahnya angka partisipasi pendidikan tinggi sebagian kalangan warga Yogyakarta. Masalah ini penting dan mendesak untuk diperhatikan karena Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan, dan diharapkan mereka jangan hanya menjadi penonton di kotanya sendiri.
“Dengan hanya 9 persen yang bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi menunjukkan adanya tantangan yang perlu diatasi untuk meningkatkan akses dan kesempatan pendidikan bagi masyarakat Yogyakarta,” ujarnya di ruang Sidang Pimpinan UGM, Jumat (1/3).
Hal itu disampaikannya saat melakukan kunjungan kerja di UGM terkait permasalahan pendidikan tinggi di Yogyakarta. Menurutnya inisiatif seperti program beasiswa istimewa yang dirancangnya dapat menjadi langkah baik untuk dapat membantu mengatasi masalah ini dengan memberikan bantuan finansial dan dukungan lainnya kepada calon mahasiswa dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu.
Rendahnya angka partisipasi ke pendidikan tingi bagi warga Yogyakarta menunjukkan masih banyak tantangan yang perlu diatasi guna memastikan setiap individu memiliki kesempatan yang adil untuk dapat mengakses pendidikan tinggi. Upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan berbagai pemangku kepentingan sangat diperlukan untuk mampu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan pendidikan di Yogyakarta.
Oleh karena itu, ia mengundang para pimpinan perguruan tinggi di Yogyakarta membahas jalan keluar agar para siswa lulusan SMA warga Yogyakarta bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Melalui FGD yang ia tawarkan, para pemangku kepentingan diharapkan dapat berdiskusi tentang berbagai strategi dan program yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi pendidikan tinggi di Yogyakarta.
“Kita semua berharap kolaborasi antara perguruan tinggi dan pemerintah setempat dapat menciptakan solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk mengatasi tantangan tersebut, sehingga memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan di Yogakarta,” terangnya.
Gayung bersambut dari Universitas Gadjah Mada. Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., menyambut baik keinginan membahas kesempatan warga Yogyakarta yang marginal untuk bisa melanjutkan studi di perguruan tinggi.
Dia menyampaikan sudah sejak dua tahun lalu UGM mendesain penerimaan masuk UGM melalui jalur afirmasi. Jalur afirmasi ini merupakan program penerimaan untuk memberi kesempatan para siswa-siswa luar Jawa karena letak geografis untuk bisa kuliah di UGM.
Ada tiga daerah yang sudah membuka untuk jalur afirmasi yaitu NTT, Bengkulu dan Papua. Melalui program ini pemerintah daerah menyediakan biaya untuk menyekolahkan siswa-siswa terbaiknya untuk kuliah di UGM.
“Memang seolah UGM dikuasai oleh Jawa, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan DIY. Sementara Sumatra dan lain-lain sangat kecil. Meski begitu afirmasi juga tidak melulu hanya untuk orang luar Jawa bisa memungkinkan pula untuk orang Yogakarta yang terpinggirkan,” ucapnya.
Melalui program ini, UGM berkomitmen untuk memberikan kesempatan pendidikan yang lebih baik kepada calon mahasiswa dari daerah-daerah tersebut dengan memberikan bantuan finansial, bimbingan akademik, dan fasilitas lainnya untuk mendukung kesuksesan mereka dalam menempuh pendidikan tinggi.
Penulis : Agung Nugroho
Fotografer : Firsto