Sebagai bentuk upaya melestarikan budaya nusantara dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat, Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM dan Pusat Studi Kebudayaan (PUSDIBUD) UGM mengadakan peringatan Rebo Wekasan di Dusun Sompok, Kalurahan Sriharjo, Kepanewon Imogiri, Kabupaten Bantul pada Selasa, 12 September 2023 malam lalu. Peringatan Rebo Wekasan yang bertajuk “Memahami Bencana Melalui Perspektif Budaya” tersebut dihadiri oleh Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat (YANMAS) Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM) UGM, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, seluruh jajaran Forum Koordinasi Pimpinan di Kecamatan (FORKOPIMCAM) Kepanewon Imogiri, serta seluruh jajaran Pemerintah Kalurahan Sriharjo. Kehadiran seluruh pihak tersebut merupakan suatu upaya untuk memperkuat kolaborasi pentahelix dalam upaya penanggulangan bencana.
Sesuai dengan tajuk acara, peringatan Rebo Wekasan yang digelar memiliki esensi untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat Dusun Sompok terhadap bencana melalui pendekatan budaya. Melalui pendekatan budaya, PSBA dan PUSDIBUD mengajak masyarakat Dusun Sompok untuk mengenali karakteristik fisik dan sosial di wilayahnya khususnya yang berkaitan dengan potensi bahaya. Selain itu, masyarakat diharapkan juga dapat memahami potensi sumber daya yang ada melalui karakteristik wilayahnya tersebut.
Salah satu metode yang digunakan oleh PSBA dan PUSDIBUD untuk pengenalan karakteristik fisik dan sosial di wilayah tersebut adalah melalui identifikasi dan pemetaan toponimi lokal. Melalui identifikasi dan pemetaan toponimi tersebut, dapat diketahui riwayat dari suatu wilayah. Tidak jarang, riwayat tersebut menjelaskan tentang potensi bahaya dan potensi sumber daya yang ada di suatu wilayah.
“Toponimi merupakan jejak kearifan lokal yang dapat membantu kita untuk mengenali potensi ancaman dan sumberdaya yang ada di suatu wilayah. Melalui toponimi, kita dapat mempelajari sejarah kejadian bencana dan upaya apa saja yang dapat kita lakukan untuk menanggulanginya,” ujar Dr.rer.nat. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si selaku Kepala PSBA.
Selain melalui identifikasi dan pemetaan toponimi, refleksi kebudayaan terkait potensi bahaya dilakukan melalui lantunan tembang macapat. Para peserta dipandu oleh PUSDIBUD menyanyikan tembang-tembang macapat yang berisi renungan dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diselamatkan dari segala bentuk marabahaya.
Dr.rer.nat. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si. menyatakan bahwa peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana dapat dilakukan dengan pendekatan budaya. Hal tersebut, menurutnya, dapat membantu masyarakat dalam merefleksikan pola hidupnya dan menghindarkan budaya-budaya yang destruktif di dalam masyarakat.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum. selaku Kepala PUSDIBUD menyatakan bahwa refleksi budaya dapat lebih diterima oleh masyarakat, karena budaya merupakan komponen yang selalu melekat dalam kehidupan masyarakat.
“Pendekatan budaya juga dapat berperan sebagai pengingat bahwasanya kerusakan yang ada di muka bumi tidak jarang merupakan dampak dari perbuatan tangan manusia. Refleksi budaya berfungsi sebagai kontrol agar manusia tidak terus membuat kerusakan di muka bumi” paparnya.
Selain untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat secara internal, peringatan Rebo Wekasan yang digelar juga bertujuan untuk memperkuat kolaborasi pentahelix. Menghadirkan para pemangku kepentingan di wilayah setempat, diharapkan kegiatan ini dapat menjadi sarana pertukaran informasi, pengetahuan, ide, serta gagasan mengenai upaya penanggulangan bencana khususnya di wilayah Dusun Sompok, dan di Kabupaten Bantul secara umum.
Peringatan Rebo Wekasan ini merupakan bagian dari Hibah Pengabdian kepada Masyarakat berbasis desa binaan yang dilaksanakan oleh DPkM UGM. Secara nyata, program desa binaan ini telah terwujud dalam kegiatan pemberdayaan Kampung Tangguh Bencana (KATANA) yang terdiri dari unsur masyarakat Dusun Sompok sendiri. Melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kebencanaan, diharapkan masyarakat Dusun Sompok dapat memiliki kesiapsiagaan dan kapasitas yang kuat dalam menghadapi potensi bahaya yang ada di wilayahnya.
Penulis: Taufik Waskita