
Pusat Studi Perdagangan Dunia (PSPD) Universitas Gadjah Mada menjadi satu-satunya universitas yang mewakili Indonesia dalam World Trade Organization (WTO) Chair Programme. Forum yang dihelat setiap tahun ini merupakan bentuk kolaborasi antar perguruan tinggi, akademisi, dan institusi riset di negara-negara berkembang. Tahun ini, PSPD UGM diwakili oleh Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional, Prof. Dr. Poppy Sulistyaning Winanti, S.I.P., M.P.P., M.Sc. membawakan topik seputar internasionalisasi UMKM dalam perdagangan global pada 2-5 Juli 2025 di Jenewa, Swiss. “Sejak tahun 2010 PSPD UGM bergabung mengikuti bidding WTO. Ada 39 perguruan tinggi di dunia yang bergabung, dari Indonesia hanya UGM saja,” ucap Poppy, Kamis (24/7).
WCP Annual Conference memberikan ruang diskusi bagi pakar untuk menganalisa dan mengevaluasi kondisi ekonomi negara berkembang sebagai salah satu langkah reflektif terhadap kebijakan WTO.
Program yang dikontribusikan oleh PSPD UGM melalui Center for World Trade Studies mengimplementasikan tiga flagship atau topik utama, yaitu dinamika perdagangan global dan pemerintah, persaingan internasional, serta perdagangan yang adil dan berkelanjutan. Ketiganya diimplementasikan ke dalam berbagai kegiatan untuk mendukung penguatan perdagangan dunia dari skala mikro, regional, nasional, hingga global.
Salah satu bentuk implementasinya adalah Journal of World Trade Studies (JWTS) yang berkolaborasi dengan WCP sejak 2010. Jurnal internasional ini khusus mendiskusikan dan mengkritisi sistem perdagangan dunia yang dilaksanakan dalam berbagai level, mulai dari bilateral sampai multilateral. Setiap tahunnya JWTS merilis dua isu utama dan saat ini telah memiliki total 8 volume jurnal. Selain itu, PSPD UGM melakukan riset seputar ekonomi sirkular mendalam dengan pendekatan kemasyarakatan yang dituangkan dalam publikasi buku “Ekonomi Sirkular dalam Gagasan Universal dan Praktik Lokal”.
Disampaikan Poppy, program-program PSPD dalam forum WCP ini utamanya menggabungkan antara sektor pemerintah, akademik, komunitas, dan swasta. Membangun perdagangan dunia yang kuat dan berkeadilan tentunya dimulai dari lingkup terkecil, yaitu masyarakat. UMKM sebagai salah satu tulang punggung ekonomi nasional masih memerlukan dukungan lebih. Utamanya agar UMKM tidak hanya mampu bertahan di tengah kondisi ekonomi nasional, namun juga mampu naik kelas ke tingkat global. “Kita melihat bahwa WTO sebagai organisasi yang memiliki kuasa dalam mengatur kebijakan perdagangan internasional ini tentunya membutuhkan feedback agar kebijakan yang berlaku dapat disesuaikan dengan perkembangan dunia,” ucap Poppy.
Berkumpulnya perwakilan pakar di seluruh dunia membuka perspektif dan wawasan luas terhadap kondisi ekonomi-politik serta tantangan yang dihadapi masing-masing negara dalam perdagangan internasional.
Dalam konferensi WCP Annual Chair 2025, forum menyambut kehadiran lima universitas baru dari Republik Dominika, Nigeria, Qatar, Togo, dan Vanuatu. WTO Deputy Director-General (DDG) Zhang mengungkapkan pentingnya forum untuk membuka peluang kolaborasi sekaligus mendorong pengembangan institusi akademik di seluruh dunia. “Forum diharapkan mampu meningkatkan peran dunia akademis dalam mendorong perubahan kebijakan dan menciptakan kerja sama multilateral antara berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam perdagangan internasional,” tuturnya.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Dok. Poppy Ismalina