Cukup banyak perubahan mendasar terhadap arah pembangunan di Kabupaten Sikka, khususnya di sektor kepariwisataan. Bahkan dalam 10 tahun terakhir perubahan di sektor kepariwisataan terlihat dari sisi eksternal maupun internal.
Secara eksternal, penetapan Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super prioritas diikuti dengan pembangunan infrastruktur pariwisata yang masif telah mengubah pola perjalanan wisatawan. Awalnya wisatawan melakukan perjalanan wisata melalui Bali dan dilanjutkan dengan eksplorasi kawasan Sikka dan sekitarnya.
“Saat ini, pola perjalanan tersebut berubah menjadi Bali-Labuan Bajo-Sikka”, ujar Margaretha Movaldes Da Maga Bapa, S.T., M.Eng mewakili Pj Bupati Sikka pada Seminar Pendahuluan Reviu Dokumen Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Ripparda) Kabupaten Sikka, Rabu (30/4).
Dalam aspek internal, Margaretha Molvades mengakui pemekaran wilayah desa/kelurahan dan tumbuhnya daya tarik wisata baru turut mempengaruhi arah pembangunan kepariwisataan. Terbitnya Permen Pariwisata No.10 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Ripparprov/Ripparkab/kota dan regulasi perencanaan terbaru RPJMD dan RTRW mengharuskan Kabupaten Sikka melihat kembali Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan sehingga dokumen substansi Ripparda harus menyesuaikan dengan ketiga regulasi.
“Reviu ini juga dilakukan untuk mendorong sinergi antar sektor dan OPD, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal”, terangnya.
Seminar Pendahuluan Reviu Dokumen Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Ripparda) Kabupaten Sikka diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Sikka melalui Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) bekerja sama dengan Pusat Studi Pariwisata (Puspar) Universitas Gadjah Mada. Seminar berlangsung di Aula Kantor Bapelitbangkab Sikka menghadirkan Tim Ahli Puspar UGM diantaranya Dr. Mohamad Yusuf, MA selaku Kepala Puspar UGM, Wijaya, S. Hut, M.Sc., dan Ika Rachmadani Kurniawan, A.Md.
Acara ini dihadiri sekitar 35 peserta yang berasal dari pimpinan OPD terkait, seperti Bapelitbang, Dinasparbud, Kepala Desa, Akademisi (IFTK Ledalero, Unimof), perwakilan pelaku ekraf/UMKM, HPI, PHRI, Asidewi, dan praktisi pariwisata.
Mohamad Yusuf menyampaikan sebagai wilayah kepulauan di daratan Flores, Kabupaten Sikka menyandang peran dan posisi sangat strategis dalam pembangunan ekonomi dan budaya masyarakat di kawasan Flores. Salah satu sektor yang diharapkan dapat menggerakkan pembangunan tersebut adalah melalui pariwisata.
Beragam potensi unggulan yang dimiliki oleh Kabupaten Sikka sudah seharusnya dikembangkan lebih optimal agar dapat menjadi pilar pembangunan perekonomian khususnya di wilayah ini dan Provinsi NTT pada umumnya. Pembangunan sektor kepariwisataan diharapkan dapat selaras dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDG’s), khususnya dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi (SDG’s no. 8), mengurangi angka kemiskinan (SDG’s no. 1), adanya praktik ekowisata mampu menekan ancaman perubahan iklim (SDG’s no. 13) dan sekaligus perlu didorong kemitraan antar pemangku kepentingan (SDG’s no. 17) untuk mewujudkan daya saing destinasi pariwisata Sikka yang kuat.
Menurutnya pendekatan pembangunan kepariwisataan yang partisipatif dan menekankan pada aspek keberlanjutan sudah seharusnya menjadi fondasi dalam perencanaan pembangunan. Pembangunan kepariwisataan hanya dapat berjalan optimal melalui kerja kolaboratif para pemangku kepentingan (kolaborasi multi-heliks) diantaranya Pemerintah, Akademisi, Industri, Masyarakat, Media, dan Lembaga Keuangan.
“Oleh karena itu, dalam seminar ini juga digagas untuk dibentuknya forum komunikasi pariwisata yang terdiri atas enam unsur di atas sebagai upaya mengoptimalkan pembangunan pariwisata Kabupaten Sikka serta memperkuat sinergi dan komitmen di antara para pemangku kepentingan pariwisata di atas”, ungkapnya.
Sebagai salah satu peneliti Puspar UGM, Wijaya menyatakan Kabupaten Sikka memiliki daya tarik wisata yang sangat beragam, baik alam, budaya maupun buatan. Daya tarik wisata tersebut berupa pantai, pulau-pulau kecil, spot dive, gunung api, air terjun, hutan Mangrove, Goa, bukit purba, jelajah hutan, budaya, kuliner dan kerajinan lokal.
“Berdasarkan kajian awal yang telah dilakukan oleh Puspar UGM mencatat bahwa Kabupaten Sikka memiliki tidak kurang dari 75 daya tarik wisata yang tersebar di 21 kecamatan”, ucapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Sikka tidak terlepas dari dua kawasan penting di sekitarnya, yaitu Kelimutu Ende sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Destinasi Pariwisata Super Prioritas Labuan Bajo yang saat ini sedang berkembang dan ramai kunjungan. Posisi strategis ini menjadi salah satu kekuatan destinasi, dan semua berharap akan mendapat imbas dan limpahan wisatawan dari kedua destinasi unggulan ini.
Penulis : Agung Nugroho