Belum optimalnya upaya pengembangan sektor kepariwisataan Kabupaten Magetan, Jawa Timur, meninggalkan pekerjaan rumah bagi banyak pihak. Secara faktual, persebaran kegiatan kepariwisataan yang berada di lereng Gunung Lawu ini masih bertumpu di wilayah Magetan Barat. Beberapa daya tarik alam yang telah dikenal, seperti Telaga Sarangan, Telaga Wahyu, Mojosemi, dan beberapa daya tarik lainnya masih mengelompok di wilayah sekitar Kecamatan Plaosan. Sehingga perlu dirumuskan rencana pengembangan perwilayahan pariwisata sebagai salah satu strategi untuk memudahkan tata kelola destinasi dan membantu terwujudnya pemerataan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Magetan.
Dr. Destha Titi Raharjana, selaku peneliti Pusat Studi Pariwisata UGM mengatakan posisi Kabupaten Magetan memiliki letak yang strategis, berbatasan dengan daya tarik wisata Tawangmangu yang berada di Karanganyar sangat potensial menarik wisatawan mengingat secara aksesibilitas relatif terjalin dengan wilayah sekitar. “Termasuk dengan Kabupaten Madiun, Kota Madiun, dan Kabupaten Ngawi yang dapat diakses melalui pintu utara dan tenggara”, ujar Destha dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (1/10).
Menurut Destha, objek wisata Telaga Sarangan hingga saat ini masih tampil sebagai magnet penarik wisatawan ke bumi Magetan. Inovasi nampaknya masih menjadi keniscayaan yang perlu dijalankan pemerintah, pihak swasta dan masyarakat yang bergerak di sektor pariwisata.
Menurutnya, jika pariwisata dipercaya mampu mendorong multiplier effect, maka seharusnya semangat melangkah bersama membangun pariwisata Magetan yang lebih inovatif dan inklusif menjadi salah satu terobosan yang patut dikedepankan. Penambahan fasilitas MICE (Meeting Incentive Conference Exhibition) dan jasa akomodasi yang standar untuk penyelenggaraan event perlu diperbanyak agar pelaksanaan event. “Supaya kegiatan meeting tidak kesulitan untuk dilaksanakan di Kabupaten Magetan, seperti yang dirasakan selama ini,” katanya.
Dalam penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata (Ripparda) Kabupaten Magetan, katanya, pihak Puspar UGM turut merumuskan rencana pengembangan perwilayahan pariwisata. Secara konseptual, perwilayahan pariwisata merupakan salah satu strategi yang dapat menjadi panduan untuk memudahkan tata kelola destinasi dan membantu terwujudnya pemerataan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Magetan.
Khusnul Bayu Aji, S.Par., M.Arch., salah satu peneliti dari Puspar UGM, menambahkan dalam Ripparda yang disusun tersebut, rencana pengembangan perwilayahaan pariwisata di Magetan terbagi ke dalam empat Destinasi Pariwisata Kabupaten (DPK), lima Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten (KPPK), dan empat Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK). Adapun empat DPK tersebut meliputi DPK 1 yang mencakup lima wilayah kecamatan, yakni Plasoan, Poncol, Parang, Panekan dan Sidorejo. DPK 2 mencakup tiga kecamatan, yakni Magetan, Sukomoro dan Ngariboyo, DPK 3 meliputi lima kecamatan, yaitu Maospati, Barat, Karas, Karangrejo dan Kartoharjo, dan DPK 4 yang mencakup lima kecamatan antara lain Kawedanan, Nguntoronadi, Bendo, Takeran dan Lembeyan.
Sementara itu, lima KPPK yang diusulkan berkenaan dengan rencana pengembangan perwilayahan pariwisata di Kabupaten Magetan meliputi KPPK 1 Gunung Blego-Gunung Bungkuk dan sekitarnya. KPPK 2 Jabung-Sumberdodol-Sukowidi dan sekitarnya, KPPK 3 Tamanan-Pendem-Sukomoro dan sekitarnya, KPPK 4 Temboro-Purwodadi-Gandu dan sekitarnya, dan KPPK 5 Soco-Tanjung dan sekitarnya. Sedangkan empat KSPK yang diajukan terdiri dari KSPK 1 Telaga Sarangan-Telaga Wahyu dan sekitarnya, KSPK 2 Ki Mageti-Ndoyo-Candirejo dan sekitarnya, KSPK 3 Sendang Kamal dan Sekitarnya, serta KSPK 4 Simbatan-Giripurno dan Sekitarnya.
Tidak hanya perihal rencana pengembangan perwilayahan pariwisata, dalam penyusunan Ripparda, pihak Puspar UGM juga menitikberatkan bahasan pada rumusan visi dan misi untuk pembangunan kepariwisataan Magetan. Dimensi inovatif, sinergis, kompetitif, berkelanjutan dan kesejahteraan inklusif dijadikan sebagai kata kunci utama dalam visi yang diajukan.
Sementara dalam hal misi, beberapa diskursus mendasar yang diajukan adalah guna mewujudkan visi yang dimaksud, meliputi hadirnya diversifikasi produk wisata yang inovatif dan kompetitif. “Perlu diupayakannya industri pariwisata dan ekraf yang lebih berdaya saing unggul, implementasi pemasaran pariwisata berbasis digital yang sinergi, terpadu, dan bertanggung jawab, serta penguatan kelembagaan dan SDM yang didukung aspek regulasi dan manajemen yang handal,” pungkasnya.
Penulis : Agung Nugroho